~ •49• ~

1.1K 93 11
                                        

Apa yang terlihat dan apa yang dirasakan itu berbeda, Angkasa

Angkasa tertawa terbahak-bahak saat dia telah memperkenalkan dirinya dan apa tujuannya. Ayolah dia bukan orang jahat yang akan balas dendam atas kematian saudara kembarnya yang bahkan dia sendiri tak pernah bertemu.

"Begini, aku dan Angkara memang saudara. Dia hidup dengan Ayahku yang bajingan dan aku hidup dengan ibuku tercinta. Kami terpisah bahkan sesaat saat kami dilahirkan. Aku hanya tahu bahwa aku memiliki saudara kembar itu saja." ungkapnya.

"Lantas kenapa kau mengatakan ingin balas dendam?" Vivara membalas.

"Aku tidak sungguh-sungguh mengatakannya. Aku tidak mengenal saudaraku hingga ia kemudian mati. Lantas harus apa aku harus membalaskan dendam?" Angkasa berucap demikian.

"Pembohong! Kau menebarkan paku dijalan bus itu dan kau berniat meledakannya!" hardik Ayanha.

"Ayolah Ayanha, kau salah paham waktu itu." ucapnya tak bersalah.

"Kau pikir bisa mempermainkan nyawa orang lain? Kau bahkan berpura-pura menjadi Angkara saat pertama kali kau datang. Apa tujuanmu Angkasa?" tekan Ayanha.

"Kau salah paham. Paku dijalan itu bukan aku yang menebarkannya, lalu kau melihatku membawa bensin. Itu karena motorku kehabisan bahan bakar. Kau bahkan melihat ada motorku yang terparkir tak jauh dari bus itu kecelakaan." jelasnya.

"Bagaimana aku memercayai mu?"

"Aku juga tidak tahu bagaimana kau akan mempercayai ku. Tapi sungguh aku tidak berbohong. Aku bukan kriminal yang akan bertindak sejahat itu." Angkasa bersumpah.

"Lalu, sedang apa kau disini?" tanya Ayanha, ia memijat pangkal hidungnya.

"Aku? Kau kira hanya Angkara saja yang genius. Aku juga tidak jauh berbeda bahkan mungkin aku jauh lebih unggul darinya." ucapnya sombong.

"Pergilah, aku muak melihatmu. Kau membuatku ingin bunuh diri saja, kau menambah pikiranku yang sudah rumit malah semakin rumit karena kehadiran mu." keluh Ayanha.

"Padahal aku tidak berbuat apa-apa, ini kesalahan Tuhan karena membuatku mirip dengan Angkara. Kau jangan menghakimiku."

"Yah, Tuhan yang salah karena membuat Angkara memiliki saudara seperti mu. Pergilah ke gereja dan mintalah Tuhan untuk membuat wajah baru untukmu agar kau tak menyusahkan orang lain. Atau pergilah ke sungai gangga sucikan dirimu agar kau bereinkarnasi, atau mungkin berdoalah dan buat persembahan pada Dewa dan mintalah berkat darinya agar kau seperti Ganesha yang bisa mengganti rupanya." ungkap Ayanha sudah sangat lelah.

"Saranmu bagus tapi aku sudah mensyukuri pemberian Tuhan untukku." Angkasa menyatukan tangannya berdoa.

"Enyahlah kau!" Ayanha geram.

Satu kondisi yang benar-benar membuat Ayanha muak dan ingin mati saja. Sesaat lalu dia merasa damai dan tenang di meja kantin ini seorang diri sembari menyantap ice cream matcha mix mint.  Rasa aneh yang menjadi kesukaannya. Lalu beberapa saat kemudian datanglah Gerhana yang tiba-tiba meletakkan 5 buku tebal salah satunya ada buku homo sapiens.

Gerhana membaca buku itu dengan khidmat dan Ayanha menyantap ice cream itu dengan nikmat. Sesaat kemudian datanglah seorang lagi yang sibuk melakukan coding dan meletakkan coklat batang yang setidaknya terdapat baluran emas sembari menyantapnya juga. Lalu kemudian hal yang tidak terduga adalah datangnya penghuni baru yang sibuk menyanyikan lagu-lagu yang biasa dinyanyikan di gereja.

University WarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang