Ellena duduk diam di dalam kamar, pikirannya berkecamuk dan hatinya diliputi kegelisahan yang entah karena apa.
Tak tahan lagi, ia memutuskan untuk keluar rumah. Suasana di luar begitu sunyi, hanya ada desiran angin yang terdengar samar. Langit sudah gelap, memberikan kesan yang lebih hening pada malam itu. Matanya tertuju pada rumah Evan yang terlihat sepi, tak seperti biasanya.
Tiba-tiba, sebuah mobil yang tak asing baginya berhenti di depan rumah Evan. Itu mobil Evan! Dengan penuh harapan dan senyum di wajahnya, Ellena berlari menghampiri mobil tersebut. Tak lama, pintu mobil terbuka, dan Evan keluar dari dalamnya.
"Kak Evano" seru Ellena, begitu senangnya melihat Evan. Namun, pria itu hanya tersenyum tipis padanya.
Evan menatap Ellena dengan sorot mata yang begitu dalam, seolah ingin menyampaikan sesuatu yang tak terucap.
Ellena merasakan ada yang berbeda, tatapan itu membuatnya merasa sedikit cemas. "Kak Evano, gak papa?" tanyanya pelan, berharap mendapat jawaban. Namun, tanpa kata-kata, Evan tiba-tiba menariknya ke dalam pelukannya.
Ellena terkejut, tubuhnya menegang sejenak. Tapi setelah merasakan kehangatan yang Evan berikan, perlahan ia meletakkan tangannya di punggung Evan, membalas pelukannya dengan lembut. Ia mengusap punggung Evan dengan pelan, mencoba menenangkan sesuatu yang tak ia mengerti. Di antara heningnya malam, hanya detak jantung mereka yang terasa.
~
Kini, mereka berdua duduk diruang tamu rumah Evan. Suasana masih terasa canggung, sejak pelukan tiba-tiba itu.
"Ma.. maaf ya" ucap Evan, gugup.
Ellena mencoba tersenyum, seolah baik-baik saja. "Iya, santai aja Kak, aku juga pernah kan? Gak sengaja waktu itu"
Dilubuk hati Ellena yang sangat dalam, ia menahan rasa kesalnya. Padahal pelukan itu terasa nyaman dan tulus, tapi.. Evan malah mengatakan, kalau itu ketidaksengajaannya.
"Kamu kenapa?" tanya Evan, melihat Ellena hanya terdiam tak seperti biasanya.
"Gak papa tuh Kak" jawab Ellena, suaranya masih bergetar menahan kekesalannya.
"Kamu udah makan?"
"Kenapa Kak Evano nanya gitu? Entar kalo aku laper kan, aku tinggal makan" sahut Ellena. Tapi perkataan dan perutnya tidak sinkron, karena suara perutnya terdengar begitu kerasnya.
Evan tertawa, "Nah itu udah laper, bentar ya aku pesenin makan dulu"
Ellena menggerutui dirinya sendiri, kenapa selalu saja perutnya berbunyi begitu keras, pada momen yang tidak tepat. Padahal, ia sedang kesal dengan Evan, akhirnya kan ia jadi malu sendiri.
Sembari menunggu pesanannya, Evan membersihkan diri terlebih dahulu. Dan, Ellena menunggunya diruang tamu, sambil menonton televisi.
Tak lama Evan keluar dari dalam kamarnya, terburu-buru keluar rumah.
"Kak Evano mau kemana?" tanya Ellena, melihat Evan yang tergesah-gesah, keluar rumah.
"Ambil makanan"
Evan kembali membawa makanan pesanannya, lalu meletakkan diatas meja ruang tamu dan mulai menyiapkannya dengan teliti.
Setiap gerakannya menunjukkan perhatian yang mendalam. Ia membuka kotak makanan dengan hati-hati, menuangkan minuman ke dalam gelas, dan memastikan apa yang akan dimakan dan diminum Ellena sudah ada.
Terkadang Ellena merasakan keanehan, melihat Evan yang begitu perhatian padanya, jika tidak rasa suka, lalu apa.
"Kenapa gak dimakan? Kamu gak suka ya?" tanya Evan, karena Ellena hanya diam saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
MEET FIRST LOVE
Teen Fiction"Kak" "Saya suka sama Kakak" "Nama saya Ellena, jangan lupain saya ya! ELLENA" Apa jika kalian bertemu cinta pertama kalian, setelah menunggu bertahun-tahun, juga akan melakukan hal yang sama seperti Ellena? Yuk langsung aja baca ceritanya👆🏻👇🏻 ...