*Jangan lupa untuk meninggalkan jejak, vote dan komennya guys. Terimakasih 💙🍓*
Airin tertegun dan tangannya masih gamang antara mau membalas pelukan atau tidak. Ia bisa merasakan jantung Seokjin berdetak sangat cepat.
"Sejauh manapun kamu berlari dari takdir, dia akan membawamu kembali kepada pemiliknya. Terimalah takdirmu... Masa lalu adalah kenangan dan masa depan adalah tujuan." Chandra kembali muncul di belakang Seokjin dan semakin lama semakin pudar.
Airin menatap lenyapnya sosok yang sangat ia cinta dengan air mata yang akhirnya jatuh ke pundak suami barunya. Mungkinkah itu kemunculan terakhirnya? Setelah memastikan ia benar-benar membuka diri untuk Seokjin.
Ia hampir berseru memanggil nama itu, tapi kata-kata Chandra kembali terngiang. Ia pun tersenyum dalam mata yang basah. Mengangkat tangan berharap menyentuh bayangan yang kian pudar itu, tapi akhirnya ia memilih membalas pelukan suaminya.
Seokjin sangat bahagia, akhirnya Airin membalas pelukannya. Ia membiarkan degup jantung mereka berirama bersahutan, dan nafas mereka berhembus beriringan.
Seokjin melepaskan pelukannya dan menatap Airin yang tertunduk, lalu dengan telunjuknya ia mengangkat dagu istrinya, memandang matanya yang masih tetap sama seperti dulu, teduh dan bersinar dengan indah.
Wajah Seokjin kian mendekat, hingga Airin merasakan hembusan nafas yang bagai tidak berjarak antara ia dan suaminya.
Seokjin mencium bibir Airin dengan lembut seolah menunjukkan hanya ada rasa cinta dalam ciuman mereka.
Airin kelu, diam dan pasrah. Meskipun pada akhirnya membalas ciuman itu dengan perlahan.
Tangan Seokjin mengelus lengan Airin dari atas dengan gerakan sensual hingga bawah, tangannya memeluk pinggang istrinya guna merapatkan tubuh keduanya.
Ciuman itu semakin panas. Berbagi nafas satu sama lain, Seokjin berhenti hanya untuk menghirup udara lalu kembali mencium Airin menggebu-gebu.
Airin sedikit mendorong dada Seokjin untuk bernafas, karena kewalahan membalas ciuman yang Seokjin berikan, terlalu liar dan panas ciuman suami barunya itu.
Tautan bibir terlepas, itu adalah ciuman pertama mereka tanpa paksaan berbeda dengan yang terdahulu.
Seokjin menatap istrinya kemudian menggendong tubuh Airin. Berjalan, membawanya masuk ke dalam kamar yang telah dipenuhi taburan bunga-bunga indah nan wangi.
Seokjin membaringkan tubuh Airin di hamparan bunga-bunga di ranjang, Seokjin melepaskan kancing kemeja yang ia gunakan lalu menatap istrinya dengan sorot mata yang bagai berkabut.
Perlahan wajah Seokjin mendekat, ingin kembali merasakan bibir yang telah lama menggodanya itu. Mereka kembali berciuman lagi, tangan Seokjin mulai bergerak ke mana-mana. Dari mengelus leher Airin, turun menelusuri lengan , lalu merambat ke perut mengelusnya secara perlahan dan sensual.
Gerakan itu membuat Airin meremas bunga-bunga di atas tempat tidurnya. Guna melampiaskan rasa geli akibat tangan Seokjin.
Tangan Seokjin merambat keatas menuju dada Airin untuk menurunkan resleting gaun yang dipakai Airin.
Airin menahan nafasnya untuk sekian detik.
"Bolehkah...?" Seokjin meminta izin dengan suara berat untuk membuka pakaian Airin.
Airin mengangguk pelan, mengizinkan suaminya memilikinya. Tangan Seokjin mulai menurunkan resleting gaun itu perlahan, wajahnya juga kembali mendekat untuk mencium Airin.
Semakin dekat...perlahan...dekat..
"Papa! Mama!" Teriakan Prince dan pukulan kecilnya ke pintu kamar mengejutkan mereka. Spontan keduanya menjauh.