Part 13

113 29 3
                                    

"Pak Semesta, tumben bapak berangkat agak siang." Sapa Deni ramah, salah satu staff general affair di kantor Semesta. Saat Semesta sedang berdiri di pantry dapur kantor sambil mengaduk kopi tepat jam sembilan pagi.

Semesta menoleh, menguap, sebenarnya ia ngantuk berat sekarang, "Iya, tadi malam saya baru sampai rumah jam dua belas."

"Cek Warehouse baru pak? Bareng dengan pak Oliver branch manager?"

"Iya." Semesta mengangguk-angguk, sebenarnya alasan tepatnya kenapa ia telat adalah karena di ceramahi ibunya, bukan karena bangun kesiangan.

"Kenapa bapak hari ini nggak ijin aja? Setau saya pak Oliver saja ijin tidak masuk hari ini karena kecapekan."

"Saya cuma ngantuk, nggak capek." Jawab Semesta. Bibirnya tersenyum lalu menyeruput kopinya, "Lagian hari ini ada banyak pegawai baru yang masuk, gantiin pegawai-pegawai resign jamaah bulan lalu. Saya harus serah terima working tools secepatnya hari ini."

"Yakin pak?" Mata Deni menyipit menatap Semesta. Meneliti wajah Semesta dengan seksama sampai Semesta mundur santai satu langkah kebelakang, apa memang sekuyu itu wajahnya persis seperti kata ibunya, "Ada yang bisa saya bantu?"

"Ada, habis ini saya mau buka lemari brangkas working tools. Nanti kamu bantu saya bawa tablet dan laptop ke lantai atas ya."

"Oke, oke pak."

Semesta lagi-lagi hanya bisa tersenyum. Dari sekian banyak pegawai di kantor ini Deni memang salah satu karyawan terdekat dengan Semesta, selain sesama tim IT yang memang di tempatkan satu ruangan. Salah satu alasannya karena perbedaan umur Semesta dan Deni yang tidak jauh dan karena mereka masuk dalam waktu yang sama, walau jabatan Semesta lebih cepat melesat naik sementara Deni mandek di tempat.

Setelah selesai meminum kopi, Semesta memasuki lift, naik ke lantai tiga bersama Deni. Memasuki ruangan IT yang tersambung langsung dengan ruang server dan gudang brangkas working tool.

Semesta salah satu dari sedikit orang yang memiliki kunci brangkas ini. Ruang brangkas yang dimasuki Semesta penuh laptop dan barang elektronik penujang kerja. Bertumpuk-tumpuk berbagai spek dan harga dalam lemari besi.

Hari ini, ada sekitar lima orang karyawan baru yang di arahkan oleh HRD untuk menemui Semesta. Tiga di antaranya tim lapangan operasional, mereka bertugas bertemu dengan petani dan pengepul, biasanya mereka di bekali tablet yang sudah Semesta isi dengan perangkat lunak GPS pemetaan hasil perkebunan, beserta wilayah unit kerja masing-masing. Tim lapangan ini yang paling mudah keluar masuk resign karena beban kerja mereka di ujung tombak, out door, bertemu orang banyak, kerja tak kenal waktu dan tempat.

Satu lagi, staff K3 warehouse baru. Yang terakhir sekretaris baru pak Oliver branch manager, -orang yang kemarin pergi selama dua hari bersama Semesta untuk pengecekan warehouse dan sekarang malah cuti kecapekan. Oliver warga negara Singapura yang berdarah India Jerman.

"Ini aja pak?" Tanya Deni, ia mengangkat beberapa kardus tablet.

"Iya." Semesta masih sibuk melihat beberapa laptop yang akan masuk ke lelang, "Di bawa ke atas saja. Minta mereka menunggu sebentar di ruang general meeting. Setelah mereka selesai briefing dari ketua tim lapangan dan HRD, saya sudah minta salah satu staff IT junior untuk ngajarin sistem aplikasi nya."

"Untuk yang kata bapak, staff K3 dan Sekretaris baru itu saya harus bagaimana?"

"Untuk briefing topoksi sekretaris baru, nanti paling pak Oliver sendiri, besok yang turun tangan dan paling nggak hari ini HRD dulu. Untuk working tools nya saya serahkan setelah saya selesai masukin data barang lelang dulu ya."

"Oke pak." Deni ngangguk. Balik badan keluar dari ruangan.

Semesta membalik tubuhnya lagi, kembali fokus mengurus aset. Kemudian baru keluar dari ruang brangkas satu jam kemudian. Otaknya penuh data aset yang harus ia kerjakan hari ini sekaligus materi untuk presentasi IT weekly untuk pegawai.  Tapi sebelum itu, ia harus membawa laptop ke pegawai baru untuk pelatihan sebentar.

Untuk tim lapangan, Semesta sudah angkat tangan saking bosannya ia membriefing pegawai lapangan yang keluar masuk selama ia masih jadi junior staf, Makanya sekarang ia lebih memilih untuk membriefing IT untuk orang-orang di luar jabatan itu.

Seperti biasa, beberapa pegawai baru selalu di tempatkan di ruang general meeting dulu seharian di hari pertama. Jadi langkah Semesta langsung tertuju kesana. Buru-buru karena ia ingin segera menyelesaikan hal yang lain.

Tapi langkahnya terhenti ketika ia memandang menembus dinding kaca ruang meeting. Ada seseorang yang bahkan dari belakang Semesta sangat mengenalinya.

Ia duduk di depan Bu Nila, HR, yang ketawa ketiwi ramah padahal biasanya beliau tidak ada ramah-ramahnya.

Rambutnya masih panjang sepinggang, di ikat rapih ekor kuda. Memakai jas dan rok span selutut dan sebelum Semesta berhasil mengatur detak jantungnya, perempuan itu menoleh, melewati dinding kaca. Menatap Semesta, terdiam sesaat sebelum tersenyum manis.

Amora.

GlimpseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang