Part 14

119 29 3
                                    

"Oh iya. Ini pak Semesta. Senior IT yang saya bilang sebelumnya akan melatih kamu sistem komputer yang ada disini." Kata Bu Nila sambil mengangguk mempersilahkan Semesta berjalan lebih dekat.

"Selamat siang pak Semesta." Sapa Amora ramah. Sopan. Tersenyum manis. Semanis gulali. Setelah Semesta memperpendek jarak diantara mereka.

Detakan jantung Semesta yang sudah di usahakan di buat setenang mungkin,  kembali terhenti sesaat lalu berdentum cepat kembali seperti pelari sprinter mengambil posisi.

"Siang, Mora." Sapa Semesta, berhenti dua langkah di depan Amora dan bu Nila yang duduk di kursi rapat.

"Amora."

"Pak Semesta sudah kenal mbak Amora?" Tanya Bu Nila mendadak di tengah ruangan yang tiba-tiba terasa tegang.

Semesta menunduk, mengalihkan mata, bibirnya ia buat tersenyum sedikit, kecil sopan. Melebih-lebihkan kesibukannya saat meletakan working tools ke atas meja, "Saya cuma sudah lihat Data Amora di sistem."

"Yakin? Tapi pak Semesta barusan memanggil mbak Amora tanpa embel-embel pak atau Bu."

"Karena bu Amora sepertinya kelihatan terlalu muda untuk di panggil Bu."

"Mbak kalau begitu." Koreksi Bu Nila dengan cepat. Mata beliau menatap Semesta seakan menganggap kejadian barusan salah satu indikasi bibit-bibit sexual harassment dalam lingkungan kerja.

Semesta mendengus, "Ya. Oke. Mbak Amora. Ini laptop untuk working toolsnya mbak. Sudah siap untuk saya masukan ke akun okta?"

"Ya." Amora mengangguk. Senyum sopannya agak sedikit menguap karena di gantikan oleh senyum yang bagi Semesta agak terlalu manis untuk sekedar rekan kerja.

Bu Nila, berdiri dari kursinya. Tugas beliau  sudah selesai untuk Amora. Karena beliau kini berpindah ke samping Semesta, ijin untuk menemui staff K3 baru yang sepertinya masih di briefing langsung oleh kepala K3 di ruangannya.

"Baik." Semesta mengangguk. Memasang wajah datar. Inilah kelebihannya sekarang setelah terjun dalam dunia kerja. Hatinya bisa saja berteriak frustasi jungkir balik nggak karuan tapi pancaran wajah tetap slay. Kalem lempeng seperti tidak ada apa-apa.

Semesta membuka kardus laptop. Meletakkannya di atas meja yang memisahkan antara dirinya dan Amora. Menyalakan laptop. Kemudian seperti robot menjelaskan mengenai akun Okta, google workspace and aplikasi apa saja yang biasa di gunakan oleh staff sekretaris.

Selama setengah jam, Semesta bisa bersikap profesional. Ini tugasnya, kebiasaannya. Ia sudah melakukan ini puluhan kali. Yang berbeda kali ini, Semesta tidak merasa perluh banyak-banyak berkontak mata. Sayangnya Amora jelas tidak berpikiran sama, bukannya menatap laptop, mata Amora terus menatap Semesta tanpa ampun.

Situasi yang agak menggelikan karena kalau dilihat dari sisi semesta, Semesta yang justru merasa seperti mendapat sexual harassment disini.

"Mbak Amora sudah paham belum?" Tanya Semesta dan ia merasa lebih konyol dari sebelumnya. Amora yang cerdas. Terlalu cerdas. Lulusan double degree luar negeri bisa-bisanya terdampar disini.

"Ya, kak."

Kakak....

"Amora." Potong Semesta, ia menatap Amora serius tanpa tersenyum sedikitpun, "Tolong jangan panggil kak disini."

"Pak Semesta, begitu?" Tanya Amora. Suara dan nadanya terdengar lucu. Suara yang lama sudah terlupakan oleh Semesta.

Tanpa sadar, Semesta mendongak. Tanpa Semesta mau, mata nya bertemu lagi dengan Amora. Amora kecilnya. Bukan lagi anak sekolah dasar yang rambutnya kadang di kuncir dua seperti barbie. Bukan anak SMP yang memainkan piano dalam rumahnya yang sebesar istana, bukan anak SMU yang Semesta lihat, merajut di dekat air mancur atau memasak di pantry rumahnya yang luar biasa.

Amora yang duduk di depannya masih secantik dulu. Kulit masih seputih porselen  dengan lengkuk tubuh terawat. Namun kini di tambah aura dewasa mewah elegan yang tidak bisa di sembunyikan.

Disaat mata Semesta masih lekat menatapnya tanpa berkedip, tiba-tiba Amora menggigit bibir merahnya. Dengan sengaja mencondongkan tubuh, memandang Semesta dengan tatapan tanpa senyum yang sulit di jelaskan. Membuat Semesta seketika terpana. Kehabisan kata-kata. 

GlimpseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang