*Jangan lupa untuk meninggalkan jejak, vote dan komennya guys. Terimakasih 💙🍓*
*Maaf kalo ada typo*
Airin adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Dia bekerja sebagai asisten pribadi dari seorang CEO sekaligus pemilik perusahaan bernama Jin Grisham. Gajinya fantastis, tapi semua uangnya soalnya habis untuk membiayai kuliah 2 adiknya dan menghidupi keluarga pamannya.
Airin tinggal bersama dengan kedua adik, paman dan bibinya. Rumah yang mereka tinggali adalah warisan kakek neneknya yang belum dibagikan. Pamannya mengalami kelumpuhan sejak 6 tahun lalu, alhasil wanita berusia 28 tahun itu harus menghidupi banyak orang menjadi tulang punggung keluarganya.
Airin, dia tidak pernah mengeluh. Sampai-sampai Ia pun belum memikirkan untuk menikah. Akan tetapi bibinya selalu mengatai 'perawan tua' kepada Airin. Bahkan mengatakan bahwa keponakannya itu adalah simpanan bosnya.
*****
Airin sudah berada di rumah keluarga Grisham.
"Selamat pagi, Nyonya Grisham." Sapa Airin.
"Pagi, Airin. Semoga harimu menyenangkan menemani putraku." Balas wanita paruh baya yang masih cantik dan segar itu.
"Terima kasih, Nyonya." Ucap Airin sambil tersenyum sopan.
Airin pun berlalu dan menuju ruang di mana atasannya pasti sedang melakukan olahraga di pagi hari. Ruang gym dan biasanya rekannya sudah ada di sana juga, namanya Kenzy atau sering dipanggil Ken oleh Airin.
"Selamat pagi, Tuan Grisham." Sapa Airin memasuki ruang gym.
"Pagi, Airin." Balas Jin yang tengah membentuk otot tubuhnya.
"Apa jadwalku hari ini, Airin?" Tanya Jin serius.
"Hari ini anda akan rapat dengan beberapa komisaris perusahaan dan juga menteri perdagangan, lalu Ken akan menemani anda. Saya sendiri akan menemui perwakilan dari Australia sebelum anda menemui mereka." Ucap Airin dengan lancar dan lugas, tanpa harus mengecek lagi di tabletnya.
"Oke."
Jin keluar dari ruang olahraga menuju kamarnya. Airin dan Ken pun mengikuti langkahnya hingga pintu kamar.
Seperti biasa, keduanya berdiri di depan pintu kamar sambil mengobrol. Namun, Ken dipanggil oleh istri Jin, Diandra. Airin pun berdiri sendiri di sana, menantikan tuannya mandi dan bersiap untuk sarapan lalu berangkat ke kantor.
Airin memejamkan mata karena bosan, dia terus bergumam manyenandungkan lagu. Sampai tak sadar tuannya membuka pintu dan menatap wajahnya. Senyum Jin pun tergambar di sana, tapi segera terkubur lagi Dan menatap serius.
"Ehm!" Suara Jin membuat Airin membuka mata.
"Maaf, Tuan." Airin tersenyum dan menunduk, lalu mengikuti langkah lebar tuannya menuju meja makan.
Di sana sudah terlihat ibu dan istri Jin, keduanya menanti kedatangannya.
"Pagi, sayang." Sapa Diandra dengan manis, tapi Jin tak terlalu peduli dengan sapaan istrinya itu. "Ohya..hari ini aku--"
"Butuh berapa miliar?" Tembak Jin cepat.
"Jin, aku--"
"Minta pada asistenku, dan jangan ganggu aku. Aku sudah muak denganmu."
"Jin, ibu mohon jaga kata-katamu pada seorang perempuan." Protes sang ibu, karena Jin selalu sinis pada istrinya.
"Aku mempertahankan dia demi kamu, Bu. Dan dia bertahan denganku karena uang. Cinta? Dia sudah menguburnya dan aku sudah membuangnya." Jin menoleh pada Ken yang sudah terbiasa melihat pertengkaran ini. "Berikan apa yang dia butuhkan."
![](https://img.wattpad.com/cover/375394080-288-k235489.jpg)