30. HATI YANG HANCUR

1 1 0
                                    

Evan telah dipindahkan ke ruang inap yang lebih besar, berbagi dengan empat pasien lainnya.

Ketika Ellena datang membawa seplastik makanan, Evan hanya bisa menatap heran. "Kamu ngapain beli sebanyak ini, aku kan cuman nginep semalem doang" katanya.

Ellena meletakkan kantong makanan di meja samping ranjang, lalu duduk di kursi dekat Evan. "Gak papa, Kak Evano harus banyak makan pokoknya" jawabnya ringan.

Evan menghela nafas, menyadari betapa perhatian Ellena padanya. "Yaudah sana, kamu pulang aja"

Ellena menggeleng tegas. "Gak mau, aku mau nemenin Kak Evano"

Evan mencoba membujuknya lagi, "Ada Daniel sama Juan, jadi kamu pulang aja! Istirahat"

Namun, dengan nada tenang Ellena menjawab, "Aku udah suruh mereka pulang"

"Terus mereka pulang?"

"Iya"

Dasar tidak setia kawan. Mendengar itu, Evan hanya bisa menyerah. "Ya udah, jangan begadang, tidur ya! "

Ellena tersenyum puas, "Oke Kak."

Evan bangkit perlahan dari ranjangnya, bersiap untuk menuju kamar mandi. Namun, sebelum dia bisa melangkah, Ellena sudah berdiri cepat di sampingnya, bersiap membantu. "Mau ke mana Kak?" tanya Ellena, nadanya penuh kekhawatiran.

Evan menatapnya sebentar dengan tatapan bingung. "Ke kamar mandi" jawabnya singkat.

Tanpa ragu, Ellena segera mendekat, siap menuntun Evan berjalan. Tapi Evan hanya berdiri diam, memandang Ellena dengan bingung. "Aku cuma alergi! Bisa jalan sendiri"

Ellena mengerutkan kening, tetap tampak serius. "Kak Evano masih sakit, nanti kalo ada apa-apa gimana?!"

Evan menghela nafas pelan, lalu tersenyum lembut. "Gak akan ada apa-apa" ucapnya meyakinkan Ellena.

Ellena tetap bersikeras, membuat Evan tertawa kecil melihat betapa seriusnya gadis itu. "Udah Kak, gak papa, aku bantuin" jawab Ellena singkat.

Akhirnya, Evan menyerah dan membiarkan Ellena menemaninya. Meski merasa dirinya baik-baik saja, tapi perhatian dari Ellena membuat hatinya terasa hangat.

Seorang pria tua di ranjang sebelah menatap mereka dengan senyum lembut. Ia memperhatikan interaksi hangat di antara keduanya, dan tak bisa menahan diri untuk ikut tersenyum.

~

Pagi hari telah tiba, dan sinar matahari mulai masuk melalui tirai kamar rumah sakit. Evan sudah bangun terlebih dahulu, duduk di ranjangnya sambil memandang ke arah Ellena yang masih tertidur di bawah, menggunakan kursi lipat dan beberapa bantal sebagai alas.

Kemarin malam, Evan sudah bersikeras menyuruh Ellena tidur di ranjang, sementara dia yang akan tidur di bawah. Namun, seperti biasa, Evan akhirnya menyerah pada kemauan keras gadis itu, yang tetap memilih tidur di bawah.

Jam menunjukkan pukul 8, dan suster rumah sakit masuk ke ruangan membawa nampan sarapan untuk Evan. Suara pintu yang terbuka membuat Ellena langsung terbangun, menggosok matanya sebentar sebelum menyadari suster sudah datang. Dengan cepat, dia bangkit dari tempatnya.

Suster meletakkan sarapan di meja, lalu pamit meninggalkan mereka. Ellena segera mendekat dan membantu Evan menata makanan, memastikan semuanya siap. "Aku suapin Kak" kata Ellena sambil mengambil sendok.

Evan tertawa kecil, menatap Ellena yang sudah siap dengan sendok di tangan. "Aku bisa makan sendiri, nih tanganku kan enggak sakit"

Namun, seperti biasa, Ellena bersikeras. "Udah gak papa, Kak Evano." Evan hanya bisa tersenyum tak berdaya, membiarkan Ellena menyuapinya dengan penuh perhatian.

MEET FIRST LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang