ꕥ Aku hanya menyukai Dollars dan pria tampan ꕥ
Waktu cuti adalah hal yang menyenangkan untuk siapa pun itu, tidak terkecuali bagi Ayanha. Bersiap untuk tetap produktif sekalipun hari ini minggu adalah hal yang harus dilestarikan. Menguncir rambutnya lalu hanya mengenakan kaos kebesaran berwarna putih dan dilengkapi celana pendek sepaha.
Ayanha niatnya akan pergi bersepeda disekitaran taman hari ini.Angin sepoi-sepoi menyapa kulit Ayanha saat dia mulai mengayuh sepeda berwarna ungu dengan keranjang abu-abu yang ia taruh cemilan didalam. Bersepeda di trotoar adalah hal yang menyenangkan bagi Ayanha. Saat ini sedang lampu merah tapi entah mengapa ia juga terkena Imbasnya padahal dirinya hanya memakai sepeda saja. Mungkin karena hari ini weekend jadi banyak yang menghabiskan waktunya.
Ayanha menatap sekelilingnya yang penuh pengendara, matanya menyipit saat melihat kaca mobil yang terbuka itu menampilkan Dmitriev yang sedang mengobrol dengan salah satu aparat lalu lintas. Ayanha mengayuh sepedanya untuk mendekat kemudian dia memungut sebuah kerikil kecil dan ia lemparkan pada kaca mobil Dmitriev yang sudah tertutup itu.
Kaca mobil itu terbuka dan memperlihatkan Dmitriev yang sangat ehhem tampan, dibaluti kemeja putih dan blazer hitam, lalu kecamata yang bertengger. Penampilan yang selalu rapi untuk seorang Dmitriev.
Dmitriev mengernyitkan dahinya saat melihat seorang gadis bersepeda yang tersenyum padanya, dia melepas kacamata miliknya dan menatap lamat gadis yang masih terus melambaikan tangan padanya.
"Dmitriev, apa kau melihat ku?" Ayanha sedikit berteriak. Namun Dmitriev tak peduli hal itu. Mobilnya malah terus berjalan seiring dengan lampu hijau.
"Dia pergi." lirih Ayanha. tapi tidak apa-apa lagipula Ayanha memang berniat untuk bersantai hari ini, dengan semangat Ayanha kembali mengayuh sepedanya menuju taman.
Menikmati pemandangan anak kecil yang sedang bermain sembari terus memakan ice cream ditangannya adalah hal yang Ayanha lakukan saat ini. Anggap saja Ayanha tidak memiliki laporan praktikum yang harus dikerjakan ataupun apalah itu. Dia sedang ingin bersantai. Sembari duduk di bangku taman berwarna putih.
Tepukan di bahunya membuat Ayanha tersadar dari keterdiamannya, ahh rupanya itu Dmitriev. Sedang apa dia disini? Bukankah tadi dia berlagak tidak peduli dan seperti bukan orang yang saling kenal? Dan lihatlah tiba-tiba dia disini, di hadapan Ayanha dan memakan ice cream di tangannya.
"Kau apa-apaan!" Ayanha tidak terima ice cream di tangannya dicicipi oleh Dmitriev.
"Enak, rasa Vanila." ungkap Dmitriev. Memandang Ayanha.
Ayanha sontak menutup mulutnya dan memandang Dmitriev tak percaya.
"Kita berciuman?" ungkap Ayanha yang kontan langsung membuat Dmitriev terbatuk mendengarnya."Sejak kapan?" tanya Dmitriev berusaha mencerna kalimat Ayanha.
"Sejak kau memakan ice cream ku, kau memakan bekasku. Kita berciuman secara tidak langsung." Ayanha menjadi sangat dramatis.
"Hiperbola." Dmitriev merotasikan matanya.
Dmitriev tersenyum nakal dan menunduk untuk berbisik pada Ayanha. "Bagaimana kalau kita berciuman secara nyata?" tawar Dmitriev dengan menaikan salah satu alisnya.
"ENYAHLAH DARI SINI PEDOFILIA!"
"Kau bukan anak di bawah umur Ayanha."
"Tetap saja itu adegan dewasa, kau tahu aku ini masih polos." balas Ayanha yang dihadiahi sentilan dari Dmitriev.
"Dan lagipula kau memang terlihat persis seperti Pedofil yang sedang merayu gadis dibawah umur. Lihatlah tampilan mu dengan setelan formal dan lihatlah aku dengan pakaian yang santai. Kau persis seperti perayu gadis kecil." ungkap Ayanha.
"Mau mengajari ku bersepeda?" ajak Dmitriev.
"Bersepeda? kau tidak bisa bersepeda?" Ayanha merasa heran dengan manusia seperti Dmitriev.
"Tidak, aku hanya tahu caranya menggunakan Ferrari and Lamborghini. " jelas Dmitriev dengan jujur.
Ayanha merasa bersemangat untuk mengajari Dmitriev bersepeda, sesekali dia harus merasakan kehidupan sederhana yang menyenangkan. Kehidupan orang itu sudah terlalu sempurna.
"Dengarkan arahan dariku sebelum kita bersepeda hari ini. Pertama kau harus tahu bahwa bersepeda menerapkan hukum keseimbangan. Keseimbangan adalah hal utama yang harus kau kuasai dalam hal ini." jelas Ayanha.
"Kedua, kau tidak perlu penerapan hukum hooke apalagi sampai hukum Avogadro." Dmitriev menganggukkan kepala mendengar penjelasan Ayanha.
"Ketiga, untuk pemula sepertimu kau memerlukan medan yang tidak curam, berbatu dan memiliki banyak tikungan. Kau bisa terjatuh."
"Keempat, dalam bersepeda kau memerlukan energi yang lebih banyak pada tubuh bagian bawah terutama kaki. Kau memerlukan tenaga untuk mengayuh sepedanya."
Dmitriev masih terus mendengarkan arahan serta peraturan dari Ayanha dengan seksama. Entah mengapa gadis ini seperti mempersulit hal yang mudah. Tapi entahlah Dmitriev menyukai Ayanha yang banyak bicara.
"Kesepuluh dan yang terakhir. Kau tidak boleh sembarangan menoleh ke kanan atau ke kiri bahkan jika ada yang memanggilmu, sebisa mungkin kau henti kan sepedanya dengan perlahan lalu berbalik pada orang yang memanggilmu. Paham?"
"Yahhh, aku sangat paham jadi kapan kita akan bersepeda nona?"
"Sekarang." balas Ayanha semangat.
Dmitriev menaiki sepeda Ayanha lalu perlahan mengayuhnya sedangkan dari belakang Ayanha mendorong sepeda itu dan memastikan Dmitriev tidak terjatuh.
"Ini lebih sulit dari yang kukira." komentar Dmitriev."Ingat peraturan pertama yaitu keseimbangan." balas Ayanha.
Dmitriev masih berusaha menyeimbangkan dirinya dan mengayuh sepeda itu secara perlahan. Saat dirasa ia sudah mampu Dmitriev menambah laju sepeda itu dan membuat Ayanha melepaskan dorongannya.
Ayanha melihat dari jauh saat Dmitriev mulai terbiasa mengendarai kendaraan roda dua itu."Dmitriev ingat peraturan yang ketiga!" teriak Ayanha. Dia bersorak gembira saat melihat Dmitriev mulai menguasai sepeda itu.
Ayanha memandangi Dmitriev yang bersepeda mengelilingi area taman itu, angin sepoi-sepoi menerbangkan beberapa helaian rambut laki-laki itu, senyuman yang selalu tersembunyi itu kini menjadi transparan dan nyata. Manis dan sangat indah.
Ayanha sampai terdiam memandangi salah satu keindahan dari Tuhan. Dmitriev definisi sempurna. Dia memiliki kecerdasan, ketampanan, kekayaan, kejayaan. Semua itu ada padanya. Betapa beruntungnya dia.
Dmitriev berhenti disamping Ayanha.
"Ayanha naik." titah Dmitriev yang disambut dengan senang hati oleh Ayanha."Jalan!" Ayanha berpegangan pada pinggang Dmitriev. Rasanya menyenangkan. Bersepeda dan berkeliling taman.
"Dmitriev lebih cepat dan ingat peraturan keempat." titah Ayanha. Rambutnya beterbangan, dia merentangkan tangannya menikmati angin nan sejuk yang menyapanya dengan lembut.
"Pegangan Ay." balas Dmitriev, dia mempercepat laju sepedanya. Mereka tertawa dan bahagia. Hingga seseorang memanggil nama Dmitriev dengan embel-embel tuan muda dengan keras dan membuat Dmitriev berbalik kebelakang.
"Dmitriev ingat peraturan kesepuluh!" teriak Ayanha dan__
Brakkkkk
Suara sepeda yang terjatuh itu nyaring di telinga. Entah bagaimana tapi Ayanha kini terlentang di aspal jalanan. Dan Dmitriev yang masih mencerna keadaan.
"Ay, kau baik-baik saja?" Dmitriev merasa bersalah.
"Tidak, kau tidak mendengarkan arahanku dengan seksama tadi." Ayanha berusaha bangkit namun lutut nya perih akibat goresan dari aspal. Dia hanya memakai celana pendek sepaha.
"Maafkan aku." sesal Dmitriev.
Ayanha langsung berdiri dengan tegar seolah tidak terjadi apa-apa.
"Kau tidak perlu meminta maaf, aku sering balapan dan luka ini tidak berarti apa-apa." Ayanha menepuk dadanya bangga.______TBC_______
KAMU SEDANG MEMBACA
University War
Fanfiction𝚂𝚎𝚚𝚞𝚎𝚕 𝙶𝚎𝚗𝚒𝚞𝚜 𝚑𝚒𝚐𝚑 𝚜𝚌𝚑𝚘𝚘𝚕. 𝙳𝚒𝚜𝚊𝚛𝚊𝚗𝚔𝚊𝚗 𝚖𝚎𝚖𝚋𝚊𝚌𝚊 𝙶𝚎𝚗𝚒𝚞𝚜 𝙷𝚒𝚐𝚑 𝚂𝚌𝚑𝚘𝚘𝚕 𝚝𝚎𝚛𝚕𝚎𝚋𝚒𝚑 𝚍𝚊𝚑𝚞𝚕𝚞. 𝓤𝓷𝓲𝓿𝓮𝓻𝓼𝓲𝓽𝔂 𝓦𝓪𝓻 Hari pertama memasuki universitas Ayanha mendapatkan banyak hal-hal...