ꕥ Berpikir adalah proses yang sangat penting. Anda harus berpikir untuk tahu bahwa Anda berpikir ꕥ
Semua tim berkumpul diruang arena champions, mendengarkan dengan seksama teknis pelaksanaan tahapan selanjutnya. Babak ini sepertinya akan menjadi babak yang berat karena sistem eliminasi akan berlaku.
Bekerja sama sebagai tim lalu saling melawan layaknya musuh. Sistem Triangle Hierarchy yang memperdaya.
Mendengarkan sistem berbicara tentang teknis pelaksanaan babak selanjutnya bahwa akan ada sistem eliminasi membuat si gadis berponi memiling ujung bajunya, wajahnya cemberut serta kepala yang tertunduk lesu, memikirkan akan seperti apa skenario persaingan mereka.
"Apakah kita akan menjadi lawan nanti?" Ayanha mulai bertanya namun tetap pada posisinya yang tertunduk lesu.
Dmitriev memperhatikan gadis itu sedari tadi, gadis yang cerewet namun tiba-tiba menjadi pendiam layaknya introvert lalu melakukan hal-hal layaknya anak kecil yang tengah merajuk tak ingin bicara.
"Menurut mu?"
"Kita akan menjadi lawan bahkan setelah kita menjadi kawan, aku tidak bisa melakukannya." tutur Ayanha.
"Tapi aku bisa." balas Dmitriev membuat Ayanha menatapnya.
"Ckk. Kau menyebalkan, cobalah berpikir melawan rekan setim bukanlah hal yang mudah dan itu tidak bisa aku lakukan walaupun aku ingin."
"Kau harus melakukannya dan berpikirlah realistis."
"Aku tidak bisa sudah ku katakan itu tidak bisa kulakukan, mengertilah Dmitriev."
"Listen, kau menganggap ku rekan dan aku hanya menganggapmu tidak lebih dari seseorang yang ku manfaatkan untuk tujuan pribadi ku." balas Dmitriev sarkas, Ayanha terdiam dibuatnya.
"Dengarkan ini Ayanha, semua orang itu jahat dan egois maka kau pun harus seperti itu."
"Aku tidak ingin." Ayanha membalikan badannya berjalan dengan kaki yang disentakkan ke lantai.
Ayanha berada di ujung sudut ruangan tim mereka. Berjongkok dengan terus melukiskan pola abstrak dilantai, bukannya dia tidak ingin lolos ke tahapan selanjutnya namun inilah masalahnya, dia harus melawan rekan timnya sendiri yang pilihannya hanya dua. Dia atau Dmitriev yang keluar.
Ayanha melukis dengan jari-jarinya, perlahan-lahan membentuk garis-garis yang tak beraturan di lantai. Pola abstrak itu seperti cerminan dari hatinya yang kacau. Dia tahu bahwa sebentar lagi keputusan harus dibuat, dan beratnya bukan hanya terletak pada kenyataan bahwa dia harus melawan Dmitriev. Suara langkah kaki yang lembut membawanya kembali dari lamunannya. Dmitriev telah berdiri di didepannya, diam-diam mengamati apa yang sedang dia lakukan. Ayanha merasakan kehadirannya, tapi dia tidak berani menoleh.
"Kau terlalu kekanakan." komentar Dmitriev menghentikan aktivitas Ayanha.
"Kau tahu apa yang sedang ku rasakan, tidak kan? Jadi diamlah."
"Lalu kau ingin apa? Merajuk seperti anak kecil atau menjadi idiot."
"Harusnya sedari awal tidak kuberikan sedikit kepercayaan padamu dan biarlah stigma ku padamu tetap buruk namun aku menyalahi aturan ku sendiri, memercayai mu bahkan menganggap mu rekan yang tak dapat aku lawan." Ayanha mengeluarkan kekesalannya.
"Lalu siapa yang salah? Kau yang menyalahi aturan yang kau buat sendiri atau aku yang tak menganggap mu sebagai rekan."
"Kau tahu permasalahannya dan akupun tak ingin menganggap seseorang yang tak menganggap ku, kupastikan kita akan menjadi lawan yang sengit dan kupastikan gagak ini akan menjadi merpati." Ayanha merasakan ambisi dalam dirinya, sudah cukup orang di hadapan nya bertindak ternyata lagi-lagi penilaian nya salah.
"Aku menunggu." Dmitriev berbisik kepada Ayanha.
"Aku membencimu, aku membencimu Dmitriev Xyan Cyrus." hardik Ayanha.
Hal yang menjadi kejutan pada babak kali ini adalah bagaimana rekan setim mereka akan menjadi lawan mereka untuk babak selanjutnya. Inilah yang Ayanha permasalahkan setelah mereka bekerja sama secara tim dan kini mereka saling menghancurkan persis seperti musuh bebuyutan.
Mereka berada dalam arena membentuk posisi lingkaran sempurna babak snake and ladder stage mengharuskan mereka untuk bermain ular tangga, disetiap tempat mereka disediakan dadu dan pion aturannya sederhana mereka hanya perlu terus bermain sampai posisi tertinggi selama 60 menit.
Setiap nilai dadu yang mereka lempar akan memunculkan soal dan bila mereka mampu menjawabnya maka mereka akan mendapatkan tangga loncatan dan bila tidak maka mereka akan turun sebanyak langkah yang dadu mereka dapatkan.
♧ : Gerhana
♤ : Emily
♡ : Caroline
♢ : Rune
☾ : Dmitriev
☆ : Ayanha
Itu adalah lambang pion yang mereka dapatkan, kini mereka bersiap-siap dalam permainan dadu ini. Tidak ada yang tahu akan seperti apa pertanyaan yang muncul tapi satu yang pasti bahwa permainan ini akan sangat menguras pikiran. Permainan dimulai dalam 10 detik lagi dan mereka semua terlihat sangat serius terlebih Caroline yang mendapatkan kesempatan pertama untuk bermain.
Caroline menekan ikon dadu di iPad yang disediakan, beralih menatap layar yang memperlihatkan dadu yang masih terus berputar hingga berhenti di angka empat.
Layar itu memperlihatkan sebuah soal yang harus Caroline jawab.
Tiga dadu dilempar sekaligus. Seseorang mengatakan bahwa jumlah dari ketiga dadu tersebut adalah 10. Jika kita tahu bahwa setidaknya satu dadu menunjukkan angka 6, berapa jumlah angka pada dua dadu lainnya.
"Kombinasi angka yang mungkin pada dua dadu lainnya adalah (1,3) atau (2,2)." Caroline menjawab pertanyaan itu dan benar. Ini mudah kau hanya perlu mengurangi angka 10 dengan angka 6 dan hasilnya adalah angka 4 dimana angka empat bisa didapatkan dengan 1+3 dan 2+2.
♡ : Caroline berada pada kotak 9.
Setiap jawaban benar akan mendapatkan 5 posisi kotak dadu dan Caroline melemparkan dadu dan mendapatkan angka 4 lalu ditambah point 5 kotak karena berhasil menjawab pertanyaan jadilah dia berada pada kotak 9.
Selanjutnya adalah giliran Rune yang bermain. Menekan spin pada tab nya dan berhenti di angka 6 memperlihatkan sebuah soal penalaran yang lumayan susah.
Seorang detektif menemukan sebuah catatan yang ditinggalkan oleh seorang tersangka di tempat kejadian. Catatan itu berbunyi: "Jika saya tidak bersalah, maka saya akan pergi ke rumah paman saya. Jika saya pergi ke rumah paman saya, maka saya tidak bersalah." Beberapa hari kemudian, detektif mengetahui bahwa tersangka tidak pergi ke rumah pamannya. Apakah tersangka bersalah?
Rune terdiam sejenak memikirkan jawaban dari teka-teki ini. Kemudian menjawabnya.
"Tersangka bersalah." jawaban Rune bernilai benar. Alasannya sederhana dalam pertanyaan ada dua kata kunci yaitu pergi kerumah paman (A) dan tidak bersalah (B) namun pernyataan (A) salah, tersangka tidak kerumah paman. Jika A salah (tidak pergi ke rumah paman), maka B juga harus salah (tidak bersalah). Soal ini memanfaatkan logika implikasi, khususnya logika dua arah (bilateral implication).
Jadilah posisi Rune saat ini ada di kotak 11 dikarenakan dia mampu menjawab dan funfact semakin tinggi angka dadu yang didapatkan maka akan semakin tinggi pula angka kesulitan soal.
_______TBC_______
KAMU SEDANG MEMBACA
University War
Fanfic𝚂𝚎𝚚𝚞𝚎𝚕 𝙶𝚎𝚗𝚒𝚞𝚜 𝚑𝚒𝚐𝚑 𝚜𝚌𝚑𝚘𝚘𝚕. 𝙳𝚒𝚜𝚊𝚛𝚊𝚗𝚔𝚊𝚗 𝚖𝚎𝚖𝚋𝚊𝚌𝚊 𝙶𝚎𝚗𝚒𝚞𝚜 𝙷𝚒𝚐𝚑 𝚂𝚌𝚑𝚘𝚘𝚕 𝚝𝚎𝚛𝚕𝚎𝚋𝚒𝚑 𝚍𝚊𝚑𝚞𝚕𝚞. 𝓤𝓷𝓲𝓿𝓮𝓻𝓼𝓲𝓽𝔂 𝓦𝓪𝓻 Hari pertama memasuki universitas Ayanha mendapatkan banyak hal-hal...
