Aira mengarahkan Rani untuk berdiri membelakanginya, meminta Rani meletakkan kedua tangannya di dinding di bawah aliran air dari shower. "Sekarang, angkat pinggulmu sedikit, tunjukkan semuanya kepadaku," ucap Aira dengan suara yang lembut namun tegas. Rani, dengan tubuh bergetar oleh antisipasi, mengikuti perintah tersebut. Dia mengangkat pinggulnya sedikit lebih tinggi, memamerkan seluruh bagian intim yang membuatnya merasa malu, namun tak kuasa menolak perintah Aira.
Aira tersenyum penuh kepuasan melihat respons Rani. Tanpa terburu-buru, Aira berjongkok, memposisikan dirinya dengan sempurna di belakang Rani. Ia kemudian dengan lembut membuka bibir vagina Rani, memperlihatkan setiap detailnya di bawah aliran air yang membuat semuanya terlihat semakin menggoda. Dengan gerakan lambat dan penuh kenikmatan, Aira mulai menjilati vagina Rani, menikmati setiap sentuhan dan rasa, membuat desahan Rani semakin keras seiring dengan setiap jilatan yang dilakukan Aira.
"Ah... ah... ah... enak... sekali..." lirih Rani, tubuhnya bergetar sementara pinggulnya bergerak mengikuti irama jilatan Aira. Desahannya semakin kencang seiring dengan kecepatan lidah Aira yang terus menjelajahi setiap bagian vaginanya. Tanpa berhenti, Aira mengangkat sedikit wajahnya, memberikan Rani sedikit jeda sebelum kemudian memasukkan dua jarinya dengan perlahan ke dalam vagina Rani, mulai menelusuri bagian dalamnya.
Rani menggigit bibirnya, suaranya semakin liar saat Aira mulai menggerakkan jarinya dengan cepat, menciptakan sensasi yang semakin intens. Aira tidak hanya fokus pada gerakan jarinya, ia juga terus menjilati bagian atas vagina Rani dengan lembut namun tegas, menambah kenikmatan yang Rani rasakan. Suara air dari shower yang mengalir tidak bisa menyembunyikan jeritan panjang Rani yang mencapai klimaks. Tubuhnya melengkung dalam kepuasan yang tak tertahankan.
Sama seperti yang dilakukan kepada Dina sebelumnya, Aira menunggu hingga Rani benar-benar mencapai puncak kenikmatannya. Saat madu mulai mengalir dari dalam vagina Rani, Aira dengan cepat menampungnya dengan mulutnya, memastikan tidak ada yang terbuang. Ia menelan semua yang keluar, meminum kenikmatan Rani hingga tetes terakhir.
Rani tidak bisa lagi menahan tubuhnya setelah mengalami orgasme berulang kali. Kelelahan menguasai dirinya, dan akhirnya ia jatuh duduk dengan lemas, membelakangi Aira yang masih jongkok di belakangnya dengan ekspresi puas terpancar dari wajahnya. Nafas Rani tersengal-sengal, sementara tubuhnya masih terasa bergetar oleh kenikmatan yang baru saja ia alami.
Aira berdiri, menyapu pandangannya ke arah Dina yang juga masih berusaha memulihkan diri dari lelahnya setelah klimaks yang intens. Senyum bangga terbentuk di wajah Aira, kepuasannya tak terbendung. "Aku menang! Akhirnya aku bisa mendominasi mereka berdua kali ini!" teriak batin Aira dengan penuh kemenangan, merasa berhasil menguasai situasi sepenuhnya.
Setelah beberapa saat, ketika Rani dan Dina mulai pulih dari kelelahan mereka, Aira menyarankan agar mereka benar-benar mandi bersama-sama. "Ayo, sekarang waktunya kita bersihkan diri," ujar Aira dengan nada yang lebih lembut, mencoba menurunkan intensitas suasana setelah apa yang terjadi sebelumnya. Mereka pun setuju, dan ketiganya akhirnya mandi bersama di bawah aliran air shower yang menenangkan, menghilangkan letih dari permainan mereka di dalam kamar mandi.
Setelah mandi bersama, mereka bertiga mulai mengeringkan tubuh masing-masing dengan handuk. Rani dan Dina kemudian bersiap mengenakan kembali seragam sekolah mereka, sementara Aira sibuk mempersiapkan pakaian yang akan ia kenakan untuk mengajar hari ini.
Dina berdiri di depan cermin, mengambil bra imut berwarna merah yang ia kenakan semalam. Bra tersebut dihiasi dengan motif hati kecil yang manis, dan di tengah cup-nya terdapat pita kecil yang mempermanis tampilannya. Dia mengenakannya dengan hati-hati, merapikan tali-tali bra di bahunya sebelum melanjutkan mengenakan celana dalam berwarna sama yang juga memiliki pita kecil di atasnya. Dina kemudian mengambil seragam SMA-nya, dimulai dengan mengenakan kemeja putih yang rapi, lalu dilanjutkan dengan menyelipkan kemeja tersebut ke dalam rok abu-abu sekolah yang ia kenakan terakhir. Setelah memastikan penampilannya sempurna, Dina merapikan rok dan melihat dirinya di cermin, puas dengan hasilnya.
Di sisi lain, Rani dengan tenang mengenakan kembali bra polos berwarna putih yang sederhana namun tetap nyaman. Setelah bra-nya terpasang, ia melanjutkan dengan mengenakan celana dalam putih polosnya yang serasi. Rani kemudian mengambil seragam sekolahnya, mengenakan kemeja putih bersih yang menjadi bagian wajib dari seragam SMA mereka. Setelah itu, ia mengenakan rok panjang berwarna abu-abu yang sesuai dengan kebiasaannya, sebelum akhirnya melengkapi penampilannya dengan hijab hitam sederhana yang ia lilitkan dengan rapi di kepalanya. Rani memastikan hijabnya tertata sempurna, tidak ada helai rambut yang terlihat, sebelum memeriksa dirinya di cermin, merasa siap untuk memulai hari.
Setelah Rani dan Dina selesai mengenakan pakaian mereka, mereka memperhatikan Aira yang tampak bingung memilih pakaian dalam yang akan dikenakannya. Dengan senyuman yang penuh rasa ingin tahu, mereka mendekati Aira dan mengintip ke dalam laci bawah lemari yang dipenuhi berbagai jenis pakaian dalam, mulai dari yang polos hingga yang lebih seksi. "Wow!" seru Rani dengan wajah sedikit memerah, terkejut melihat beragam koleksi Aira. Dina, dengan suara pelan namun terkesan, berkata, "Ko-koleksi Ibu Aira memang wah banget ya."
Aira, tersipu malu, dengan cepat menutup laci tersebut. "Kalian ini... kalau sudah siap, segera keluar dari kamarku!" protesnya, merasa terganggu karena mereka melihat koleksi pribadinya. Namun, bukannya mundur, Rani dan Dina saling memandang sejenak sebelum tersenyum lebar, seolah-olah mendapat ide baru. Mereka kemudian jongkok bersama, membuka kembali laci pakaian dalam Aira, membuat Aira hanya bisa berdiri dengan tangan di pinggang, tampak tidak percaya dengan kelancangan mereka.
Dina memilih pakaian dalam dengan motif garis horizontal hitam sederhana dengan latar berwarna putih. Sambil mengangkat bra tersebut, dia tersenyum dan berkata, "Ini cocok banget buat Ibu Aira! Elegan tapi tetap sederhana." Dina juga mengambil celana dalam dengan motif dan warna yang sama, merasa bahwa ini akan sesuai dengan karakter Aira yang profesional namun tetap menarik.
Rani, dengan lebih berani, memilih pakaian dalam lace berwarna merah muda dengan pita manis di tengah cup. Dia mengangkatnya dengan sedikit kikuk, tapi tetap menyampaikan pendapatnya, "Yang ini cocok banget buat Bu Aira. Cantik dan manis, pas banget buat hari ini!" kata Rani dengan nada yakin, meski wajahnya masih sedikit memerah.
Aira tampak semakin bingung, merasa malu namun juga tidak bisa menolak antusiasme dari keduanya. Setelah beberapa saat berpikir, Aira akhirnya mengambil pakaian dalam yang dipilih oleh Dina. "A-aku rasa aku akan mengenakan pakaian dalam ini," katanya dengan nada ragu. Dina terlihat sangat senang, matanya berbinar, lalu dengan suara riang berkata, "Kalau begitu, silakan kenakan pakaian dalam ini!"
Aira tersentak kaget mendengar permintaan Dina yang langsung dan berani. "Eh, sekarang?" tanyanya, wajahnya sedikit memerah. Namun, melihat tatapan penuh harap dari Dina dan Rani, Aira akhirnya setuju, meskipun masih merasa canggung. "Baiklah... tapi jangan macam-macam, ya," katanya dengan nada bercanda, meski jelas dia agak malu.
Dina dan Rani dengan serentak menganggukkan kepala dengan cepat. Aira membalasnya dengan senyuman kecut.
Aira mulai mengenakan pakaian dalam tersebut di depan Rani dan Dina. Ia memasukkan kakinya ke dalam celana dalam berwarna putih dengan garis-garis hitam yang sederhana, menariknya hingga pas di pinggangnya. Setelah itu, dia mengenakan bra yang serasi, menempatkan tali di bahunya dengan hati-hati, lalu merapikan cup-nya agar nyaman di tubuhnya. Dina dan Rani melihat dengan senyum penuh kepuasan, merasa bangga bahwa Aira memilih pakaian yang mereka sarankan. Aira, yang kini sudah mengenakan pakaian dalam yang dipilih oleh Dina, menarik napas dalam-dalam dan melirik keduanya. "Sudah puas sekarang?" tanyanya dengan nada setengah bercanda, meskipun wajahnya masih sedikit memerah karena malu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Her Secrets: Lust
Romance⚠️Warning: Khusus Dewasa ⚠️ Jangan sungkan memberikan komentar dan bantu naik dengan vote, oke? Sinopsis setiap wanita memiliki satu atau banyak rahasia dalam hidupnya, terlepas dari sisi baik maupun positifnya. Ikuti cerita mereka disini.