25

206 35 9
                                    

*Jangan lupa untuk meninggalkan jejak, vote dan komennya guys. Terimakasih 💙🍓*

Matahari menerobos ke dalam kamar itu dengan leluasa, karena memang semalaman tirai-tirai tidak tertutup satupun. Membiarkan bulan dan bintang tertawa melihat betapa besar cinta dan hasrat yang terpendam dari seorang Seokjin Grisham.

Airin menggeliat, membuka mata dengan sangat berat. Menaruh tangan yang terus memeluknya dan turun dari tempat tidur. Langkahnya masih gontai, terasa tidak nyaman. Ia masuk ke kamar mandi, mengguyur tubuhnya dengan air hangat.

Airin menarik nafas dalam, lalu menatap kosong, memikirkan apa yang harus ia lakukan ke depannya. Suka tidak suka, sekarang pria itu adalah suaminya, meski hatinya tidak bisa berbohong, masih belum bisa mencintainya.

Airin tersadar, lalu segera mematikan air dan keluar dengan handuk. Seokjin masih tertidur pulas. Airin langsung memakai pakaian dan menuju meja rias. Kosmetik dan sisir masih berceceran di lantai. Beberapa yang terbuat dari botol pecah, hingga Airin yang harus merapikannya. Bukan tidak bisa memanggil room service, tapi sepertinya memalukan jika harus ada orang lain masuk ke kamar yang berantakan, sisa-sisa cemburu suaminya semalam.

"Jam berapa ini?" Tanya Seokjin menggeliat melihat Airin Tengah merapikan ceceran kosmetik.

"Jam sembilan," jawab Airin.

Airin mengelap tangannya dengan tisu dan menoleh ke arah Seokjin yang masih tampak kelelahan.

"Mau sarapan apa? Biar aku pesan." Airin menatap Seokjin lekat-lekat, seolah berusaha agar jatuh cinta.

"Tidak, kita akan makan di luar. Di pinggir pantai." Jawab Seokjin sambil melewati Airin dan menyentuh pipinya.

Airin langsung memalingkan wajah dan berjalan ke lemari, mengambil baju untuk suaminya.

Tak lama Seokjin keluar dengan handuk, lalu menyemprotkan minyak wangi dan mengusap-ngusap wajahnya. Persis seperti yang biasa dilakukan Chandra juga.

Ia segera menggelengkan kepala, enggan mengingat mantan suaminya yang telah tiada. Salah-salah seperti semalam, ada yang cemburu dan menguras energinya.

"Ayo!" Ajak Seokjin.

Seokjin memakai kaos oblong berwarna putih dan celana jeans, ia mengajak istrinya kencan untuk pertama kali, di pantai.

*****

Ombak berdeburan membasahi kaki mereka yang tak mengenakan alas. Seokjin masih menggenggam erat tangan Airin sambil berjalan berdampingan, menikmati hembusan angin yang kencang. Seokjin menarik Airin ke sebuah gazebo yang sudah disiapkan lengkap dengan kelapa muda dan sarapan mereka.

"Rasanya ini seperti mimpi," ucap Seokjin memutar-mutar straw di kelapa muda.

Airin tersenyum, seolah tidak memiliki kalimat apapun untuk membalas suaminya.

"Sejak semalam aku berpikir mungkin aku sedang bermimpi. Bisa bersama wanita yang sangat aku cintai. Ah... Terlihat gombal sekali bukan? Tapi itulah, aku sampai tidak bisa tidur, terus berpikir, benarkah... Kamu yang kupeluk?"

Airin tersipu dan sibuk menikmati makanannya. Pipinya mulai merona tapi tetapi ia sembunyikan.

"Airin..." Seokjin memandang Airin, lalu bangkit, "kemarilah." Ucapnya berjalan ke arah Pantai dengan ombak kecil yang berlarian di pinggirnya, meninggalkan sarapannya.

Airin memenuhi keinginan Seokjin, berjalan di belakangnya. Berharap tidak ada permintaan aneh dari lelaki dengan hormon yang berbeda dengan orang lain ini di atas pasir. Ia berharap hanya ada obrolan untuk saling merekatkan hubungan.

Cinta Yang Dititipkan (Jinrene)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang