1

428 38 19
                                    

*Jangan lupa untuk meninggalkan jejak, vote dan komennya guys. Terimakasih 💙🍓*



Airin telah melahirkan bayi laki-laki. Bayi itu berada di inkubator untuk mendapatkan penanganan khusus.

Jin menuju ruang bayi dan melihat sosok mungil itu. Ia menyongsong inkubator dan tersedu menatap geliat menggemaskan itu.

"Nak..." Dia berseru dengan bangga dengan air mata. Bibirnya menyunggingkan senyum, tapi matanya basah dan tangannya terlihat gugup sekali.

Hanya beberapa saat dia diizinkan di ruangan itu, sampai akhirnya dia kembali dan berdiskusi dengan dokter yang menangani Airin.

"Airin mungkin kehilangan sebagian memori ingatannya. Bisa sebagian, bisa sepenuhnya dan itu bisa permanen bisa sementara. Karena sempat ada gumpalan darah di otak, tapi berhasil kami keluarkan. Di sinilah mungkin akan sedikit menimbulkan masalah ingatan." Jelas Dokter.

*****

Sudah dua hari Airin tidak sadar. Jin mencoba membuat wanita itu sadar dengan berbagi cara dilakukan, salah satunya dengan diperdengarkan tangis bayi yang baru dilahirkannya.

"Nak, usahakan agar Mama bangun. Menangislah jika di dekatnya, siapa tahu dia mendengar tangisan kamu dan kembali membuka matanya." Ucap Jin dengan gemas pada bayinya.

Jin menoleh pada Airin yang masih bergeming dan tetap menutup mata.

"Kamu tahu? Mama kamu memiliki mata bulat yang indah. Senyumnya manis dan juga pendiam, sesekali dia periang jika Tengah dengan orang yang tepat," Ucapnya dengan menerawang. "Dia adalah orang yang berdedikasi tinggi. Sayang keluarga dan sangat seorang pejuang kehidupan sejati."

Jin mengelus kening bayi dalam dekapannya. Menciumnya, dengan menahan tangis.

"Momen paling indah adalah, jika dia tengah bercanda dengan temannya. Dia sangat manis sekali, dia juga seorang pelobi ulung. Mungkin karena dia pandai bicara dan sangat cantik." Jin menerawang semakin jauh.

"Dia... istimewa."

Bayi itu menangis. Jin sedikit kerepotan menenangkan sang bayi, tapi kemudian dia dekatkan pada Airin berharap wanita itu membuka mata.

"Kamu bangunkan mama, hm? Ayo, bangunkan." Ucap Jin.

Dia pun terus menenangkan bayi dalam dekapannya.

"Tangisanmu keras sekali, berharap Mama bangun?" Jin mengusap pipi Airin dengan gugup. "Ayo, Mama bangun. Begitu?" Dia terus bicara dengan kegugupan luar biasa. Hingga tersentak saat menyadari mata bulat itu telah terbuka dan tengah menatapnya.

"Ssshh... Dia... Anakku?" Tanya Airin lemah.

"I-iya, i-ini a-anakmu," jawab Jin dengan gugup luar biasa. Dadanya naik turun dan tubuhnya berkeringat dingin.

"Kamu... Suamiku?" Tanyanya membuat Jin menatap bingung. "Ini anakku? Kamu suamiku?" Airin bertanya ulang.

"Aku..."

Suara Jin menghilang, saat tangan itu menyentuh pergelangan tangannya Dan tersenyum.

"Terima kasih, Papa.." ujar Airin dengan senyuman yang manis.

'Aku bukan suamimu' batin Jin.

"Papa?" Gumam Jin.

Jin tersenyum pada Airin yang juga tersenyum lemah.

"Senang melihat kamu sadar." Ucap Jin dengan senyuman tulus. Meskipun kegugupan tergambar jelas di wajahnya.

Airin, wanita yang merupakan istri dari Chandra tersenyum dan menoleh pada bayinya. Keningnya mengkerut, seperti Tengah memikirkan sesuatu. Ia kembali menoleh pada Jin, lalu pada bayinya.

Cinta Yang Dititipkan (Jinrene)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang