Bab 63 - Aira Rahmawati Part 63

124 3 0
                                    

Yulianti berusaha mengalihkan perhatiannya dari sensasi yang mengganggu. Namun, setiap kali Radit menggerakkan jarinya, rasa geli itu semakin kuat, menciptakan sensasi yang membingungkan dan menyesakkan. Dia merasakan detak jantungnya meningkat, napasnya semakin berat, dan seolah ada dua kekuatan yang berlawanan berperang dalam dirinya: satu yang ingin melawan, dan satu lagi yang bergetar penuh gairah meski diselimuti ketakutan.

"Jangan... jangan lakukan ini," lirih Yulianti, suaranya bergetar antara ketidakberdayaan dan permohonan. Namun, kata-katanya tampaknya tidak mempengaruhi Radit. Dia justru semakin semangat mengelus bahu Yulianti. Tatapan matanya Radit menyiratkan ketidakpedulian pada perasaan tidak nyaman Yulianti.

"Jangan melawan sensasi menyenangkan itu. Biarkan dia menguasai pikiran dan tubuhmu," ucap Radit, suaranya lembut namun penuh penekanan. Sambil berbicara, dia mulai menggerakkan tangannya ke leher Yulianti, menjelajahi kulit halusnya dengan penuh ketelitian. Setiap sentuhan seolah memicu reaksi tak terduga di dalam diri Yulianti, membuatnya terperangkap antara perasaan takut dan desir yang tak bisa dia ungkapkan.

Tangannya meluncur perlahan turun ke bagian dada Yulianti, menelusuri lekuk payudara yang bergetar di bawah jari-jarinya. Radit memperhatikan dengan seksama bagaimana tubuh Yulianti merespons, bagaimana setiap gerakannya membuat lekuk-lekuk itu bergetar. Ketika jarinya menyentuh ujung puting Yulianti yang sudah menegang, Radit bisa merasakan denyut kehidupan yang menggairahkan di bawah kulitnya. Meskipun Yulianti berusaha menolak sensasi geli ini, dia tidak bisa sepenuhnya menahan diri dari reaksi yang muncul.

Desahan pelan mulai keluar dari mulut Yulianti, suara lembut yang sulit dia bendung. Seolah-olah setiap desahan itu adalah pengakuan atas ketidakmampuannya untuk melawan dorongan yang mengalir dalam tubuhnya. Meskipun hatinya penuh dengan ketakutan dan penolakan, tubuhnya mulai merespons dengan cara yang membuatnya semakin bingung. Dia merasa terjebak dalam pertempuran antara keinginan untuk melawan dan godaan yang tak terhindarkan.

Radit tersenyum melihat perubahan di wajah Yulianti, mengamati bagaimana ketakutan dan keinginan saling berkelindan dalam ekspresi yang tak terduga. Dia tahu bahwa Yulianti sedang berjuang melawan diri sendiri, dan itu hanya membuatnya semakin bersemangat. Dengan penuh percaya diri, Radit terus menjelajahi tubuh Yulianti, menambahkan lapisan sensasi yang lebih dalam, seolah-olah setiap sentuhannya mengikat Yulianti lebih erat pada permainan ini.

"Rasakan saja," katanya lagi, nadanya menenangkan namun sekaligus menggoda. "Biarkan dirimu terbawa oleh arus ini. Kamu akan menemukan bahwa ada kesenangan dalam menyerah." Kata-kata itu mengalir seperti mantera, membuat Yulianti semakin bingung. Dalam kegelapan ketidakpastian, dia merasakan ada sesuatu yang membangkitkan nalurinya, meskipun dia berusaha keras untuk tidak membiarkannya menguasai pikiran dan tubuhnya.

Setiap gerakan Radit membawa Yulianti lebih dalam ke dalam pusaran emosi yang membingungkan. Dia tahu bahwa dia sedang berada dalam situasi yang mengerikan, tetapi keinginan yang tak terduga itu terus berusaha merobohkan benteng pertahanannya. 

Sentuhan tangan Radit mulai menjalar ke bagian tubuh Yulianti yang lain, mengabaikan batasan yang seharusnya ada di antara mereka. Dengan kepercayaan diri yang tinggi, dia melanjutkan penelusurannya, jarinya menggesek lembut di sepanjang sisi tubuh Yulianti. Ketika tangannya mencapai area perutnya, Radit bisa merasakan getaran halus yang menyertai setiap gerakan. Dia menikmati bagaimana Yulianti merespons, bagaimana napasnya yang berat menandakan bahwa dia sedang terjebak dalam ambang antara ketakutan dan keinginan.

Dengan ketelitian yang penuh hasrat, Radit melanjutkan perjalanan jarinya lebih rendah, menyusuri lekuk tubuh Yulianti dengan penuh perhatian. Begitu tangan Radit mencapai area kemaluan Yulianti, dia bisa merasakan kelembapan yang telah muncul di sana. Sensasi itu membuat Radit tersenyum puas, mengetahui bahwa meskipun Yulianti berusaha menolak, tubuhnya memberikan respons yang tidak bisa diabaikan. Dia bisa merasakan denyut kehidupan yang bergejolak di bawah sentuhannya, mengundang lebih banyak eksplorasi.

Yulianti terkejut, merasakan aliran sensasi yang membuatnya menggigil. Dia berusaha menahan diri, tetapi tubuhnya seolah memiliki keinginan yang berbeda. Ketika jari-jari Radit menyentuh area yang paling sensitif, desahan halus tak terhindarkan keluar dari bibirnya. Suara itu, meskipun pelan, mengindikasikan perlawanan yang semakin melemah. Yulianti merasa terperangkap, terombang-ambing antara rasa takut akan apa yang akan terjadi dan desir yang menggoda di dalam dirinya.

Radit, yang menyaksikan setiap reaksi Yulianti dengan penuh perhatian, merasa bahwa dia berada dalam kendali penuh atas situasi ini. Setiap gerakan yang dia lakukan dirancang untuk memperkuat dominasi atas Yulianti. Dia memperlambat sentuhannya, memberikan waktu bagi setiap rangsangan untuk meresap ke dalam tubuh Yulianti. Radit mengerti bahwa meskipun Yulianti berjuang, ada sesuatu yang dalam diri perempuan itu yang juga merespons dengan antusias, dan hal ini semakin memperkuat rasa kuasanya.

"Rasakan setiap sensasi yang mengalir dalam dirimu," Radit berbisik, suaranya penuh godaan. "Biarkan dirimu tenggelam dalam rasa ini." Kata-katanya seolah menjadi mantra, mendorong Yulianti untuk menyerah pada apa yang dirasakannya. Dan meskipun dia mencoba melawan, hatinya bergetar saat merasakan bagaimana tubuhnya, pada tingkat yang paling mendalam, seolah meminta untuk ditangani dengan cara yang lebih intim.

"Kita akan memasuki bagian yang lebih menarik " ucap Radit sembari mengelus dengan lembut bibir kemaluan Yulianti. Dengan cepat dia menyisipkan dua jarinya ke dalam, dan mulai menggerakkan nya dengan cepat.

"Ah... ah... ah..." Desahan  Yulianti bergema di ruangan menandakan Yulianti sudah sangat terangsang. Dengan tangan kanannya, Yulianti menggenggam tangan Radit, mencoba mengeluarkan jari dari dalam kemaluannya. "He-hentikan..." lirihnya 

Radit meningkatkan kecepatan gerakan jarinya, menambah intensitas rangsangan yang diterima Yulianti. Setiap sentuhan membawa gelombang sensasi baru, membuatnya semakin mendesah dalam keasyikan yang tak terhindarkan. Yulianti merasakan bagaimana tubuhnya bereaksi, seolah-olah setiap gerakan Radit membuka pintu menuju pengalaman yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

Tidak lama kemudian, beberapa gerakan cepat dari Radit mulai membuat tubuh Yulianti menegang. Dia bisa merasakan energi mengalir di setiap serat tubuhnya, menciptakan ketegangan yang membuatnya ingin menyerah pada perasaan itu. Yulianti melengkung ke atas, seakan-akan tak bisa menahan lagi dorongan yang menguasainya. Sensasi itu begitu kuat, hingga membuatnya kehilangan kendali atas diri sendiri.

Saat sensasi itu semakin intens, Yulianti tidak dapat menahan jeritan yang keluar dari bibirnya. "Apa ini?!!!! Seluruh tubuhku sangat panas!!!" jeritnya, suaranya mencerminkan kebingungan dan keasyikan yang membingungkan. Dia merasakan kebangkitan gairah yang mengguncang, seolah-olah tubuhnya sedang terbakar oleh keinginan yang tak tertahankan.

Radit, yang menyaksikan reaksi Yulianti dengan penuh perhatian, merasakan kekuatan dan kendali atas situasi ini. Melihat bagaimana Yulianti terjebak dalam campuran ketakutan dan kenikmatan memberikan dorongan tersendiri baginya. Setiap gerakan jarinya dirancang untuk membawa Yulianti lebih dalam ke dalam pengalaman ini, semakin mendalam dan intim.

Di tengah perasaan yang mengguncang, Yulianti akhirnya mencapai orgasme pertamanya. Dalam momen puncak itu, gelombang kenikmatan melanda seluruh tubuhnya, membuatnya terombang-ambing dalam euforia. Dia merasakan seluruh dunia seolah menghilang, meninggalkan hanya sensasi luar biasa yang menyelimuti setiap inci tubuhnya.

Setelah orgasme itu, Yulianti terengah-engah, tubuhnya bergetar dan lemah. Meskipun dia merasa bingung dan terkejut oleh pengalaman yang baru saja terjadi, ada perasaan kepuasan yang tidak di inginkan nya.

Sesaat Yulianti mencapai puncak kenikmatan, Radit perlahan mengeluarkan jarinya dari dalam kemaluan Yulianti. Dalam momen itu, dia memperhatikan dengan seksama bagaimana dua jarinya terlihat basah, dibalut oleh cairan hangat yang dihasilkan tubuh Yulianti. Cairan itu berkilau di bawah cahaya, menciptakan gambaran intim tentang pengalaman yang baru saja terjadi.

Dengan rasa ingin tahunya yang terbangkitkan, Radit tidak dapat menahan diri untuk tidak membersihkan cairan tersebut. Ia mendekatkan jarinya ke mulutnya, merasakan kehangatan dan kelembutan dari apa yang ada di sana. Saat lidahnya menyentuh kulitnya, Radit menemukan rasanya yang unik, yang memicu kenangan tentang Hanifa. Dia merasakan sensasi gurih yang familiar, seolah mengingat momen-momen intim yang pernah ia alami sebelumnya.


Her Secrets: LustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang