Sudah dua hari sejak Ellena menginap di rumah Evan, dan malam itu mereka duduk bersama untuk makan malam.
Suasana hangat di meja makan, tetapi tiba-tiba Ellena berbicara dengan nada pelan, "Kak Evano, besok aku pulang kerumah aja deh, tanganku kan juga udah mulai sembuh, sama pintu rumah juga udah dibenerin kan"
Evan mengangkat alis, sedikit terkejut. "Kamu udah yakin?" tanyanya, meski ada sedikit nada kekhawatiran dalam suaranya.
Ellena tersenyum lembut. "Aku gak enak aja, Kak Evano jadi harus tidur bareng Kak Juan, karena kamarnya aku pake."
Juan, yang duduk di seberang meja, mendengar itu dan langsung setuju. "Nah bener tuh," katanya dengan canda, membuat Daniel yang duduk didepannya melotot padanya.
Evan mengangguk perlahan, meski dalam hatinya ia masih sedikit khawatir membiarkan Ellena pulang sendirian. Namun, dia juga paham bahwa ini adalah bagian dari proses pemulihan Ellena. "Yaudah, kalo kamu butuh apa-apa bilang ya" katanya, memastikan gadis itu tahu bahwa dukungan mereka selalu ada.
Malam pun berlalu dengan cepat, dan pagi harinya Ellena bersiap kembali ke rumahnya. Dengan kucing kesayangannya yang digendong erat di lengannya, ia melangkah keluar, ditemani Evan yang dengan sigap membawakan tas berisi baju-bajunya.
Mereka tiba di depan rumah Ellena, dan pintu yang sudah diperbaiki menjadi tanda bahwa semuanya perlahan kembali normal. Ellena menghela napas panjang, merasakan kelegaan karena akhirnya kembali ke rumahnya sendiri.
"Kamu gak papa kan?" tanya Evan sedikit khawatir.
Ellena mengangguk. "Iya gak papa kok Kak" jawabnya sambil membelai kucingnya. Meski perasaan cemas masih tersisa, ada rasa lega dan semangat baru dalam dirinya.
Evan menatapnya sejenak, lalu menawarkan, "Kamu hari ini masuk sekolah kan?"
"Iya Kak"
"Saya antar aja"
"Makasih Kak Evano," ucap Ellena sambil tersenyum. Mereka berdua berjalan masuk ke dalam rumah, dan setelah Ellena bersiap-siap, mereka akan berangkat, memulai hari dengan perlahan kembali pada rutinitas yang sempat terhenti.
Mobil Evan berhenti tepat di depan gerbang sekolah Ellena. Sebelum keluar, Ellena menoleh ke arah Evan dengan senyum tipis. "Makasih Kak Evano" ucapnya.
Evan tersenyum hangat dan membalas, "Sama-sama."
Setelah itu, Ellena melambaikan tangan sebelum berjalan menuju gerbang sekolah. Evan, yang masih duduk di dalam mobil, membalas lambaian itu dengan senyum, menunggu sampai dia benar-benar masuk ke dalam.
Begitu Ellena melewati gerbang dan melangkah ke koridor sekolah, suasana ramai murid-murid menyambutnya.
Saat dia memasuki kelas, tiba-tiba terdengar suara cempreng yang khas dari Anna, menggelegar memenuhi ruangan. "EL!!!" teriak Anna dengan semangat yang langsung menarik perhatian satu kelas.
Ellena tertawa kecil, sedikit gugup, lalu segera berjalan ke tempat duduknya. Baru juga duduk, Anna sudah banyak mengajukan pertanyaan padanya. "Tangan lu udah bener gak papa El? Lo emang udah sembuh El? Lo tadi naik apa El?" Bla.. Bla..
"Iya, gue udah gak papa" jawab Ellena, dengan sabarnya.
🤵🏻♂️👰🏻♀️
Suasana kafe sedikit sepi ketika Rena masuk. Matanya langsung tertuju pada Daniel yang sedang melayani pembeli di konter. Setelah pembeli itu pergi, Rena berjalan menghampiri Daniel, menyapa sambil melemparkan senyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
MEET FIRST LOVE
Teen Fiction"Kak" "Saya suka sama Kakak" "Nama saya Ellena, jangan lupain saya ya! ELLENA" Apa jika kalian bertemu cinta pertama kalian, setelah menunggu bertahun-tahun, juga akan melakukan hal yang sama seperti Ellena? Yuk langsung aja baca ceritanya👆🏻👇🏻 ...