16

190 33 10
                                    

*Jangan lupa untuk meninggalkan jejak, vote dan komennya guys. Terimakasih 💙🍓*

Airin menatap foto yang dipajang di sebelah lukisannya. Langkahnya kian dekat dan akhirnya semakin dekat ke arah lelaki yang tengah berdiri sejak tadi.

Seokjin menoleh dan menatap wanita itu dengan kesedihan yang mendalam. Ingin memeluknya, memberinya kenyamanan, menunjukkan betapa Dia sangat peduli dan sangat mencintainya. Namun, dia juga takut, takut itu semakin melukainya.

Pandangan mereka bertemu untuk kesekian kalinya, kali ini tidak ada lagi sorot mata kebencian di mata wanita itu. Seokjin berjalan, bergeser menjauh. Kemudian, Airin mendekat dan mengelus foto yang tengah tersenyum seperti menggoda dirinya. Air mata semakin mengalir di pipinya.

"Chandra..." Ucap Airin bergetar.

Airin mengelus pakaian yang dikenakan suaminya saat kecelakaan.

Seokjin tidak kuasa melihat, ia memalingkan wajahnya, menyembunyikan air mata yang keluar. Tangis Airin kini terdengar jelas, Airin memeluk erat foto dan pakaian Chandra, meratapi kepergian suami tercintanya.

"Kenapa?"

Seokjin menoleh saat Airin mengatakan pertanyaan itu. Ia diam saja dan tidak bisa menjawab.

"Kenapa... Kenapa harus seperti ini?" Isak Airin dengan deraian air mata yang membuat siapa saja akan pilu mendengarnya.

Airin tersedu dan terus menangis dengan keras, di hadapan Seokjin yang hanya diam dan kaku menatapnya.

Seokjin tidak ada keberanian untuk mendekat. Ia membiarkan Airin menangis sepanjang malam. Airin terus menangis dengan memeluk foto dan pakaian itu hingga matahari hampir terbit.

Airin mengangkat wajah, menghapus air mata di pipinya. Kemudian menatap cincin pernikahannya. Perlahan, ia lepaskan cincin itu dan ia taruh di atas pakaian Chandra.

Seokjin menatapnya pilu. Sungguh.. itu adalah pemandangan paling menyedihkan yang pernah ia lihat. Namun, ia hanya bisa mengawasinya dalam diam. Memastikan tidak terjadi apapun pada wanitanya, ah..bukan.
pada Ibu dari anaknya. Meski hatinya berontak ingin merengkuh tubuh rapuh itu, ingin membenamkan wajah cantik yang sedih itu di dadanya, dan mendekapnya di antara tangan-tangannya yang kekar. Ia tidak mampu dan itu tidak mungkin.

*****

Matahari menyeruak masuk diantara tirai-tirai. Airin masih memandang kosong, tangannya masih erat memeluk foto dan pakaian Chandra. Sementara itu, Seokjin juga masih tetap di sana, memastikan Airin baik-baik saja. Tangisan Prince lah yang menyadarkan mereka. Airin menoleh ke arah pintu. Terlihat Karina, adiknya, menggendong Prince yang menangis histeris tidak berhenti.

Airin berdiri menaruh kedua benda tadi dan berjalan gontai ke arah bayinya. Ia sadar telah memiliki seorang anak. Hampir lupa, semalaman terlalu sibuk dengan emosi dan masa lalunya.

Airin akhirnya menggendong dan memeluknya. Prince sudah mengenali ibunya, dan dapat merasakan kesedihan ibunya.

"Hidupmu masih panjang, Kak. Prince adalah tanggung jawabmu, dia titipan Tuhan untukmu. Dia juga dapat merasakan semua perasaanmu." Bisik Karina menahan tangis.

Airin diam saja dan terus mencium putranya, sedangkan Seokjin hanya tersenyum meski kesedihan masih bertahan di wajahnya, setidaknya dia bahagia karena Airin tidak mengabaikan buah dari kesalahannya di masa lalu.

*****

Seokjin memutuskan membawa Airin dan semua orang untuk mengunjungi makam Chandra.

Mobil mereka tiba dan parkiran dengan pengawalan ketat pihak keamanan dari kepolisian. Airin keluar dari mobil dan berjalan dengan tatapan kosong, matanya terus menatap jalanan yang akhirnya menjadi tepian langkahnya.

Cinta Yang Dititipkan (Jinrene)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang