Bab 9 - Aira Rahmawati Part 9

1.8K 17 1
                                    

Sesampainya di rumah, Aira langsung memasuki kamarnya. Tanpa peduli pada keadaan sekitarnya, dia melemparkan tas sembarangan ke lantai dan membantingkan tubuhnya ke atas kasur. Matanya menatap kosong ke langit-langit kamar, pikirannya dipenuhi oleh kejadian tadi malam.

"Kenapa aku melakukan itu dengan Ibu Mira hari ini ya..." gumamnya pelan, wajahnya memerah mengingat kembali semua yang terjadi. Tubuhnya masih mengingat sentuhan Mira, bagaimana tiap gerakan lidah dan tangan Mira meninggalkan jejak yang membara di kulitnya. Aira menduga kalau permintaan layanan Mira tadi pagi sudah selesai, namun dia tidak menyangka kalau di malam harinya, Mira menyentuhnya tanpa izin. Keadaan mabuk berat membuatnya tidak bisa menggerakkan tubuhnya lagi karena efek alkohol, tetapi dia tetap merasa bahwa Mira seharusnya meminta izin dulu.

"Tapi tetap saja, seharusnya dia izin dulu kan?" pikir Aira sembari memegang kedua payudaranya. Tangannya memijat lembut, merasakan sensitivitas yang meningkat. Meski begitu, tidak ada kepuasan yang dia rasakan. Selama ini, Aira sering bermasturbasi baik saat live streaming maupun di waktu senggangnya, tetapi tak pernah ada kepuasan yang benar-benar dia dapatkan sendirian.

Aira teringat betapa berbeda rasanya saat disentuh oleh orang lain dibandingkan saat dia melakukannya sendiri. Pikirannya kembali ke malam itu, bagaimana setiap desahan dan erangan keluar tanpa bisa dia kendalikan. Tubuhnya merespons sentuhan Mira dengan begitu alami dan intens, sesuatu yang tidak bisa dia ciptakan sendirian.

Pikiran ini membuatnya merasa bingung dan frustasi. Di satu sisi, dia merasa marah dan kecewa karena Mira tidak meminta izin terlebih dahulu. Di sisi lain, dia tidak bisa menyangkal bahwa tubuhnya merindukan sensasi yang ditimbulkan oleh sentuhan Mira.

Aira masih merasakan tubuhnya terasa sangat lelah, akhirnya dia memutuskan untuk istirahat sejenak. Di kampus, Yulianti dan Karina sedang makan siang di kantin. Karina menyantap bekal buatannya sendiri dengan senang sedangkan Yulianti terlihat tidak menyentuh makanannya sedikitpun. Sesekali dia menghela napas pendek, lalu memandang handphonenya yang terpampang nomor Aira. Karina merasa cemas, lalu dia mengambil handphone Yulianti.

"Karina? Kamu sedang apa?" Panik Yulianti melihat Karina memandang handphonenya dengan wajah datar. Lalu dia dengan cepat menekan sesuatu dan menunjukannya kepada Yulianti. Wajahnya langsung memucat, "Karina? Kenapa kamu memanggil ibu Aira sih?"

Karina menyerahkan handphonenya kembali lalu melanjutkan makannya. Tidak lama kemudian suara yang dia rindu akhirnya muncul, "A-ada apa Yulianti?" Yulianti langsung tersipu malu, "I-ibu kenapa tidak masuk ke kelas pagi ini?" tanyanya.

"Ngh... ah! I-ibu lagi sedang tidak bisa datang hari ini.." ucap Aira dengan nada yang aneh. Yulianti merasa cemas karena mendengar Aira yang sepertinya bersuara aneh, kemudian suara beralih ke suara yang dia kenal, itu adalah Mira.

"Ah, Yulianti? Maaf, Ibu Aira sedang tidak bisa menjawab teleponmu, jadi bye," kata Mira sembari mengakhiri panggilan. Yulianti masih tidak memahami apa yang sedang terjadi, dia belum sempat menanyakan kenapa Mira bisa berada disana karena dengan cepat panggilannya diakhiri.

Sementara itu di dalam kamar, Aira sedang terbaring lemas dalam keadaan telanjang bulat dengan keringat dan napas berat serta wajah memerah, di atasnya terlihat Mira juga sedang dalam keadaan telanjang. Mira meletakkan kembali handphone di meja dekat kasur, lalu dia meremas payudara Aira sembari mencium Aira dengan nafsu.

Ciuman Mira dimulai dengan lembut, bibirnya menyapu perlahan di sepanjang bibir Aira, memberi sensasi yang menggigilkan. Namun, tak butuh waktu lama sebelum ciumannya berubah menjadi lebih dalam dan menuntut. Lidahnya dengan mahir menjelajahi mulut Aira, mengajak lidah Aira menari bersamanya. Setiap desahan yang keluar dari bibir Aira hanya membuat Mira semakin bernafsu.

Her Secrets: LustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang