Pukul 22.30
Begitu pintu rumah tertutup di belakangnya, Ellena langsung berjalan cepat menuju kamarnya. Tubuhnya terasa lelah setelah seharian menghabiskan waktu di rumah Evan, terutama setelah bertanding game tanpa henti dengan Juan.
Sesampainya di kamar, tanpa pikir panjang, ia menjatuhkan dirinya ke atas ranjang. Matanya mulai terpejam, tubuhnya perlahan tenggelam dalam rasa nyaman di balik selimut.
Namun, saat rasa kantuk hampir sepenuhnya menyergapnya, suara benda jatuh tiba-tiba terdengar dari luar kamarnya. Suara itu keras dan jelas, memecah keheningan malam. Jantung Ellena berdegup cepat seketika. Ia membuka matanya, menatap langit-langit dengan pandangan kosong, berusaha memastikan apa yang baru saja didengarnya.
Ellena langsung beranjak dari tempat tidurnya, "Puppy" panggilnya pada kucingnya, karena ia pikir mungkin saja Puppy yang melakukannya.
Ellena perlahan berjalan keluar kamar. Saat baru membuka pintu kamarnya, Puppy berada didepan pintu bergelantung dikaki Ellena seperti mengisyaratkan agar Ellena tidak keluar dari dalam kamarnya.
"Kenapa?" bisik-bisik gadis itu, lalu menggendong Puppy. "Kamu jatuhin apa Puppy?"
Dengan tenang, ia berjalan menuju dapur untuk memeriksa apa yang dijatuhkan oleh kucingnya.
Namun, saat ia sampai di depan dapur, tiba-tiba lampu rumahnya padam, membuat seluruh ruangan tenggelam dalam kegelapan. Jantung Ellena berdegup semakin cepat. Dalam kegelapan itu, samar-samar ia melihat bayangan seseorang mendekat, tangan orang itu terangkat, memegang sesuatu yang berkilat, pisau!
Tanpa sempat berpikir panjang, Ellena mengangkat tangannya, menahan serangan yang datang dengan cepat. Pisau itu menusuk telapak tangannya, dan rasa sakitnya luar biasa. Jeritannya meledak di udara, begitu kencang hingga menggema di seluruh rumah.
~
Evan dan Daniel kini sedang fokus menonton bola, sedangkan Juan sudah terkapar didalam kamarnya.
Samar-samar Evan dan Daniel dapat mendengar suara jeritan seseorang. Sontak Evan langsung berlari keluar rumah menuju rumah Ellena, pria itu sampai melompati pagar karena paniknya.
"Ellena-" teriak Evan. Karena tak ada jawaban Evan pun berusaha mendobrak pintu Ellena, dibantu Daniel yang baru menyusulnya.
Pintu terbuka, Evan dengan cepat memasuki rumah Ellena. Karena gelap, ia menyalakan senter dihpnya. Beberapa langkah berjalan, ia melihat Ellena kini terduduk lemas, bersama Puppy dipangkuannya, dan tangan gadis itu penuh dengan darah. Evan pun langsung mengikat tangan Ellena dengan sapu tangannya.
Daniel ikut syok melihat keadaan Ellena, matanya menangkap seseorang yang baru kabur dari jendela. Lalu, dengan cepat Daniel berlari untuk menangkap orang itu.
"Kita kerumah sakit ya"
Evan menggendong tubuh Ellena yang tak bergerak, wajahnya pucat dan pandangannya kosong. Tanpa membuang waktu, ia membawanya keluar rumah.
Di depan, para tetangga sudah berkerumun, bisik-bisik khawatir terdengar. Namun, Evan tak memperdulikan mereka. Dengan langkah cepat, ia menuju mobilnya, membuka pintu, dan dengan hati-hati meletakkan Ellena di kursi penumpang.
Mesin mobil menderu, dan dalam hitungan detik, mereka meluncur menuju rumah sakit. Sepanjang perjalanan, Evan terus melirik ke arah Ellena, hatinya dipenuhi kecemasan.
Setibanya di rumah sakit, para perawat segera membawa Ellena masuk ke ruang gawat darurat, meninggalkan Evan yang kini hanya bisa menunggu di ruang tunggu, jantungnya berdebar tak menentu. Ia duduk gelisah, pandangannya tak lepas dari pintu ruang perawatan di ujung koridor, berharap kabar baik segera datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
MEET FIRST LOVE
Teen Fiction"Kak" "Saya suka sama Kakak" "Nama saya Ellena, jangan lupain saya ya! ELLENA" Apa jika kalian bertemu cinta pertama kalian, setelah menunggu bertahun-tahun, juga akan melakukan hal yang sama seperti Ellena? Yuk langsung aja baca ceritanya👆🏻👇🏻 ...