Part 29

751 53 16
                                    

Amora menarik kerah kemeja dan melepas kacamata Semesta kasar. Seperti yang pernah Amora lakukan dulu saat pertama kali mereka berciuman.

Ciuman Amora menuntut. Setengah marah. Menggebu-gebu. Nyaris menguras habis batas kesabaran Semesta, kalau bukan karena suara rintik hujan dan angin yang mendadak turun deras menerpa jendela, mungkin Semesta sudah larut. Mengambil semua yang bisa ia ambil dari Amora, dalam permainan berbahaya di tempat berbahaya.

Ciuman itu baru berhenti ketika Semesta bisa merasakan air mata menetes dari mata Amora. Semesta memundurkan wajahnya, menatap Amora yang matanya sudah merah. Menangis tanpa suara.

"I acted like a bitch but you were acting like a monk."

"You're never a bitch."

"But you makes me feel like that."

"I'm so sorry." Semesta menghapus air mata Amora. Sungguh-sungguh merasa bersalah.

Namun permintaan maaf Semesta tak cukup karena Amora malah sungguh-sungguh menangis sekarang. Untuk pertama kalinya Semesta melihat Amora kecil menangis kencang.

"Kamu mau kugendong?"

"Aku bukan anak bayi!"

Semesta mengerutkan kening. Ia akui agak panik. Semesta tidak berpengalaman dengan perempuan. Hanya Amora perempuan yang pernah ia cium seumur hidup dan cuma Amora perempuan pertama yang pernah nangis merengek seperti bayi di depannya.

Saking bingungnya akhirnya Semesta sungguh-sungguh menggendong Amora di punggung. Amora awalnya meronta pelan. Tapi akhirnya memeluk leher Semesta, layu, tanpa perlawanan.

"Amora. Lihat hujan." Semesta membawa Amora ke depan jendela besar unit apartemennya. Melihat kabut, angin dan hujan yang menerpa di lantai lima belas, "Mirip air mancur. Aku sudah lama nggak lihat air mancur di rumahmu."

Awalnya Amora bertahan membisu, tapi  akhirnya tangan Amora mulai memeluk Semesta lebih kuat dan ia menenggelamkan kepalanya di leher Semesta.

Cukup lama Semesta menggendong Amora. Menimangnya seperti bayi, sampai Amora mulai bersuara, "Aku mau makan masakan kakak."

"Iya."

"Spaghetti dengan tomat yang banyak."

"Iya."

"Juga jus jeruk dingin manis."

"Iya."

"Kakak selalu ngabulin apapun yang kuminta..." Wajah Amora mulai mengernyit lagi-lagi seperti mau menangis.

"Selama aku bisa, Amora." kata Semesta. Pelan-pelan menurunkan Amora ke atas meja pantry dapur yang terbuat dari marmer, berbalik badan dan menepuk-nepuk puncak kepala Amora,  "Jangan nangis lagi. Aku janji bakal ngelakuin apapun selama aku bener-bener bisa."

"Really?" Mata bengkak menangis Amora terangkat, tertuju pada Semesta, "Then kiss me. Like I did before."

............

Semesta mengerjapkan mata, matanya terganggu oleh silau matahari yang masuk lewat celah korden jendela kamarnya. Pelan-pelan Semesta duduk di atas kasur. Memakai kacamata, kemudian menoleh menatap Amora yang masih tidur.

Bahkan dalam tidurnya Amora cantik. Wajahnya manis. Lembut. Damai.

Dengan hati-hati Semesta mengelus puncak kepala Amora. Ada ribuan perasaan sayang yang menggerogoti hatinya sekarang. Ia benar-benar ingin memiliki Amora. Tapi ambisinya masih lebih besar dari ego. Semesta harus lebih baik atau setidaknya hampir nyaris setara dengan Amora, sebelum ia berani untuk melakukan lebih.

Karena hanya dari Amora, semesta menyadari rasanya benar-benar jatuh hati sedalam-dalamnya pada seseorang  dan hanya dari Amora Semesta tau, bahwa ada manusia yang bisa benar-benar jatuh tertidur damai hanya karena ciuman.

"Amora." Panggil Semesta pelan, mencium pipi dan kening Amora bergantian sampai Amora benar-benar membuka mata lalu  duduk disamping Semesta.

Semesta kembali merasa bersalah begitu ia menyadari kembali bahwa Amora tidur dalam keadaan masih memakai baju  kerjanya, begitu juga dengan Semesta.

"It's okay." Amora bangkit berdiri. Tersenyum lebar, balas mencium pipi Semesta yang masih menatapnya, "Aku suka kok tidur dengan kakak."

"Tidur." Semesta mengulang, mendadak merasa aneh, literary ia memang tidur dengan Amora, "Maaf, aku juga ketiduran tadi malam. Seharusnya aku bangunin kamu."

"Nggak apa-apa. Iam really okay."

"Mau Kuantar pulang?"

"No. Aku harus pulang sendiri. Hari ini."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 11, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

GlimpseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang