Bab 42 - Aira Rahmawati Part 42

176 2 0
                                    

Hanifa perlahan mulai melepaskan setelan pakaian rapi berwarna krem yang dikenakannya. Dengan gerakan lembut, dia melepaskan kancing kemeja satu per satu, memperlihatkan pakaian dalam berwarna putih keabu-abuan yang terlihat kontras dengan kulitnya yang mulus. Pakaian dalamnya sederhana namun tetap seksi—branya menampung dengan sempurna payudara besarnya, membentuk lekuk yang menggoda. Tubuh rampingnya, meski usianya sudah 37 tahun, masih tampak menawan, dengan celana dalam yang pas membingkai pinggulnya, memperlihatkan sedikit bentuk kemaluannya. Hanifa berdiri di depan cermin, melihat pantulan dirinya dengan bangga, menyadari bahwa meski waktu telah berlalu, daya tariknya tetap kuat.

Kemudian Hanifa melepaskan branya dengan hati-hati, merasakan setiap gerakan lembutnya membuat payudaranya bergerak dengan indah, mengikuti irama gerakan tangannya. Setelah bra sepenuhnya terlepas, dia melanjutkan dengan melepaskan celana dalamnya, merasa angin sepoi-sepoi menyentuh kulitnya yang lembut. Kepercayaan diri mengalir dalam dirinya saat dia memandang tubuhnya yang tetap seksi, dikelilingi oleh cahaya sore yang hangat, membuat setiap detail terlihat menawan.

"Baiklah, aku harus mandi dengan cepat," pikir Hanifa, merasakan campuran kegembiraan dan antisipasi untuk momen-momen yang akan datang. Dia segera memasuki kamar mandi di dalam kamarnya, membiarkan air mengalir dan merasakan sensasi segar yang menenangkan. Dengan langkah percaya diri, dia bersiap untuk membersihkan dirinya, mengusir semua beban yang mungkin mengganggu pikirannya sebelum bertemu dengan Radit.

Hanifa berdiri di bawah aliran air hangat, merasakan setiap tetesnya mengalir lembut di kulitnya, menimbulkan sensasi yang menyegarkan. Dia memulai ritual pemandian dengan membersihkan rambut panjangnya yang terurai hingga sebahu, mengaplikasikan shampo dengan lembut sambil bersenandung, suaranya seolah berpadu harmonis dengan suara air yang mengalir. Busa putih mulai membungkus rambutnya, memberikan aroma segar yang menenangkan.

Setelah puas merawat rambutnya, Hanifa mengambil spons mandi yang lembut dan mengoleskannya dengan sabun cair beraroma floral yang memikat. Dengan gerakan yang anggun, dia mulai membasuh tubuhnya, dimulai dari lehernya yang halus dan perlahan meluncur ke arah dadanya. Dengan penuh perhatian, dia membersihkan dadanya dengan teliti, mengelus lembut dari atas hingga ke bawah payudaranya. Tangannya menyentuh kulitnya yang lembut, membiarkan sabun meluncur di antara lekuk tubuhnya, menciptakan sensasi hangat yang menyenangkan. Setiap gerakan membuatnya merasa hidup, dan dia tidak ragu untuk menikmati momen tersebut.

Hanifa melanjutkan dengan lembut menggosok setiap bagian, memastikan semua area bersih dan terawat. Dia memberikan perhatian ekstra pada payudaranya, mengelus lembut dengan jari-jarinya, merasakan setiap sentuhan dan membiarkan busa sabun melapisi dengan sempurna. Dengan setiap gerakan, dia merasakan perpaduan antara kebersihan dan sensualitas, seolah-olah merayakan tubuhnya yang feminin. Setelah merasa puas, dia membasuh semuanya dengan air hangat, merasakan aliran air yang menenangkan menyentuh kulitnya, membuatnya merasa segar untuk bertemu dengan kekasih mudanya.

Setelah memastikan semuanya sudah bersih, Hanifa mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil, membungkusnya dengan rapi, dan membiarkan air yang tersisa menguap perlahan. Kemudian, dia mengambil handuk lainnya untuk membalut tubuhnya, merasakan kain lembut itu menempel di kulitnya. Dengan riang, dia melangkah menuju lemari pakaian, hatinya berdebar penuh semangat saat melihat koleksi pakaiannya yang teratur.

Hanifa membuka lemari dan memandang semua pilihan yang ada, menilai setiap setelan dengan saksama. Dia memilih tiga setelan pakaian yang terlihat sopan, namun tetap memamerkan lekuk tubuhnya yang anggun. Pertama, dia memilih setelan floral yang terbuat dari kain ringan, dengan motif bunga cerah yang menambah kesan feminin. Blusnya memiliki potongan leher yang sedikit rendah, sementara rok panjangnya menyentuh pergelangan kaki, membiarkan gerakan tubuhnya terlihat elegan. Hanifa memutuskan untuk memasangkan setelan ini dengan pakaian dalam serasi berwarna putih yang sedikit transparan, memberikan sentuhan sensual yang halus.

Selanjutnya, dia memilih setelan paduan warna, dengan atasan berwarna pastel yang lembut dan celana panjang berwarna lebih gelap yang menonjolkan bentuk pinggangnya. Atasan itu memiliki desain yang menonjolkan bahunya, memberikan kesan anggun saat dikenakan. Hanifa mengambil pakaian dalam berwarna senada, berhiaskan renda halus yang akan memberikan kenyamanan sekaligus daya tarik saat dipadukan dengan setelan tersebut.

Terakhir, Hanifa memilih setelan longwear yang nyaman namun chic, dengan blus sederhana yang dipadukan dengan celana kulot yang longgar. Pakaian ini akan memberikan kesan santai namun tetap stylish. Untuk setelan ini, dia mengambil pakaian dalam sederhana berwarna nude yang tetap mendukung penampilannya tanpa terlihat mencolok.

Setelah menata ketiga setelan pakaian di kasurnya dengan rapi, Hanifa juga mengambil tiga hijab yang menurutnya cocok untuk setiap setelan. Hijab pertama, berwarna cerah, akan melengkapi setelan floral dengan sempurna. Hijab kedua, berwarna pastel yang lembut, akan sesuai dengan setelan paduan warna, sementara hijab ketiga, berwarna nude, akan melengkapi setelan longwear dengan elegan. Setiap pilihan membuatnya merasa percaya diri, dan dia tidak sabar untuk melihat penampilannya untuk kencan kali ini.

Hanifa  mengambil bra yang berwarna senada dengan pakaian dalamnya. Dengan lembut, dia mengaitkan bra di belakang punggungnya, memastikan bahwa payudara besarnya terangkat dan terpasang dengan baik. Ketika dia melihat ke cermin, dia merasa puas melihat bagaimana bra itu membentuk tubuhnya, memberikan dukungan yang sempurna sekaligus menonjolkan lekuk indah payudaranya. Renda halus di tepi bra menambah sentuhan feminin, menciptakan keseimbangan antara sensualitas dan keanggunan.

Setelah itu, Hanifa mengambil celana dalam . Dia melangkah ke dalam celana dalam tersebut, merasakan kain yang lembut menyentuh kulitnya dengan lembut. Celana dalam itu, yang dirancang untuk menutup kemaluannya, memberikan kenyamanan dan kepercayaan diri. Dengan potongan yang pas, celana dalam tersebut menonjolkan garis pinggulnya yang ramping, menambah daya tarik visual yang menggoda. Hanifa memperhatikan bagaimana pakaian dalamnya berfungsi sebagai dasar yang kuat untuk penampilannya hari ini.

Hanifa berdiri di depan cermin, hatinya berdebar-debar penuh semangat saat melihat setelan paduan warna yang telah dipilihnya. Dia mengambil atasan berwarna pastel yang lembut, terbuat dari kain yang ringan dan nyaman. Dengan gerakan lembut, dia mengangkat atasan tersebut ke atas kepalanya, merasakan bahan yang sejuk menyentuh kulitnya. Setelah memasukkan lengan ke dalam lubang, dia mengatur atasan tersebut dengan rapi, memastikan potongan yang menonjolkan bahunya jatuh dengan anggun. Cermin memantulkan sosoknya yang semakin menawan, dan Hanifa tersenyum kecil melihat penampilannya.

Selanjutnya, dia mengambil celana panjang berwarna lebih gelap yang telah dipilihnya. Celana ini memiliki potongan yang pas di pinggang, memberikan siluet yang menonjolkan bentuk tubuhnya. Dia melangkah ke dalam celana, merasakan kain yang lembut melingkari kakinya. Hanifa menarik celana tersebut hingga terpasang rapi di pinggangnya, merasakan kehangatan dan kenyamanan yang dihadirkannya. Dengan setiap gerakan, celana tersebut mengikuti lekuk tubuhnya dengan sempurna, menciptakan keseimbangan antara ketegasan dan kelembutan.

Setelah mengenakan atasan dan celana, Hanifa menoleh ke cermin lagi, melihat bagaimana kedua potongan itu berpadu. Dia meraih pakaian dalam berhiaskan renda halus yang telah dipilihnya dan mengenakannya, memastikan bahwa setiap detail terlihat sempurna di balik setelan yang dikenakannya. Ketika dia melihat ke cermin, dia merasakan kepercayaan diri meningkat, setiap elemen berpadu menjadi penampilan yang harmonis dan menggoda.

Kemudian, Hanifa mengambil hijab berwarna pastel yang lembut, yang dia pilih untuk melengkapi setelan paduan warna tersebut. Dia mengikat hijabnya dengan elegan, membentuk kerudung yang membingkai wajahnya dengan indah. Dia memastikan bahwa hijab tersebut jatuh dengan anggun di bahunya, menambah sentuhan feminin yang sempurna pada penampilannya.

Dengan langkah percaya diri, Hanifa mengedarkan pandangannya pada diri sendiri, merasakan kombinasi antara kenyamanan dan keanggunan. Setelan yang dikenakannya mencerminkan siapa dirinya—seorang wanita yang berani dan penuh daya tarik, siap untuk menghadapi kencan malam ini. Dengan senyum di bibirnya, dia melangkah keluar dari kamarnya, merasa siap untuk momen yang telah dia nantikan.

Her Secrets: LustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang