16. WAKTU BERDUA

2 1 0
                                    

Ellena berjalan keluar dari gerbang sekolah dengan langkah ringan. Matanya langsung menangkap sosok Evan yang berdiri di samping mobilnya, melambaikan tangan sambil tersenyum. Wajahnya seketika cerah, ada perasaan hangat yang mengalir dalam dirinya.

Dengan senyum lebar yang tak bisa ia tahan, Ellena berlari kecil menghampiri Evan. "Kak Evano, kenapa kesini?" tanyanya, ketika sudah berada tepat dihadapan Evan.

Bukannya menjawab, Evan malah mengalihkan pertanyaan. "Ini hari terakhir kamu ujian kan?"

"Iya"

"Gimana?"

"Alhamdulillah lancar"

Evan tersenyum, sambil mengusap lembut kepala Ellena. Membuat gadis itu terdiam, merasakan jantungnya yang berdebar begitu kencang.

"Ayo masuk," katanya dengan nada lembut. Ia kemudian membukakan pintu mobil untuk Ellena, menunggunya masuk dengan sabar.

Ellena tersenyum kecil, hatinya masih berdebar melihat perhatian Evan. Setelah ia duduk di dalam mobil, Evan menutup pintu dengan hati-hati, lalu melangkah ke sisi pengemudi.

Sesaat sebelum mesin mobil dinyalakan, mereka saling bertukar pandang sejenak, tanpa perlu banyak kata, semuanya terasa begitu nyaman.

Evan melajukan mobilnya dengan tenang, namun Ellena mulai menyadari bahwa jalan yang mereka tempuh bukanlah arah menuju rumahnya. Rasa penasaran mulai timbul, lalu ia bertanya dengan sedikit heran, "Kita mau ke mana, Kak?"

Evan hanya tersenyum kecil tanpa menoleh, matanya tetap fokus ke jalan. "Sesuatu yang kamu pengenin" jawabnya singkat namun penuh misteri.

Tak lama kemudian, mobil berhenti di depan sebuah toko croissant. Matanya berbinar saat melihat tempat itu. Evan keluar dari mobil dan bergegas membukakan pintu untuk Ellena. Mereka berjalan masuk bersama, aroma manis dan hangat dari croissant yang baru saja dipanggang menyambut mereka. Ellena tersenyum lebar, merasa Evan benar-benar mengerti keinginannya.

Setelah memesan, mereka memilih duduk di tempat dekat jendela, di mana sinar matahari lembut masuk menambah hangat suasana.

Ellena mengambil gigitan pertama croissantnya dan wajahnya langsung berseri. "Enak banget! Kak Evano tau dari mana tempat croissant seenak ini?" tanyanya sambil menatap Evan penuh rasa penasaran.

Evan yang biasanya tenang, tiba-tiba terlihat agak canggung. Ia tersenyum sedikit kaku, "Em, aku pernah ke sini dulu... iya" jawabnya sambil mengalihkan pandangan keluar jendela, seolah mencoba menyembunyikan kegugupannya.

Padahal semalaman, pria itu sibuk mencari rekomendasi tempat croissant terenak dari internet dan media sosial, demi memastikan Ellena akan menyukainya.

Ellena begitu menikmati croissantnya, hingga tak sadar sedikit belepotan di sekitar bibirnya. Evan yang duduk di seberang hanya tersenyum melihatnya. Dengan lembut, ia mengusap belepotan di sudut bibir Ellena dengan tangannya.

"Enak banget ya" ujar Evan dengan tawa kecil.

Ellena terkejut sejenak, lalu tersenyum malu, "Iya Kak"

Mereka berdua saling bertukar pandang, suasana menjadi hangat, lebih dari sekadar rasa croissant yang enak.

🤵🏻‍♂️👰🏻‍♀️

Juan menghentikan motornya, saat melihat Rena berdiri di pinggir jalan, di samping mobilnya yang tampak bermasalah. Ia segera turun dari motornya dan menghampiri Rena, yang terlihat sedikit frustasi.

"Kak Rena, kenapa Kak?" tanya Juan dengan alis terangkat, penuh kekhawatiran.

Rena berdecak pelan, "Nih, mobil tiba-tiba berhenti, gak bisa nyala. Tapi gue udah nelpon montir sih, gak tau kapan datengnya"

MEET FIRST LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang