Setelah beristirahat sejenak di rumah masing-masing sepulang dari rumah Aira, Yulianti dan Karina bersiap untuk pergi ke kampus sedikit lebih lama karena mata kuliah mereka dimulai di tengah hari. Karina masih diselimuti perasaan bersalah atas kejadian semalam. Ia tidak bisa melupakan bagaimana, tanpa sengaja, dia dan Yulianti terlibat dalam pengalaman intim yang seharusnya bukan untuk mereka. Karina merasa telah merenggut sesuatu yang berharga dari Yulianti-malam pertamanya. Pikiran itu membuat langkahnya terasa berat setiap kali melangkah menuju kampus.
Namun, di sisi lain, Yulianti sudah berusaha untuk melupakan insiden itu. Baginya, semua yang terjadi adalah kecelakaan murni. Mereka berdua tidak menyadari bahwa cokelat yang mereka makan mengandung wiski. Selain itu, Yulianti tahu kalau kejadian tersebut tidak terjadi dengan kesadaran penuh. Meski begitu, dia tidak bisa memungkiri satu hal-bagaimana Karina dengan lembut dan penuh gairah memainkan tubuhnya malam itu. Setiap kali Yulianti mengingat kelembutan Karina, wajahnya langsung memerah padam. Dia menggigit bibir bawahnya, lalu dengan cepat menggelengkan kepalanya untuk mengusir pikiran itu.
"Lupakan kejadian memalukan itu, Yulianti... lupakan," bisiknya pada diri sendiri sambil berjalan cepat di samping Karina.
Ketika mereka sampai di gerbang kampus, mereka melihat mobil Aira memasuki area parkir. Tak lama kemudian, Aira keluar dari mobilnya dengan penampilan yang, seperti biasa, memukau. Hari ini, dia mengenakan pakaian longgar berwarna lembut, dilengkapi dengan rok panjang bermotif anggrek. Jilbabnya berwarna senada, melingkari wajah cantiknya yang bersinar cerah di bawah cahaya matahari pagi. Penampilannya terlihat anggun dan sederhana, namun tetap penuh daya tarik yang khas.
Di mata Yulianti, Aira selalu terlihat cantik dengan pakaian apapun yang dikenakannya. Ada aura kecantikan alami yang sulit diabaikan. Setiap kali Aira melangkah, payudaranya yang besar dan pinggul seksinya tetap tampak menonjol, meski tubuhnya dibalut oleh pakaian longgar. Meskipun Aira berhijab, pesona fisiknya seakan tidak bisa disembunyikan. Yulianti selalu terpesona dengan keindahan Aira, tidak peduli apa yang dia kenakan.
Yulianti mempercepat langkahnya menuju area parkir, diikuti oleh Karina yang tampak enggan mendekati Aira. Rasa bersalah masih membayangi Karina, membuat setiap langkahnya terasa berat. Namun, Yulianti, yang berusaha melupakan insiden semalam, tetap ceria dan menyapa Aira dengan lembut begitu mereka sampai di samping mobilnya.
"Assalamualaikum, Bu Aira. Terima kasih karena membiarkan kami menginap," ucap Yulianti dengan senyuman hangat.
Aira tersenyum manis, meski pikirannya masih terganggu oleh kejadian semalam di rumahnya. Wajahnya sedikit memerah, tapi dia mencoba menyembunyikan kegelisahannya.
"Waalaikum salam. Iya, sama-sama. Mata kuliah kalian di kelasku, bukan? Bagaimana kalau kita pergi ke dalam kelas bersama-sama?" tawar Aira dengan nada ramah.
Yulianti cepat mengangguk, senang dengan tawaran tersebut. Di sisi lain, Karina hanya mengangguk pelan, tampak lesu. Dia masih merasa canggung setiap kali bertemu Aira setelah kejadian di rumah itu.
Sementara itu, Aira mencoba untuk tetap tenang meski pikirannya penuh dengan bayangan Karina dan Yulianti yang terlibat dalam hal yang tak seharusnya terjadi di rumahnya. "Duh, kenapa pula ada mata kuliahku hari ini... Aku masih mengingat kejadian itu, terlebih lagi di rumahku sendiri!" pikir Aira, wajahnya kembali memerah meskipun dia terus berusaha menjaga penampilan tenang di depan mereka.
Aira melanjutkan tugasnya mengajar dengan penuh dedikasi meskipun pikirannya terus menerawang ke arah kejadian semalam yang melibatkan Yulianti dan Karina. Dalam kelas, dia berusaha fokus menjelaskan materi dengan baik, menyampaikan setiap poin dengan jelas, meskipun bayangan mereka yang terlibat dalam keintiman di kamar tamunya terus menghantui pikirannya. Setiap kali dia melihat ke arah Yulianti, rasa bersalah dan kecemasan melanda dirinya.
Setelah selesai mengajar, Aira kembali ke ruang dosen. Dia duduk sejenak di kursinya, menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan pikirannya yang masih berputar-putar. Namun, perhatian Aira segera teralihkan oleh suara notifikasi di smartphone-nya yang berbunyi berulang kali.
Dengan rasa penasaran, Aira memeriksa ponselnya dan terkejut ketika melihat bahwa dirinya telah bergabung ke dalam grup yang berjudul "Rara Fans Club." Wajahnya langsung pucat. Kenapa ada grup yang menggunakan nama panggungnya? Dan jumlah anggota grup itu mencapai 50 orang! Keterkejutan Aira semakin bertambah saat ia teringat, dia juga telah menyebarkan nomor WhatsApp-nya ketika nama aslinya diketahui, berkat Yulianti yang tanpa ragu menyebutkannya di depan orang lain.
Aira membuka grup tersebut, dan seketika matanya terbelalak. Berbagai foto dirinya mengenakan pakaian seksi terpampang di sana, bahkan ada potongan video live-nya yang disebar di dalam grup itu. Hatinya berdebar keras; perasaan cemas mulai muncul. Dia memeriksa daftar anggota grup, ingin tahu apakah nama dua orang yang mengetahui rahasianya ada di sana.
"Tentu saja ada!!!" teriak Aira kesal ketika melihat nama Mira dan Yulianti terdaftar di dalam grup tersebut. Rasa marah dan malu bercampur aduk di dalam dirinya.
Aira duduk di kursinya dengan kepala yang penuh beban. Dengan mata masih terpaku pada layar ponsel, dia menelusuri foto-foto dan video dirinya yang tersebar di grup "Rara Fans Club." Jantungnya berdegup kencang, dan perasaan malu bercampur kesal memenuhi benaknya. Dia tak percaya bagaimana kehidupan pribadinya, yang selama ini dia jaga rapat-rapat, kini terpapar di hadapan puluhan orang.
Secara refleks, Aira menepuk jidatnya keras. "Apa yang sudah aku lakukan?" gumamnya dengan nada penuh penyesalan. Bayangan live streaming yang semula tak terduga, di mana dia tanpa sengaja memberikan servis yang menarik perhatian, terus menghantuinya. Meski hal itu membawa keuntungan finansial besar baginya, rasa bersalah tetap membayanginya.
"Aku seharusnya lebih berhati-hati..." Aira bergumam pelan. Rasa malu dan kebingungan terus menggerogoti dirinya.
Tak lama kemudian, notifikasi lain muncul di grup, kali ini dari Yulianti. Aira dengan cepat membuka pesan itu.
"Aku tidak menyangka, ada yang kepikiran untuk membuat grup ini," tulis Yulianti.
Mata Aira melebar. "Jadi Yulianti menyadari grup ini?" pikirnya. Dia semakin bingung, tak tahu bagaimana harus merespons. Di satu sisi, grup itu mungkin membuatnya lebih dikenal dan menguntungkan, namun di sisi lain, hal itu mempertaruhkan privasinya.
Setelah Yulianti mengirim pesan di grup, beberapa anggota yang sudah akrab satu sama lain mulai merespons dengan antusias. Semua anggota grup adalah pengikut setia live Aira, dan mereka adalah perempuan yang tidak segan-segan saling berbagi komentar mesra mengenai idola mereka.
"Wah, Yulianti kamu diundang juga?, nggak nyangka aku bergabung di grup ini! Aku selalu suka sama Rara! Dia bener-bener hot," tulis salah satu anggota dengan nama pengguna "FanatikRara," disertai emotikon hati.
"Bener banget! Apalagi waktu insiden itu, aku sampai terpesona! Aira tanpa sadar menunjukkan betapa sexy-nya dia di depan kita. Momen itu bikin aku terngiang-ngiang!" balas "SahabatRara" dengan semangat, menambahkan beberapa emotikon baper.
"Serius, dia itu stunning! Wajahnya, bodinya, semuanya sempurna. Nggak heran kita semua jatuh cinta!" sambung anggota lain, "PecintaRara," dengan penuh pujian.
Seiring obrolan berlanjut, nada percakapan mulai beralih ke topik yang lebih intim. "Momen dia nggak sadar livenya sudah dimulai itu, wah... semua orang pasti terkesima melihat penampilannya! Kepuasan dari para penggemar pasti terbayar lunas saat itu!" tulis "GengRara" dengan nada menggoda.
Membaca komentar-komentar ini, Aira merasa semakin tidak nyaman. Setiap pujian yang mengalir seakan membuat rasa malu dan cemasnya semakin mendalam. Mereka membahas insiden di mana Aira tanpa sadar menunjukkan tubuhnya, seolah itu adalah momen terbaik dalam kariernya. Aira merasa hidupnya yang selama ini ia jaga dengan baik, kini terpapar di hadapan para penggemar yang terlalu akrab dengan setiap detail tentangnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/374081206-288-k769312.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Her Secrets: Lust
Romansa⚠️Warning: Khusus Dewasa ⚠️ Jangan sungkan memberikan komentar dan bantu naik dengan vote, oke? Sinopsis setiap wanita memiliki satu atau banyak rahasia dalam hidupnya, terlepas dari sisi baik maupun positifnya. Ikuti cerita mereka disini.