18. RUMAH KAKEK

2 1 0
                                    

Ellena membuka pintu rumahnya dengan perlahan, setelah pulang dari sholat Eid. Rumah terasa begitu sepi, hingga langkah kakinya terdengar jelas di lantai saat ia berjalan masuk, dan suasana Idul Fitri yang semestinya penuh kebahagiaan, terasa sangat hampa.

Saat ia sampai di ruang tamu, matanya tertuju pada foto keluarga yang tergantung di dinding. Mamahnya sudah 6 bulan tidak pulang, dan sulit sekali dihubungi. Keheningan rumah semakin terasa menyesakkan.

"Minal aidzin Pah, Mah" lirihnya.

Ellena menghela napas panjang, mencoba menenangkan hatinya. Meski berat, ia tetap berusaha untuk kuat. Setelah beberapa saat termenung, Ellena memutuskan untuk pergi ke rumah Evan. Pria itu kini juga sendirian, karena Daniel dan Juan pulang kerumah keluarganya masing-masing. Juga Bu Ina, sudah pulang kampung dari satu minggu yang lalu.

Ellena memencet bel, dan tak lama Evan membukakan pintu untuknya.
"Yuk makan" ajak Evan, sambil memberi ruang untuk Ellena masuk.

Ellena tersenyum kecil dan mengangguk. Lalu memasuki rumah Evan. Di meja makan sudah tersaji lontong sayur, yang mengeluarkan aroma lezat. Meski suasana terasa sederhana, mereka berdua tampak nyaman satu sama lain.

"Em... enak banget" seru Ellena, sangat menikmati makanannya. "Kak Evano emang the best koki"

Evan tersenyum senang. "Pelan-pelan makannya" ujar Evan, melihat Ellena begitu lahapnya memakan masakannya.

"Kak Evano bisa masak gini tuh dari mana?" tanya Ellena, mungkin pertanyaan ini sudah lama ada dikepalanya.

"Dari Mamah"

Ellena terdiam, menatap Evan. "Kenapa?" tanya Evan, melihat ada yang aneh dengan tatapan Ellena.

"Pasti Mamah Kak Evano di surga, bangga sama Kak Evano" ucap Ellena, membuat dahi Evan mengerut, bingung.

"Emang aku pernah bilang, kalo Mamahku udah meninggal ya?"

Ellena langsung teringat bahwa Evan mengatakan hal ini kepadanya, saat ia masih kecil waktu itu. Ya, jelas sekarang Evan pasti merasa bingung.

Tiba-tiba hp Evan berdering, menghentikan pembicaraan mereka. Evan meminta izin pada Ellena sebentar dan berjalan menjauh untuk mengangkat telepon. Setelah beberapa menit, ia kembali dengan wajah serius.

"Kenapa Kak?"

"Dari Kakek, aku disuruh dateng ke rumah Kakek" jawab Evan, sedikit menyesal.

Ellena yang sedang menikmati lontong sayurnya, tersenyum kecil, meski merasa sedikit kecewa karena kebersamaan mereka akan segera berakhir. "Oh, yaudah Kak Evano pergi aja, Kakeknya Kak Evano pasti kangen banget sama Kak Evano" ujar Ellena dengan nada pengertian.

Evan berterima kasih padanya, tapi ia juga merasa sedikit berat meninggalkan Ellena sendirian di hari raya. "Kamu gak papa kan, aku tinggal sendiri?"

Ellena mengangguk sambil tersenyum, "Gak papa kok, Kak"

Dengan perasaan campur aduk, Evan pun bersiap pergi, meninggalkan Ellena di rumahnya.

🤵🏻‍♂️👰🏻‍♀️

Dalam perjalan menuju rumah Kakeknya, Evan hanya fokus menyetir. Walaupun ia merasa berat meninggalkan Ellena sendiri, ia berusaha tetap tenang, dan cepat menyelesaikannya agar bisa cepat kembali juga.

Setelah perjalanan sekitar dua jam, Evan akhirnya tiba di rumah kakeknya. Ia segera memarkir mobil dan berjalan cepat menuju pintu depan rumah besar kakeknya.

Setibanya di dalam, ia disambut dengan suasana tenang dan sepi. Evan melangkah cepat ke ruang tengah, di mana ia melihat kakeknya duduk di kursi sendiri, dengan mata terpejam.

MEET FIRST LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang