~ •41• ~

471 47 10
                                    

Selamat anda kena prank.
Selamat datang di dunia baru after Triangle hierarchy end

Hari yang membahagiakan setelah penyerahan penghargaan kepada tiga besar Triangle hierarchy tersebut. Dan juga merupakan ikon terbaru University War. Ketiga ikon university war itu berada di podium dan disaksikan seluruh mahasiswa yang ada. Media, hingga layar televisi dibanjiri oleh wajah mereka. Spanduk yang ada di University war dipenuhi wajah mereka yang bertabur visual.

Ayanha berada diantara mereka. Dirinya terlalu bersemangat melihat berapa indahnya medali yang tergantung di lehernya. Bunga peony dalam genggaman serta hadiah berupa dollars, bagian favorit Ayanha.

Ayanha berbisik yang diperuntukkan untuk mereka. "Kau tahu kita seperti selebriti yang terkenal sekarang." Ayanha tersenyum pada kamera.

"Jangan berlebihan Ayanha." ungkap Dmitriev yang mulai lelah terus-menerus berdiri dan disaksikan banyak orang itu.

"Ayanha kau hebat." puji Gerhana.

"Kau juga sangat hebat Gerhana. Kita semua adalah yang terhebat." ucap Ayanha berbisik.

"Dmitriev sedari tadi kau tidak banyak tersenyum. Apa menjadi juara pertama tidak ada artinya bagimu?" bisik Ayanha, suara di aula itu lumayan tenang walaupun banyak sekali mahasiswa yang ada disana. Mereka disiplin dan tahu cara menghargai terlebih yang saat ini berbicara adalah sang rektor.

"Juara pertama adalah hal yang sudah biasa untukku." ungkap Dmitriev.

"Aku tidak heran dengan Jawaban mu, karena kau memang sombong lagi angkuh." ucap Ayanha sinis.

"Selamat Ayanha, kau hebat, cerdas dan cantik walaupun menyebalkan." Dmitriev sedikit menundukkan kepalanya dan berbisik pada Ayanha.

Ayanha secara spontan menutup wajahnya dengan bouquet bunga peony yang ada ditangannya. Dia rasa pipinya memanas bahkan mungkin sudah merah. Dmitriev itu memang sangat menyebalkan dan kurang ajar. Sedangkan Dmitriev menahan senyuman yang ingin terbit diwajahnya melihat tingkah gadis berponi itu.

"Sebaiknya tetaplah menjadi Dmitriev yang ucapannya setajam silet daripada Dmitriev yang ucapannya selembut sutera." ungkap Ayanha menatap Dmitriev. Pandangan keduanya bertemu dan akhirnya disadarkan dengan deheman Gerhana juga riuh tepuk tangan dari orang-orang yang ada disana.

Ucapan selamat membanjiri indra pendengaran Ayanha, bibirnya terasa kaku karena terus tersenyum sedari tadi pada siapapun yang menyapanya. Ayanha berniat ingin menemui Gerhana dan juga Dmitriev serta seluruh champions yang menembus sepuluh besar.

Ayanha berjalan dengan santai sesekali menoleh ke kanan lalu kekiri untuk mencari gedung fakultas yang sesuai. Sekarang beberapa kelas telah dimulai sehingga sedikit sepi, terutama di koridor yang ia tempati saat ini. Ayanha meringis kesakitan saat tiba-tiba ia jatuh tersungkur. Seseorang sengaja membuatnya tersandung.

"Hy Ayanha, selamat atas runner-up yang kau raih." Emily tersenyum pada Ayanha lalu mengulurkan tangannya pertanda ia ingin membantu.

Ayanha tak membalas uluran tangan itu, dia memilih berdiri sendiri.
"Terima kasih atas ucapan selamat mu Emily." jawab Ayanha.

Emily terkekeh sinis. Dia menarik rambut panjang Ayanha yang langsung ditepis oleh sang empu. "Apakah kau sudah merasa berada di atas ku Ayanha? Kau merasa bahagia karena aku kalah."

"Kau kalah karena ulahmu yang menjijikkan itu." sarkas Ayanha.

Emily langsung menarik dengan keras rambut Ayanha. "Berani-beraninya kau. Kau pikir kau siapa!" Emily memperkuat jambakannya.

Ayanha berusaha melepaskan tangan Emily dari rambutnya. "Gadis gila!" umpat Ayanha lalu menyiku wajah Emily. Darah segar mengalir dari hidung gadis itu akibat ulah Ayanha.

Ayanha mengibaskan rambutnya.
"Dengar ini baik-baik. Ayanha Clevelandria Denver bukan orang yang lemah."

Emily menyeka darah yang keluar dari hidungnya. Dia terkekeh, kemudian merogoh bagian belakang nya. Menampakkan sebuah senjata tajam. Lalu memandang Ayanha dengan senyuman manis seraya perlahan mendekati Ayanha. Mata Ayanha kontan membulat mendapati benda yang dikeluarkan Emily. Gila ini benar-benar gila.

Ayanha menelan ludah seraya bergerak mundur. "Emily, apa yang kau lakukan." ungkap Ayanha. Dirinya mulai panik lantaran tindakan Emily yang terlampau nekat.

"Mati kau harus mati!" Emily mengangkat pisau itu ke udara dan berusaha melayangkan tikaman pada Ayanha. Saat melihat kesempatan yang ada Ayanha menendang lengan Emily menyebabkan pisau itu terjatuh.

Dengan segera Ayanha menendang pisau yang tergeletak itu. "Kau jangan gila Emily!" bentak Ayanha.

Emily bak kesetanan dia memandang Ayanha penuh amarah, Tiba-tiba ia mencekik dengan kuat batang leher Ayanha. "Jika kau mati maka kehidupan ku akan damai."

Ayanha memegangi tangan Emily yang terus mencekiknya, dia mulai kesulitan bernapas. Cekikan Emily terlampau kuat. Hingga tiba-tiba tubuh Emily terhempas kebelakang karena seseorang.

"Are you okey?" Dmitriev tampak khawatir pada gadis itu.

"Dia gila!" tunjuk Ayanha pada Emily. Suasana koridor itu mulai ramai. Dmitriev memerintahkan bagian keamanan untuk menyeret gadis gila itu pergi.

"AYANHA KAU AKAN KUBERIKAN PELAJARAN!" teriak Emily yang sedang diseret oleh keamanan.

Dmitriev memeluk tubuh Ayanha secara tiba-tiba. Ayanha mematung dibuatnya. Dirasakannya usapan lembut Dmitriev pada pucuk kepalanya. Lembut, hangat dan membuat Ayanha rasanya ingin berteriak.
Dmitriev menyudahi pelukannya itu lalu beralih menangkup kedua pipi Ayanha.

"Kau tidak apa-apa?" suara Dmitriev lembut, sarat akan kekhawatiran.

Ayanha tiba-tiba terjatuh. Membuat Dmitriev jauh lebih khawatir. "Ay, kau baik-baik saja?"

"Tidak." lirih Ayanha. Memandangi tangan Dmitriev yang mengusap pipinya.

"Kau lebih baik menjadi Dmitriev yang sombong." ungkap Ayanha tak berdaya. Lemah sekali hatinya itu.

"Kau terluka? Sebaiknya kita kerumah sakit." ucap Dmitriev.

Ayanha balik memeriksa kening Dmitriev dengan menempelkan tangannya. "Kau yang sakit sepertinya." ungkap Ayanha.

Dmitriev terkekeh "Apa kau sedang salah tingkah?" ungkap Dmitriev.

Ayanha berdiri dengan segera kemudia berlari meninggalkan Dmitriev yang sedang terkekeh.
Sepertinya Ayanha adalah tipe gadis yang tidak mudah salah tingkah tapi sekalinya itu terjadi maka dia akan sangat menunjukkan gelagatnya itu.

Dmitriev mengubah raut wajahnya menjadi serius sembari menghubungi seseorang yang menjadi tangan kanannya. "Urus dia." titah Dmitriev.

Hari yang sempurna saat pengumuman 3  besar Triangle Hierarki. Sistem baru dengan tiga orang yang ikonik. Poster wajah ketiganya terpampang nyata dan jelas di setiap sudut.
3 ikon baru University War. 3 triangle hierarki.

_____TBC_____

University WarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang