*Jangan lupa untuk meninggalkan jejak, vote dan komennya guys. Terimakasih 💙🍓*
Pagi ini, Prince dan Airin kembali ke rumah sakit setelah beristirahat di rumah. Seokjin sudah menempati kamar rawat president class dan melepaskan alat-alat medis yang kemarin menempel di tubuhnya. Kondisinya semakin membaik.
"Papa...!" Teriak Prince menghambur ke atas ranjang.
Seokjin kewalahan, tapi ia langsung memeluk dan mencium putranya. Melepaskan rindu Yang selama lima tahun tertahan. Rasa haru dan bangga menjadi seorang ayah dari perempuan yang dicintainya, benar-benar istimewa.
Pertemuan terakhir mereka, Prince masih seorang bayi chubby dan kini telah menjadi anak yang pintar dan cerdas. Seokjin melupakan rasa sakitnya, sibuk mendengarkan keluhan Prince yang selalu diejek tidak memiliki papa. Berlanjut dengan hobinya main sepak bola.
Tak lama Airin masuk dengan rambut terikat ke belakang, kemeja putih dan rok hitam. Seokjin seperti melihat asisten tercintanya yang dulu dan langsung memandangnya penuh cinta.
"Prince, turun! Papa harus makan." Ucap Airin sambil mengulurkan tangan.
Kata Papa dari bibir Airin terdengar syahdu dan indah. Jika dulu selalu baku dengan panggilan Tuan, sekarang terasa unik dengan sebutan papa. Hati Seokjin berdesir dan ia gugup setengah mati.
Prince turun dan duduk di samping Airin yang memegang mangkuk bubur yang baru saja dibawa perawat.
"Makan dulu," ucap Airin sambil menyendok bubur dan menyuapkannya ke bibir Seokjin.
Seokjin tidak menyangka jika Airin akan menyuapi dirinya. Rasa haru, gugup, bahagia, semua seperti menjadi satu. Hingga dia hampir menangis sambil mengunyah.
"Cukup." Ucap Seokjin ketika baru tiga suap.
Terasa kenyang hanya dengan kehadiran mereka berdua. Hidupnya terlalu sempurna untuk saat ini. Hingga menghilangkan rasa lapar di perutnya.
"Papa, kalau mau sembuh harus makan banyak. Bagaimana kita mau main sepak bola kalau Papa lemah? Papa harus kalahkan papanya teman-temanku, mereka selalu mengejekku. Mereka bilang aku anak haram, Mama wanita nakal. Jadi Papa harus segera sembuh, makan yang banyak. Iya kan, ma?" Celoteh Prince membuat Seokjin sedih dan terenyuh.
"Maafkan papa." Ucap Seokjin lirih.
Saat tahu betapa beratnya hidup mereka karena ulahnya. Namun, tidak semua karena ulahnya, juga karena keegoisan Airin.
"Makannya harus habis, Mama selalu bilang seperti itu padaku, kalau tidak nanti buburnya menangis."
Putranya ini sangat perhatian sama seperti mamanya, membuat Seokjin terharu.
"Oke, papa akan habiskan. Ayo, Mama suapkan lagi." Ucap Seokjin semangat dan menatap Airin yang kikuk.
Panggilan mama dari Seokjin dan papa dari Airin, membuat keduanya jadi salah tingkah sendiri. Hubungan yang dulu sebagai tuan dan bawahan, kini terasa aneh dengan panggilan seperti suami istri.
Sepersekian detik Seokjin pun menyadarinya. Rona malu terlihat, keduanya jadi semakin gugup satu sama lain. Hingga berakhir saling diam, jika bukan karena Prince menyuruh Airin menyuapi lagi.
Meski tidak berselera, Seokjin tetap melahap suapan demi suapan bubur demi putranya yang terus mengawasinya.
"Horeee... Papa hebat. Seperti Prince!" Teriak Prince ketika melihat bubur itu habis.
Seokjin tersenyum senang. Sangat senang, ia benar-benar Baru kali ini merasakan kebahagiaan yang sederhana tapi terasa luar biasa. Disuapi wanita yang sangat dia cintai, dan melihat kepolosan serta kecerdasan putranya.