Jangan lupa untuk meninggalkan jejak, vote dan komennya guys. Terimakasih 💙🍓
*Maaf kalo ada typo*
Selamat membaca 💙
Jin semakin merasa bersalah pada adiknya. Dia ingin menyelesaikan masalahnya dengan Airin lebih dulu, karena itu membuat Chandra menjauh sementara. Dia masih takut jika adiknya tahu yang sebenarnya.
"Sudahlah. Nanti jika sudah ada kabar, aku akan memintanya menghubungimu." Jin ingin pergi dari hadapan adiknya.
"Kak, thanks." Chandra memeluknya. "Kamu tahu? Aku... Mencintainya. Dan dia juga membalas cintaku. Kami saling mencintai." Katanya dengan wajah merona.
Jin menarik nafas sangat dalam dan memandang adiknya.
Ya Tuhan, Jin... Kamu telah membuat adikmu terluka... Pasti akan sangat patah hati jika memutuskan menceraikan Diandra dan menikahi Airin, seperti rencana semula.
Batin Jin berperang. Dia masih menatap kosong meskipun Chandra memeluknya. Awalnya dia berniat menentang ibunya dan menceraikan Diandra dan menikahi Airin. Namun, mendengar pengakuan Chandra, ia kembali ragu.
Chandra pergi menuju bandara, sedangkan Jin kebingungan karena dia tak tahu harus bagaimana.
*****
Satu bulan berlalu dengan cepat dan Jin akhirnya kembali pada kenyataan, bahwa dia tak mungkin menceraikan Diandra, lagi lagi karena ibunya menolak.
Sementara itu, tentang Airin, dia tak ada keberanian untuk menceritakan pada ibunya. Jin berusaha menghubungi Airin langsung, tapi nomornya sudah tidak aktif. Hanya melalui Ken keduanya berkomunikasi, dan Airin menolak dengan tegas untuk dinikahi.
"Aku sudah memaafkannya karena dia dalam keadaan mabuk. Tapi aku tidak bisa kembali bekerja di sana, Ken. Aku akan menikmati sisa hidupku sekarang, bersama adik-adikku."
Jin sangat hancur dan semakin merasa bersalah ketika tahu kalimat demi kalimat itu dari Ken. Dia ingin sekali menemui Airin, tapi Ken mengatakan Airin tak ingin bertemu dengan Jin, karena hanya akan membuat lukanya sakit kembali, bahkan sulit diobati.
Di sudut lain, Airin menyalakan ponselnya. Rentetan pesan dari Chandra masuk.
"Maafkan aku Chandra," isaknya menatap pesan-pesan dari kekasihnya. Hingga sebuah pesan paling ujung membuatnya semakin menangis.
Hey my love..ah... maaf. Mungkin kamu tak suka panggilan norak. Ya ya... Kita pasangan dewasa. Tapi kenapa kamu jahat sekali? Cuti tidak bilang padaku. Apa kamu marah? Maaf jika malam itu tidak membuatmu nyaman. Menjadikanmu malu bertemu denganku. Sungguh Airin, jangan buat aku kehilangan arah seperti ini. Aku merindukanmu... Sangat rindu.
Aku janji.. Tidak akan nakal lagi. Aku janji.. tidak akan menciummu lagi jika kamu tak suka 😊😘
Hubungi aku segera. Aku di Surabaya. Aku cintaaaaaaaa padamu... Airin... You are mine... Will always mine!
Airin melepaskan ponselnya dan menangis menatap kosong. Kemudian, ia keluarkan sim card dari ponsel dan membuangnya ke tong sampah.
"Selamat tinggal Chandra... Carilah gadis lain yang lebih layak untukmu." Ucapnya sambil memejamkan mata dengan linangan air mata.
*****
Airin mulai menatap hidupnya kembali. Satu bulan dari kejadian mengerikan itu, dia dan Karina kini membuka kedai makanan kecil-kecilan di depan rumah. Mereka menikmati kebersamaan yang dulu mungkin tak ada. Sedang John, sudah bekerja di sebuah perusahaan dan kini menjadi tulang punggung keluarga itu.