Bab 12 - Aira Rahmawati Part 12

1.2K 12 0
                                    

Mira perlahan turun dari kasur, tubuhnya masih dipenuhi dengan keringat yang mengilap di bawah cahaya lampu kamar. Setiap langkah yang diambilnya, vaginanya yang masih mengeluarkan tetesan cairan terlihat sangat jelas. Aira, yang terbaring di kasur, memperhatikan vagina Mira yang sangat indah itu dengan napas yang masih terengah-engah akibat sisa orgasme terakhirnya.

Aira memilih tetap berbaring di kasur karena tubuhnya masih terlalu lelah untuk bergerak. Ia merasakan setiap detik berlalu dengan kepuasan yang masih tertinggal di tubuhnya. Sementara itu, Mira berjalan menuju kamar mandi yang terletak di dalam kamar Aira. Langkahnya tenang, namun penuh keyakinan.

Saat Mira mencapai pintu kamar mandi, dia berhenti sejenak, lalu berbalik dengan senyuman kecil di wajahnya. "Bu Aira, kalau mau masuk, silahkan ya," katanya dengan nada menggoda.

Wajah Aira langsung memerah padam. "Tidak, terima kasih!" serunya dengan suara yang sedikit bergetar, mencoba menyembunyikan rasa malu dan gemetar yang masih tersisa dari pengalaman mereka.

Mira tertawa kecil, suara tawanya lembut dan menenangkan. Tanpa berkata apa-apa lagi, dia membuka pintu kamar mandi dan masuk, meninggalkan Aira yang masih terbaring dengan wajah merah dan pikiran yang berputar-putar tentang apa yang dikatakan oleh Mira barusan.

Aira berbaring memandang langit-langit kamar dengan wajah memerah. Hatinya masih berdebar-debar, seakan tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi. Tubuhnya masih terasa hangat, penuh dengan sisa-sisa keintiman yang baru saja ia alami. Suara senandung lembut Mira dari dalam kamar mandi terdengar jelas di telinganya, membuat imajinasinya melayang.

Sekilas, Aira membayangkan Mira membasuh tubuh telanjangnya yang penuh keringat dengan gerakan sensual. Tubuh Mira yang basah dan berkilau di bawah air pancuran membayangi pikirannya, membuatnya merasa malu sekaligus tergoda. Dengan cepat, Aira menampar kedua pipinya untuk mengusir bayangan tersebut. "Kenapa aku masih memikirkan tubuhnya Bu Mira sih!!!" pikirnya dengan sangat malu.

Dengan hati-hati, Aira duduk di kasurnya. Ia mencoba menenangkan diri, mengatur napasnya yang masih tersengal-sengal. Dia menatap ke arah pintu kamar mandi, mendengarkan suara air yang mengalir dan senandung Mira yang menenangkan.

Lima belas menit kemudian, pintu kamar mandi terbuka. Mira keluar dengan handuk Aira membungkus tubuh seksinya. Rambutnya yang basah terurai dengan indah, menambah pesona yang memancar dari dirinya. Aira, yang pura-pura tidur, melirik dari bawah selimut, matanya mengikuti setiap gerakan Mira.

Mira berjalan keluar dari kamar mandi dengan langkah anggun, handuk Aira membungkus tubuhnya yang basah dan mengkilap. Rambut panjangnya masih meneteskan air, menciptakan efek kilauan di bawah cahaya lampu kamar. Aira, yang pura-pura tidur, melirik dari balik selimut dengan mata setengah terbuka, tak bisa mengalihkan pandangannya dari sosok Mira.

Mira dengan perlahan dan hati-hati mengamati Aira yang berpura-pura tidur. Senyum kecil terlintas di wajahnya, seolah menyadari kepura-puraan Aira namun memilih untuk tidak mengungkapkannya. Dia memutar sedikit tubuhnya, memberikan Aira pemandangan punggungnya yang basah dan berkilau.

Mira melepaskan handuk dengan gerakan perlahan, tubuh seksinya yang basah dan mengkilap kini terlihat jelas. Air menetes perlahan dari ujung rambutnya, mengikuti lekuk tubuhnya sebelum jatuh ke lantai. Aira, di balik selimut, merasakan jantungnya berdebar lebih kencang saat menyaksikan pemandangan tersebut.

Mira lalu berjalan menuju tumpukan pakaian yang terletak di sudut kamar. Di sana, terdapat gamis hitam panjang dan hijab yang telah ia letakkan sebelumnya. Dia mengambil pakaian dalamnya terlebih dahulu, perlahan mengenakan celana dalam putih yang kontras dengan kulit basahnya yang kecokelatan. Dia melanjutkan dengan mengenakan bra berwarna senada, menutupi payudaranya yang masih sedikit berkilau karena basah.

Her Secrets: LustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang