Part 20

81 22 4
                                    

"Bapak benar-benar akan manjat tangga setinggi itu?" Tanya Amora. Wajah putihnya semakin kelihatan pucat tegang begitu ia semakin mendongak melihat tangga yang sebentar lagi akan di naiki oleh Semesta untuk memasang jaringan kabel.

"Ya." Jawab Semesta, berusaha menahan senyum sambil memakai kaus tangan kerjanya.

Semesta benar-benar sudah biasa menaiki tangga setinggi ini bukan sekedar sok di depan Amora. Malah dibeberapa warehouse lain yang lebih besar semesta sudah biasa bergantungan seperti spiderman.

"Apa nggak bisa bapak menyerahkan saja tugas ini ke penyedia layanan CCTV?"

"Saya bisa kok."

"Yakin?"

"Kalau kamu takut mbak Amora. Kamu lebih baik duduk di dekat pak Oliver saja untuk bantu beliau mencatat data perkembangan warehouse dan membantu beliau menerjemahkan bahasa."

"I..iya sebentar." Amora buru-buru menoleh kebelakang, ke arah Oliver yang memang sedang duduk di meja kerja di pojok warehouse mengobrol dengan kepala warehouse dan bagian operasional.

"Nggak apa-apa. Silahkan saja kesana." Ujar Semesta santai, lebih dengan nada meledek Amora.

"Iya. Sebentar. Tunggu sebentar. Aku mau bicara kak Semesta." Ujar Amora dengan sangat cepat. Tiba-tiba ia sudah menarik ujung baju polo Semesta saat Semesta sudah nyaris menaiki tangga besi.

Kakak semesta.

Semesta yang tadinya sudah nyaris lompat naik tangga. Berhenti. Menunduk menatap Amora serius.

"Kakak jangan pasang CCTV banyak-banyak. Di beberapa sudut saja. Kalau bisa hanya tiga saja di bagian ujung dalam ruangan, dekat garasi truk pengangkutan dan bagian pintu depan gudang. Gudang cabai ini nggak akan bertahan lama, kak. Tahun depan pasti sudah tutup."

"Kenapa kamu bilang tutup? Gudang ini baru di sewa, Amora. Seratus juta. Nggak main-main. Lalu kamu bilang mau tutup?"

"Sebentar lagi musim nggak akan baik. El Nino. Komuditas cabe nggak akan bertahan lama. Petani nggak akan mau bertanam cabai. Resiko tinggi. Gudang ini buang-buang waktu dan tenaga. Paling dua tiga bulan lagi, pasti nggak akan ada satu ton pengantaran cabai tiap Minggu nya. Sulit memenuhi kuota. Cabai itu komoditas rugi. Sulit untuk di maintenance."

"Hah?" Semesta mengerjapkan mata, menundukkan telinga nya semakin dalam supaya lekat dekat di bibir Amora yang berbisik.

"Percaya aku kak."

"Aku percaya kamu, Amora." Ujar Semesta balas berbisik, ini adalah topik pembicaraan berbahaya di depan karyawan-karyawan baru warehouse yang berusaha optimistik pada masa depan usaha, "Kalau memang kamu sudah menganalisis resiko usaha ini, kenapa kamu nggak sampaikan ke pak Oliver?"

"Nggak." Amora menggeleng cepat-cepat, "just let it flow."

"Just let it flow?" Ulang Semesta. Inilah Amora yang Semesta kenal, cerdas, analisis tajam, jangan pernah main-main dengan tingkat intelejensi Amora. Semesta kembali menegakkan tubuhnya kemudian melipat kedua lengannya di depan dada, "Okay. So?"

"Hanya pasang beberapa CCTV!" Kata Amora tegas ,"Jangan buang-buang waktu dan tools. Banyak warehouse lain yang lebih profit dari ini."

"You said that to me because of what? Sekedar kamu takut aku naik tangga Amora? Kamu tau berapa banyak tangga setinggi ini yang pernah ku naiki?"

"Karena aku takut dan karena aku tau. Aku nggak mau kakak Semesta jatuh. Terluka selama ada di depanku."

"Then the reason you keep your analyst?"

Amora perlahan menggeleng ragu, "Just no reason."

GlimpseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang