~ •34• ~

498 51 8
                                    

Segala hal yang terjadi banyak yang kusesalkan namun banyak juga yang ku syukuri

Suara ricuh menggema sesaat setelah Ayanha berhasil memenangkan balapan untuk yang kesekian kalinya. Ucapan selamat membanjiri indra pendengarannya walaupun ada suara- suara sumbang karena teriakan kekalahan yang juga ia dengar. Ahh Ayanha dan kemenangan adalah satu kesatuan sepertinya.

"Hey jerk i'm win again and you lose, better I cut your dick or  your head?" Ayanha menatap selangkangan laki-laki didepannya dengan tatapan sarat akan dendam. Kemudian maju perlahan.

"Jika kau mendekat kujamin kau akan menyesal." Laki-laki itu memegangi selangkangannya.

"Benarkah? Tunjukan padaku seperti apa penyesalan itu." Ayanha menyeringai.

Ayanha melangkah semakin dekat dan dekat. namun tangannya tertahan di udara saat ia ingin melayangkan sebuah tinjuan akibat suara sirine polisi yang membuatnya membulatkan mata. Semua yang ada disana kontan berbondong-bondong melarikan diri, berlari kalang kabut.
"Sialan!" umpat Ayanha, dia segera menarik Dmitriev untuk pergi.

"Ayo naik!" titah Ayanha.

"Are you serious?" Dmitriev tidak pernah menaiki kendaraan roda dua sebelumnya.

"Cepatlah kau tidak ingin kita tertangkap, bukan?" Ayanha sepertinya lupa bahwa siapa yang akan berani menangkap seorang bermarga Dmitriev.

Dmitriev menaiki motor Ayanha dan langsung dikemudikan oleh gadis itu secepat kilat, menjauh dari kejaran polisi. Tak tanggung-tanggung sepertinya Ayanha mengemudikan motor ini dengan sangat kesetanan, Dmitriev tidak terbiasa sama sekali. Dan sekarang dia memeluk Ayanha erat.

Ayanha akhirnya memberhentikan motornya ditepi jembatan setelah dirasa kondisi aman, tapi yang tidak aman adalah keadaan Dmitriev yang saat ini tengah memuntahkan isi perutnya secara terus menerus. Ayanha menggaruk tengkuknya, mengapa reaksi Dmitriev berlebihan, seperti seseorang yang baru merasakan menaiki sebuah motor.

Ayanha memijit tengkuk Dmitriev.
"Kau baik-baik saja?"

Dmitriev terduduk dengan lemas bersender pada pembatas jembatan itu.
"Kau gila, kau harus memeriksa kejiwaan mu." racau Dmitriev lalu kembali berdiri memuntahkan isi perutnya.

Ayanha bersender disamping nya dengan kesibukannya pada nail art  yang sudah mulai rusak. Sesekali ia menengok prihatin pada keadaan Dmitriev.
"Kau baik-baik saja," Ayanha bertanya lagi pada Dmitriev yang sedang bersandar lemas itu.

"Ayolah, kau ini mengapa berlebihan sekali. Kau seakan-akan tak pernah menaiki kendaraan roda dua saja, reaksi tubuh mu  sangat berlebihan tuan muda Dmitriev." Ayanha mengeluh.

"Aku tak pernah menaiki kendaraan macam itu." Dmitriev menunjuk pada motor Ayanha yang sudah ia kutuk.

Ayanha menganga kemudian menutup mulutnya, dia sungguh heran.
"Kau tak pernah menaiki motor? Kau serius? Kasihan sekali dirimu ini." Ayanha menatap Dmitriev prihatin.

"Kau yang harusnya dikasihani, kondisi kejiwaan mu harus diperiksa." Dmitriev memandang nyalang Ayanha.

"Kita berbaikan saja, aku hanya bercanda menjadikan mu bahan taruhan lagipula aku sudah menjadi pemenangnya." jelas Ayanha.

"Kau bodoh, idiot, jelek, pendek, pendek akal, semua keburukan ada padamu."

Ayanha yang mendengar segala hinaan Dmitriev hanya mengangguk pasrah secara terus menerus, lagipula ini juga salahnya.
Ayanha bahkan menerima dengan lapang dada saat keningnya disentil oleh Dmitriev.

"Sudah puas marahnya? Besok kita harus kembali bersaing dan kau tidak boleh sakit hanya karena kau baru menaiki yang namanya motor, itu sangat tidak lucu."

"Entah mengapa kau menjadi banyak bicara dan sangat cerewet, aku sampai pusing. Mungkin karena efek samping dari pengalaman pertamamu menaiki motor. " komentar Ayanha, dia memijat pangkal hidungnya.

"Pandai sekali kau mengeluarkan kata-kata kontradiksi." ungkap Dmitriev.

Saat perdebatan mereka tak kunjung usai, sebuah mobil hitam berhenti tepat disamping motor Ayanha. Sang pengemudi keluar dengan wajah panik.
"Tuan! Kau tidak apa-apa?" asisten Dmitriev mendorong Ayanha yang berada disamping tuannya itu.

"Hei nona! Ini karenamu, kau apakan tuan muda Dmitriev?" Dia menyalahkan Ayanha.

"Memangnya aku apakan dia?"

"Kau membuat nya lemas seperti ini, sekali lagi aku bertanya kau apakan dia?"

"Aku tidak berbuat apa-apa, berlebihan sekali kau ini. Memangnya akan aku apakan tuan mu yang lemah ini." balas Ayanha sewot.

"Berani sekali kau, kau tidak tahu betapa kuatnya tuan kami."

"Benarkah dia kuat, Apa dia kuat seperti hulk? Apa dia bisa berubah menjadi raksasa?" ejek Ayanha.

"Kau bodoh! Apa kau korban fiksi sehingga tidak bisa membedakan mana yang sungguhan dan tidak."

"Cerewet sekali kau ini, tidak heran gayamu saja gemulai." Ayanha mengamati asisten Dmitriev yang memang memakai setelan jas tapi dari cara dia mengekspresikan anggota tubuhnya itu cukup kentara.

"Berani sekali kau!" Dia maju hendak menjambak rambut Ayanha namun dihalangi oleh Dmitriev.

"Kalian berdua akan kulempar dari jembatan ini, jika kalian tidak berhenti." Dmitriev mengeluarkan titah.

"Tuan, itu karena gadis kelebihan kromosom ini yang memulai." jawaban itu kontan membuat Ayanha membulatkan matanya.

"Kau yang kelebihan kromosom!" teriak Ayanha.

"Dmitriev mengapa kau memperkerjakan orang sepertinya."

"Itu karena aku hebat dan aku berkompeten."

Dmitriev sudah lelah dengan perdebatan ini. Kedua manusia itu sepertinya tidak bisa akur dan tidak akan pernah akur.
"Crisan, please stop it." titah Dmitriev.

Ayanha seketika tertawa terbahak-bahak, sesekali menyeka air matanya yang hendak keluar.
"What? Crisan, are you kidding me."

"Namamu bermakna bunga krisan yang indah sedangkan kau sendiri bunga bangkai." Ayanha kembali tertawa dengan sangat puas.

Crisan benar-benar ingin membalas namun ia takut terhadap tuannya yang telah mengeluarkan titah untuk diam, sehingga ia hanya diam dan tidak membalas walaupun ia ingin sekali.

"Ayanha, pulang." Dmitriev menatap lekat Ayanha.

"Aku akan segera pulang."

"Sekarang."

Ayanha menggeleng. "Nanti saja, aku masih ingin jalan-jalan."

"Ayanha, pulang sekarang." titah Dmitriev.

"Baiklah, aku bisa apa jika tuan muda Dmitriev sudah memerintahkan." Ayanha bergegas menuju motornya.

Saat setelah memasang helm Fullface nya, Ayanha berucap pada Dmitriev yang diperuntukkan nya pada musuh barunya.
"Dmitriev, bilang padanya seharusnya kromosom laki-laki itu XY tapi dia mendapatkan XXY, jadi itu yang dinamakan kelebiham kromosom." Ayanha segera memacu kendaraannya.

______TBC____

University WarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang