Hanifa menatap Radit dengan tatapan menggoda, memastikan dia mendapatkan perhatian penuh dari remaja lelaki itu. Dengan perlahan, dia mulai membungkuk, menurunkan wajahnya ke arah batang Radit yang sudah terangkat. Hembusan napas hangatnya membuat Radit tergetar, jantungnya berdegup kencang dalam antisipasi.
Saat bibir Hanifa mendekati ujung batang Radit, dia bisa merasakan ketegangan di antara mereka semakin meningkat. Lidahnya menjelajahi permukaan batang Radit dengan lembut, menciptakan sensasi yang menggoda. "Kau siap?" tanyanya dengan nada penuh tantangan, matanya tidak pernah lepas dari tatapan Radit yang penuh hasrat.
Radit hanya bisa mengangguk, suaranya terhimpit oleh keinginan yang membara. "Ya, Hanifa... aku siap," ujarnya dengan suara serak.
Dengan senyuman penuh percaya diri, Hanifa mulai menghisap perlahan, bibirnya menutup rapat di sekitar batang Radit, menciptakan tarikan yang dalam dan nikmat. Gerakan pertama itu membuat Radit terbatuk, napasnya semakin berat saat menikmati kenikmatan yang Hanifa tawarkan. Dia menggerakkan kepalanya maju-mundur, perlahan tapi pasti, menambah kedalaman hisapannya.
Radit merasakan aliran listrik menyebar di seluruh tubuhnya saat Hanifa mengkombinasikan hisapan lembutnya dengan gerakan lidah yang lincah, seolah-olah dia tahu persis apa yang paling disukai Radit. Dengan satu tangan, Hanifa terus menggenggam batang Radit, sementara tangan lainnya merangkul pahanya, memberikan stabilitas dan lebih banyak keintiman di antara mereka.
"Ahh... Hanifa," desah Radit tak tertahan, tubuhnya bergetar seiring dengan setiap gerakan yang dilakukan Hanifa. Desahan yang semakin berat keluar dari mulutnya, menandakan bahwa dia tidak bisa lagi menahan kenikmatan yang semakin memuncak. Hanifa hanya membalas dengan gerakan yang semakin dalam dan penuh gairah, menikmati bagaimana Radit merespons setiap sentuhannya.
Keduanya terjebak dalam momen itu, berputar dalam dunia kenikmatan yang tak terputus, saling memenuhi hasrat masing-masing, dengan Hanifa berkomitmen untuk membawa Radit ke puncak euphoria yang baru. Dia tahu, setiap hisapan dan gerakan yang dia lakukan adalah bagian dari pertunjukan sensual yang diimpikannya, dan dia bertekad untuk membuat pengalaman ini tak terlupakan.
Dengan setiap hisapan yang dalam dan menyenangkan, Hanifa mulai berbicara, suaranya serak namun menggoda. "Kau tahu, Radit," ujarnya sambil terus menggerakkan kepalanya, "hisapanku ini berbeda dari yang pernah kau rasakan sebelumnya."
Dia menarik kembali sedikit, membiarkan bibirnya menyentuh ujung batang Radit, lalu menjulurkan lidahnya, menjelajahi permukaan dengan lembut. "Aku tahu bagaimana cara membuatmu merasakan setiap detil," lanjutnya dengan nada sensual, matanya tak pernah lepas dari wajah Radit yang menunjukkan kerinduan dan keinginan yang mendalam.
"Setiap gerakan ini...," dia melanjutkan, kembali menenggelamkan batang Radit ke dalam mulutnya, "adalah tentang mengetahui apa yang membuatmu terangsang." Dia memperdalam hisapannya, menambahkan sedikit tekanan dengan lidahnya yang lincah, seolah-olah ingin menunjukkan keahliannya yang sudah terasah.
Radit hanya bisa mendesah, matanya terpejam dalam kenikmatan yang semakin meluap. "Ahh... Hanifa," jawabnya, suara penuh gairah. "Rasanya luar biasa. Tidak ada yang pernah melakukannya sepertimu."
Hanifa tersenyum di tengah hisapannya, merasakan pujian itu sebagai bahan bakar untuk meningkatkan intensitas. "Aku ingin kau merasakan setiap detik momen ini," katanya dengan suara lembut, sebelum kembali menyelubungi batang Radit dengan mulutnya. "Dan aku berjanji, kau tidak akan pernah melupakan apa yang kita lakukan malam ini."
Dengan setiap kata, dia bisa merasakan Radit semakin tenggelam dalam kenikmatan, menambah gairah yang membara di antara mereka. Hanifa tahu bahwa dia sedang menciptakan pengalaman yang tidak hanya menggoda tetapi juga mendalam, membuat keduanya saling terikat dalam suasana yang penuh gairah.
Radit terbenam dalam lautan kenikmatan, desahan-desahan pelan keluar dari bibirnya saat Hanifa melanjutkan aksi menggoda. Dalam pikiran Radit, berbagai perasaan berkecamuk, terutama saat dia mulai merenungkan keahlian Hanifa yang luar biasa.
"Buset dah! Hisapan Hanifa yang sebelumnya berbeda jauh. Ini berarti dia ketika sedang serius. Aku merasa iri kepada suaminya! Dia setiap malam merasakan hisapan Hanifa! Mantap! Aku kecewa karena tidak pernah bertemu dengan Hanifa lebih cepat sebelumnya," pikirnya sambil memejamkan mata, mencoba mencerna segala sensasi yang melanda tubuhnya.
Dia merasakan setiap tarikan dan gerakan lidah Hanifa yang membuat tubuhnya bergetar. Dalam kebisingan pikirannya, Radit tak dapat menahan rasa kagum dan sedikit cemburu terhadap suami Hanifa yang telah lebih dulu menikmati momen-momen intim seperti ini. "Seandainya aku bisa merasakan semua ini lebih cepat," desahnya dalam hati, merasakan betapa beruntungnya pria yang pernah bersama Hanifa.
Setiap hisapan yang dalam dan bersemangat seolah membuatnya semakin dekat dengan puncak. Radit mengingat kembali semua wanita yang pernah dia kencani, tetapi tidak ada yang bisa dibandingkan dengan pengalaman yang sedang dia jalani bersama Hanifa.
Kelembutan, keahlian, dan gairah yang dia tunjukkan membuat Radit merasa seolah-olah dia adalah satu-satunya orang yang pernah mendapatkan perhatian seperti itu. Dengan napas yang semakin berat, Radit merasakan bahwa malam ini akan menjadi salah satu kenangan terindah dalam hidupnya.
Radit terbenam dalam sensasi luar biasa yang diberikan Hanifa, dan setiap detil dari perbuatannya menambah kedalaman kenikmatan yang dirasakannya. Sambil terus menghisap, Hanifa memperhatikan ekspresi wajah Radit, merasakan bagaimana tubuhnya bergetar dengan setiap gerakan yang dia lakukan.
"Rasanya enak, kan?" tanya Hanifa dengan suara menggoda saat dia berhenti sejenak, menatap mata Radit dengan senyuman nakal.
Radit mengangguk pelan, napasnya tersengal. "Sangat enak, Hanifa. Kamu benar-benar tahu cara membuatku merasa luar biasa," jawabnya dengan suara penuh gairah.
Hanifa tersenyum, senang mendengar pujian itu. "Aku ingin membuatmu merasakan semua kenikmatan yang bisa aku berikan. Aku tahu apa yang diinginkan tubuhmu," ucapnya, dan tanpa menunggu lebih lama, dia kembali melanjutkan aksinya, kali ini dengan lebih bersemangat.
Dengan kombinasi hisapan dalam dan permainan lidah yang menggoda, Radit merasa seolah-olah dunia di sekelilingnya menghilang. Semuanya terfokus pada momen intim ini, saat dia membiarkan diri tenggelam dalam kenikmatan yang luar biasa.
Mata Radit kembali terpejam, membiarkan suara desahan dan rasa hangat di dalam mulut Hanifa membawanya semakin dalam ke dalam pengalaman ini. Dia tidak bisa berpikir lagi; semuanya terasa begitu sempurna. Dia ingin mengingat setiap detil, dari setiap gerakan lembut Hanifa hingga tatapan penuh gairah yang dia berikan.
Dalam benaknya, Radit berjanji pada dirinya sendiri bahwa malam ini akan selalu dia ingat. Dengan setiap detakan jantung dan desahan yang semakin tak terhindarkan, Radit merasa seperti dia berada di puncak dunia, dan Hanifa adalah satu-satunya alasan di balik semua itu.
Dengan intensitas yang terus meningkat, Hanifa menyesuaikan ritme hisapannya, seolah-olah membaca setiap reaksi tubuh Radit. Setiap kali dia menghisap dalam-dalam, Radit merasakan aliran kenikmatan menyebar ke seluruh tubuhnya, membuatnya semakin terlarut dalam euforia.
"Ahh... Hanifa, kamu membuatku tidak bisa berpikir," desah Radit, suara seraknya mengungkapkan kedalaman rasa yang tidak bisa dia tahan lagi.
Hanifa hanya membalas dengan senyuman nakal, matanya berkilau penuh semangat. "Itu yang ingin aku dengar," katanya sambil melanjutkan gerakannya, bibirnya bergerak naik turun dengan lincah, lidahnya terus menari-nari di sekitar batang Radit dengan penuh keahlian.
Radit merasa semua beban dan kekhawatiran sehari-harinya menghilang seiring dengan setiap hisapan dan tarikan yang Hanifa berikan. Dia tidak hanya merasa terangsang, tetapi juga terhubung secara emosional dengan Hanifa dalam cara yang belum pernah dia alami sebelumnya.
"Aku tidak percaya ini semua terjadi," pikirnya sambil menggigit bibirnya, berusaha untuk tidak terjerumus lebih dalam ke dalam arus kenikmatan yang tak terhindarkan.
Dengan detakan jantung yang semakin cepat, Radit merasakan gelombang climaks mendekat. "Hanifa, aku... aku sudah hampir," ucapnya dengan suara penuh gairah, mengingatkan Hanifa tentang keadaan tubuhnya yang semakin mendesak.

KAMU SEDANG MEMBACA
Her Secrets: Lust
Romance⚠️Warning: Khusus Dewasa ⚠️ Jangan sungkan memberikan komentar dan bantu naik dengan vote, oke? Sinopsis setiap wanita memiliki satu atau banyak rahasia dalam hidupnya, terlepas dari sisi baik maupun positifnya. Ikuti cerita mereka disini.