~ •37• ~

683 59 9
                                    

Untuk diriku tolong jangan pernah iri pada siapapun dan karena alasan apapun

Permainan ular tangga yang semakin menantang, Dmitriev saat ini telah mendominasi permainan karena pionnya yang telah berada pada bidak ke-65. Posisi tertinggi pertama dan posisi kedua Dipegang oleh Gerhana yang berada di posisi 63. Tak lupa Emily yang berada di posisi 59 disusul oleh Caroline di bidak 55 dan Ayanha yang jauh tertinggal pada bidak 41.

Satu kelemahan yang Ayanha sulit ubah yaitu dia cepat merasa putus asa untuk keputusan apapun. Dia merasa down dengan cepat untuk menghadapi realita. Ayanha gampang merasa tertinggal. Hal ini justru tambah berdampak buruk untuknya.

Jeda istirahat sekita lima belas menit. Ayanha memilih menyendiri di ujung pojok ruangan. Pada akhirnya dia juga memiliki ekspektasi yang tinggi untuk lolos namun apa boleh dikata, dia merasa menyerah dan putus asa.

Ayanha terus mengukir pola abstrak di lantai hingga tak sadar dua pasang laki-laki berdiri tepat di hadapannya. Gerhana dan Dmitriev yang masing-masing menyodorkan sesuatu pada Ayanha. Gerhana yang menawarkan coklat dan Dmitriev yang menawarkan beberapa lembar Dollar.

Kedua laki-laki itu saling memandangi satu sama lain, Gerhana menaikan salah satu alisnya sedangkan Dmitriev yang hanya diam.
Ayanha berdiri dengan cepat berusaha mencairkan atmosfer yang tiba-tiba mendadak membeku.

"Kalian jangan bertengkar disini." lerai Ayanha.

"Tidak ada yang ingin bertengkar." ungkap Dmitriev.

"Kalian terlihat siap untuk memangsa satu sama lain dan itu menguatkan stigma ku bahwa kalian sepertinya akan bertengkar." ungkap Ayanha.

"Kau berlebihan, dan coklat untukmu karena  menurut penelitian coklat bisa mempengaruhi suasana hati lebih membaik." Gerhana menyodorkan coklat untuk Ayanha.

"Uang untukmu, bukankah kau menyukai uang?" Dmitriev menyodorkan beberapa helai dollar yang telah diikat.

Ayanha bingung harus apa sekarang, dia lebih baik serakah, Gerhana benar tentang coklat. Tapi penawaran dari Dmitriev jauh lebih menarik. Ayanha memutuskan mengambil semua benda itu.

"Terimakasih banyak untuk perhatian kalian. Aku menyukai coklat dan juga sangat menyukai uang." Ayanha mengipaskan uang itu kewajahnya. Sangat segar pikirnya.

"Aroma uang adalah hal yang paling memabukkan." komentar Ayanha. Dia juga membuka coklat itu kemudian memotongnya menjadi beberapa bagian.

"Satu untukmu, satu juga untukmu dan ini untukku." Ayanha memberikan coklat itu kepada mereka.

Gerhana memakannya, sementara Dmitriev hanya menatap tak minat coklat di tangannya itu. "Kau memberiku cokelat?" tanya Dmitriev.

"Ada yang salah? Rasanya enak kau harus mencobanya, benarkan Gerhana."

Dmitriev memasukkan cokelat itu ke mulutnya, rasa yang manis dan tidak terlalu dapat diterima dalam lambungnya.

"bagaimana rasanya? " tanya Ayanha.

"Buruk." balas Dmitriev.

"Selera mu sangat buruk. Cokelat yang manis ini tidak kau sukai." Ayanha berdecak, dia terus melahap coklatnya.

"Karena ada yang lebih manis dari cokelat." celetuk Dmitriev.

"Apa itu?"

"Kau." balas Dmitriev membuat Ayanha dan Gerhana terdiam.

Ayanha terkekeh sembari terus mengipasi wajahnya dengan dollar dari Dmitriev lagi.
"Kau pandai melawak. Tapi jujur saja aku memang manis." Ayanha berpose dua jari.

University WarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang