Karina dan Yulianti duduk berhadapan di tempat tidur masing-masing, dengan bantal yang mereka peluk erat di dada. Udara malam terasa hangat, dan meskipun rasa kantuk mulai menghampiri, semangat untuk berbincang tentang masa lalu mengalahkan keinginan mereka untuk tidur.
"Jadi," Karina memulai, menatap Yulianti dengan mata berbinar. "Di SMA dulu, kamu pernah suka sama siapa, Yulianti?"
Yulianti, yang sebelumnya tampak tenang, langsung tersipu mendengar pertanyaan itu. Dia tersenyum malu-malu dan mengalihkan pandangannya ke arah lain. "Ah, aku... sebenarnya nggak ada siapa-siapa, Karina," jawabnya pelan. "Masa SMA-ku mungkin agak berbeda dari orang lain. Aku lebih fokus belajar dan... ya, nggak kepikiran buat suka-sukaan sama siapa-siapa."
Karina tertawa kecil mendengar jawaban Yulianti. "Serius? Nggak ada sama sekali? Bahkan nggak ada sedikit pun rasa suka sama orang lain?"
Yulianti menggelengkan kepala sambil tersenyum. "Nggak ada, serius! Mungkin aku aneh, ya? Tapi... saat ini ada seseorang yang aku suka," ucapnya dengan nada yang lebih pelan, seakan takut ucapannya akan terbawa angin dan terdengar oleh orang lain.
Karina sudah menduga dia pasti akan mengatakan itu, lalu mendekatkan tubuhnya sedikit, berpura-pura tertarik dengan pengakuan Yulianti. "Oh ya? Siapa dia? Ayo, ceritakan! Aku penasaran nih."
Yulianti menundukkan kepala, wajahnya semakin memerah. "Ehmm... Sebenarnya, dia bukan orang lain. Kamu tahu sendiri, kan, Bu Aira... Aku... aku suka samanya," ucapnya dengan suara bergetar.
Mata Karina melebar sejenak, tapi kemudian ia tersenyum hangat. "Aku bisa melihat kenapa. Bu Aira memang seseorang yang luar biasa. Dia baik, perhatian, dan selalu tahu cara membuat orang merasa nyaman."
Yulianti tersenyum kecil, merasa sedikit lega setelah mengungkapkan perasaannya. "Iya, dia benar-benar orang yang spesial. Dan aku... aku nggak pernah merasakan hal seperti ini sebelumnya. Rasanya campur aduk, antara senang dan cemas setiap kali aku melihat beliau."
Karina mengangguk, memahami perasaan sahabatnya. Dia menatap Yulianti dengan penuh kasih sayang sebelum tiba-tiba melontarkan sebuah pernyataan yang membuat Yulianti terkejut. "Sebenarnya, Yulianti... aku juga pernah suka sama seseorang waktu SMA," katanya sambil menahan tawa kecil.
Yulianti menatap Karina dengan mata berbinar. "Benarkah? Siapa dia?"
Karina menatap Yulianti dengan senyum nakal dan berkata, "Kamu."
Yulianti tertegun, tidak menyangka mendengar pengakuan tersebut. Wajahnya memerah seketika, dan ia merasa canggung. "Apa... apa maksudmu?"
Karina tertawa pelan, melihat reaksi Yulianti yang tampak bingung dan salah tingkah. "Tenang saja, aku cuma bercanda, kok! Tapi... sebenarnya, aku memang selalu merasa dekat sama kamu. Kamu selalu bisa bikin aku nyaman, dan mungkin karena itulah aku merasa ada perasaan khusus ke kamu. Tapi, aku tahu itu cuma sebatas perasaan dekat sebagai sahabat."
Yulianti tersenyum lega dan tertawa kecil. "Kamu benar-benar membuatku kaget, Karina!" Seraya memukul lengan Karina dengan bantal yang dipeluknya. "Kupikir kamu serius tadi."
Karina terkekeh, menangkis serangan bantal dari Yulianti. "Ya ampun, maaf, ya. Aku nggak bermaksud bikin kamu bingung. Tapi aku senang kita bisa terbuka satu sama lain seperti ini. Aku benar-benar bersyukur punya sahabat sepertimu."
Yulianti tersenyum lembut, merasa hangat di dalam hatinya. "Aku juga merasa beruntung punya sahabat sepertimu, Karina." Karina tersenyum mendengar respons Yulianti, tapi perhatiannya mulai menghilang saat sahabatnya mulai membahas hal lain. Dia memeluk bantalnya erat-erat, pandangannya menerawang ke depan tanpa fokus, senyum yang tadi tersungging perlahan memudar. Di dalam hatinya, ada rasa yang sulit diungkapkan, sebuah perasaan yang dia coba sembunyikan di balik candaannya tadi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Her Secrets: Lust
Romance⚠️Warning: Khusus Dewasa ⚠️ Jangan sungkan memberikan komentar dan bantu naik dengan vote, oke? Sinopsis setiap wanita memiliki satu atau banyak rahasia dalam hidupnya, terlepas dari sisi baik maupun positifnya. Ikuti cerita mereka disini.