Sore hari tiba, Evan masih berada dirumah sakit. Ditunggu, Juan yang duduk disampingnya.
Daniel datang, setelah menemui dokter. "Katanya, lo boleh pulang kalo hasil pemeriksaannya udah keluar Van". Evan mengangguk.
"Si bocil bilang tadi mau balik lagi kesini, apa? Sampe sekarang belum balik-balik" omel Juan.
"Mungkin dia lagi istirahat, lo gak ikhlas ya Ju nemenin gue" sahut Evan, membela Ellena.
"Enggak, enggak, Bang"
Dua jam menunggu, hasil pemeriksaan Evan keluar. Tanpa melihat hasilnya, Evan ingin cepat-cepat pulang.
Setelah mengganti pakaiannya, Evan seperti terburu-buru. "Lo urus ya Niel, gue pulang duluan, makasih" ucap Evan, dengan cepat, menghilang dari hadapan Juan dan Daniel.
~
Taksi yang Evan naiki berhenti tepat didepan rumahnya, namun Evan memilih untuk ke rumah Ellena terlebih dahulu.
Evan berdiri di depan pintu, napasnya sedikit terengah-engah setelah berlari dari taksi. Ia segera memencet bel rumah Ellena, cukup lama menunggu, pintu pun terbuka. Wajahnya penuh kekhawatiran saat melihat Ellena menatapnya datar, seolah-olah tidak ada kehidupan di dalam matanya. Mata gadis itu sembab, tanda jelas bahwa dia baru menangis.
"Ellena, kamu kenapa?" tanya Evan dengan suara khawatir, melangkah lebih dekat.
Ellena menatap mata Evan, tatapannya benar-benar berbeda dari Ellena yang ia kenal. "Kak Evano mau tau kebenarannya?" suaranya begitu dingin.
Dahi Evan mengerut, tidak mengerti dengan perkataan Ellena. Sebenarnya apa yang terjadi pada gadis itu, pikirnya begitu dalam.
"Wanita yang selama ini aku panggil Mamah, yang selama ini aku tunggu kedatangannya, yang selama ini aku kangenin setiap hari, ternyata bukan wanita yang ngelahirin aku"
Evan terkejut sekaligus bingung dengan perkataan Ellena. "Kamu ngomong apa?"
"Itu kebenarannya Kak, Mamah yang bilang sendiri" air mata sudah menetes di pipi gadis itu. "Dan ternyata, wanita yang udah ngelahirin aku yang berarti ibu kandung aku itu, wanita yang udah hancurin rumah tangga Mamah sama Papah, makanya itu Mamah benci banget sama aku"
Tangis Ellena pecah, lalu tanpa pikir panjang Evan menarik Ellena kedalam pelukannya. Evan memeluknya erat, berusaha memberikan rasa aman di tengah masalah yang sedang dihadapi Ellena.
Mereka berdua kini duduk di ruang tamu, suasana hening di antara mereka. Setelah beberapa saat menangis di pelukan Evan, Ellena mulai bisa mengontrol napasnya.
Kini, Evan duduk di sampingnya, tangannya menggenggam lembut tangan Ellena, memberikan dukungan yang dia butuhkan.
"Kak..." suara Ellena bergetar, tetapi dia berusaha untuk tegar. "Setelah Kak Evano tau semua ini, apa Kak Evano juga benci aku?"
"Kenapa aku harus benci kamu?" Evan menatap mata Ellena begitu dalam. "Aku gak akan benci kamu, karna ini bukan kesalahan kamu!" tegasnya. Ellena menunduk, terdiam.
"Ellena" panggil Evan pelan.
Ellena mendongak untuk menatap wajah Evan, beberapa detik mata mereka bertemu. "Kamu mau menikah sama aku?"
Ellena terkejut, matanya membesar mendengar pertanyaan yang tiba-tiba itu. "Kak Evano, ngerasa kasihan sama aku ya?". Didalam pikirannya, ia merasa bahwa Evan hanya sedang merasa kasihan padanya.
"Enggak" jawab Evan tegas. "Aku ngelakuin ini karena memang aku mau"
"Tapi kenapa tiba-tiba, sedangkan selama ini"
"Aku suka kamu, Ellena!" potong Evan, sebelum Ellena melanjutkan perkataannya. "Aku sayang kamu, dan aku juga cinta kamu. Aku mau kita bisa sama-sama jalan kedepan, aku mau kita ngejalanin sisa hidup bersama. Aku mau jadi suami kamu, biar selalu ada disisi kamu, selalu jaga kamu, selalu jadi sandaran kamu" Evan menghembuskan nafasnya perlahan, lalu menatap mata Ellena semakin dalam. "Jadi, apa kamu mau jadi istri aku?"
Mata Ellena mulai berkaca-kaca, merasakan kedalaman perasaan Evan. Air mata yang sudah menetes dipipinya, dihapus lembut tangan Evan. Lalu, dengan senyuman yang sudah mengembang dipipinya, Ellena mengangguk menerima lamaran Evan.
Evan tersenyum senang, lalu ia meraih kado yang kemarin belum sempat Ellena buka ada diatas meja. "Ini coba kamu buka"
Perlahan Ellena membuka kadonya. Di dalamnya ada kotak kecil berwarna merah. Saat dibuka, terlihat cincin berlian yang terlihat elegan dan sederhana.
"Sebenernya aku mau bilang ini kemarin, tapi.. malah gagal"
Evan menautkan cincin, dijari manis Ellena. Saat cincin itu terpasang, air mata Ellena mulai mengalir deras. Dia menatap cincin itu dengan perasaan campur aduk bahagia, terharu, dan sedikit tak percaya. Tangisnya pecah, dan tanpa berkata apa-apa, Evan menariknya ke dalam pelukan. Evan memeluk Ellena erat, memberikan kehangatan dan rasa aman ditengah emosi yang meluap-luap.
🤵🏻♂️👰🏻♀️
Diruang tamu, Daniel dan Juan sedang menonton televisi. Mereka terlihat lelah, setelah pulang dari rumah sakit.
Suara pintu terbuka, mengalihkan perhatian mereka pada televisi. Dengan kompak Daniel dan Juan menoleh. Oh! ternyata Evan. Eh tapi... ada Ellena juga. Tapi...
Daniel dan Juan tercengang, melihat tangan Evan dan Ellena bergandengan. Sebelum mereka sempat mengatakan apa-apa, Ellena dengan penuh antusias memamerkan cincin di jari manisnya.
Daniel dan Juan sama-sama melotot terkejut. "Apa?! Kalian..." Daniel berteriak tak percaya.
"Seriusan, Bang?!" tanya Juan, matanya masih membesar.
Evan hanya mengangguk dengan senyum tipis, sementara Ellena tampak tersipu di sampingnya.
"Bang, coba pikirin baik-baik! Demi masa depan lo, seumur hidup itu lama loh Bang" ujar Juan, mencoba mengejek Ellena. Kini, ia harus membalasnya, karena waktu itu Ellena juga pernah melakukan hal yang sama padanya.
Ellena menatap tajam Juan, "Apaan sih Kak Juan?! Masa depan Kak Evano, dijamin cerah kalo sama aku" tegasnya, Juan hanya menggeleng heran, mendengar tingkat kepercayaan diri Ellena.
Daniel berdiri, menepuk pundak Evan bangga. "Gue gak nyangka Van, lo ternyata segentle ini, dan segercep ini" katanya, ada rasa haru dan bahagia diwajahnya. "Eh btw, nikahnya mau diadain kapan nih?"
"Minggu depan"
Jawaban Evan membuat Daniel dan Juan begitu terkejut. Bukan hanya mereka berdua, Ellena si calon istri pun terkejut mendengarnya.
"Kak Evano serius?" tanya Ellena, tak percaya bahwa ia dan Evan akan menikah secepat itu.
"Iya, serius" jawabnya dengan senyuman yang meyakinkan.
🤵🏻♂️MEET FIRST LOVE👰🏻♀️
Jangan lupa vote, komen, dan follow me🙌🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
MEET FIRST LOVE
Teen Fiction"Kak" "Saya suka sama Kakak" "Nama saya Ellena, jangan lupain saya ya! ELLENA" Apa jika kalian bertemu cinta pertama kalian, setelah menunggu bertahun-tahun, juga akan melakukan hal yang sama seperti Ellena? Yuk langsung aja baca ceritanya👆🏻👇🏻 ...