32

138 32 9
                                    

*Jangan lupa untuk meninggalkan jejak, vote dan komennya guys. Terimakasih 💙🍓*

"Melamun?" Tanya Seokjin melihat John menatap kosong di ruang kerjanya.

John langsung tersentak dan berdiri lalu menyerahkan laporan hari ini.

"Kamu sedang jatuh cinta?" Goda Seokjin karena sempat melihat John senyum sendiri sejak tadi.

"Tidak, kak, hanya merasa geer... Mungkin. Tapi Ya sepertinya salah sangka saja." Ucapnya polos bahkan tidak konsisten menjawab.

Seokjin tidak tertarik membuka laporan dan malah memandang adik iparnya.

"Ceritakan!" Titahnya serius.

John garuk-garuk tak gatal seperti biasa, terlihat rona malu dan gugup di wajahnya. Meskipun Seokjin Sudah menjadi kakak iparnya, ia masih sungkan jika harus menceritakan isi hatinya terlebih soal perempuan.

Setelah didesak, akhirnya dia menceritakan obrolannya dengan Natasha saat itu.

"Dia wanita baik-baik. Meski terlihat glamour, tapi dia cukup menjaga tradisi dan punya adat ketimuran. Dia masih gadis sepertinya." Ucap Seokjin tanpa malu-malu, padahal John sampai merona mendengar kalimat terakhir itu.

"Bagaimana kakak tahu? Karena dia belum pernah... Denganmu?" John penasaran.

"Tidak semua wanita pernah singgah di tempat tidurku. Hanya beberapa wanita bodoh saja. Sudahlah, Aku akan melamar dia untukmu jika kamu takut." Ejek Seokjin.

"Tidak! Tidak! Biarkan aku sendiri, Tuan. Aku akan meyakinkan kebenarannya dulu." Ucapnya dengan gugup, hingga memanggil kakak iparnya tidak konsisten. Kadang kakak, kadang tuan.

Seokjin tersenyum sambil membuka laporan hari ini. Sementara John terus mencari cara mengutarakan isi hatinya pada wanita yang dia anggap terlalu tinggi levelnya.

*****

Seokjin masuk ke kamar bayinya dan langsung disambut bibir Airin yang mengerucut. Airin kesal karena suaminya baru datang. Bahkan sejak kembali dari rumah sakit, suaminya terlalu sibuk dengan pekerjaan. Hanya beberapa kali menemui Prince dan Jean lalu mencium bayi barunya. Setelah itu pergi bekerja.

Melihat tatapan sinis Airin, Seokjin langsung memeluknya dari belakang dan mengecup kepalanya.

"Aku senang kamu mencintaiku Seokjin, tapi tidak harus jahat dengan anak ketiga kita." Protes Airin kesal.

"Bukan itu. Pekerjaan beberapa hari lalu membutuhkan pengawasan dan ideku. Karena aku lama menemanimu di rumah sakit, jadi aku selesaikan setelah kamu kembali meski harus memakan waktu banyak." Jelas Seokjin sambil menatap wajah istrinya yang terus cemberut. Seokjin tahu persis isi hati wanita ini.

"Kupikir karena kamu tidak suka anak laki-laki lagi. Bahkan dia belum kamu beri nama." Airin menatap bayi yang baru dia lahirkan di ranjang.

Seokjin menepuk keningnya. Lalu mendekati bayi mungil itu, "maafkan papa sayang." Ia mengelus pipi merah si bayi.

"Nanti bangun. Sudah!" protes Airin lagi.

"Aku tidak pernah keberatan jenis kelamin apapun dari kesemua anak kita. Mereka akan ku perlakukan sama. Mereka semua istimewa. Dari wanita yang istimewa." Seokjin mulai merayu lagi.

Airin hanya tersipu meski tetap menampilkan wajah cemberut manja. Membuat suaminya semakin gemas. Hanya saja tentu tidak boleh menumpahkan rasa gemasnya saat ini. Karena Airin masih dalam masa nifas.

"Mereka semua ditakdirkan Tuhan. Laki-laki atau perempuan, harus disyukuri. Kamu ingat dulu aku begitu menginginkan anak, Tuhan mengabulkan semua itu melalui dirimu. Jadi apa yang harus membuatku kecewa?" Bisik Seokjin lembut.

Cinta Yang Dititipkan (Jinrene)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang