26 Maret 2024
Ellena mondar-mandir di ruang tamu dengan wajah cemas, seolah menunggu sesuatu yang penting. Daniel yang baru keluar dari kamarnya melihat gelagat Ellena, lalu duduk di sebelah Evan yang sedang menonton televisi.
"Dia kenapa?" tanya Daniel, mengalihkan perhatian Evan dari layar televisi.
Evan mengalihkan pandangannya ke arah Ellena, "Lo lupa? Hari ini pengumuman SNBP nya"
Daniel mengangguk, baru ingat betapa besar harapan dan kecemasan Ellena terhadap ini. "Oh iya"
Mereka berdua kemudian memandang Ellena, yang terus berjalan mondar-mandir sambil sesekali melirik ponselnya.
"El, kayaknya mending kamu lihatnya habis buka aja deh" saran Daniel.
Ellena menghentikan langkahnya, menoleh kearah Daniel. "Kenapa?" tanyanya, tak mengerti.
"Ya, kalo hasilnya gak sesuai kan bisa nangis sepuasnya"
Ellena seketika merengut kesal, "Kak Daniel doain aku gak lolos ya?!"
"E.. enggak" Daniel menyenggol lengan Evan mencari pembelaan, tapi Evan memilih untuk berpura-pura tidak tahu dan lanjut menonton televisi.
"Maksudku bukan gitu kok El, yaudah terserah kamu aja deh" pasrahnya, lalu beralih menatap layar televisi.
~
Jam sudah menunjukkan tepat pukul 15.00. Ellena duduk dengan gelisah di ruang tamu, ditemani oleh Evan, Daniel, dan Juan.
Di hadapannya, sebuah laptop terbuka dengan halaman hasil SNBP siap untuk diakses. Tangannya gemetar saat hendak memencet tombol untuk melihat hasilnya. Wajahnya penuh kecemasan, dan tatapan penuh ketakutan.
Evan, yang duduk di sebelahnya, meletakkan tangan lembut di pundak Ellena, mencoba menenangkannya. "Tenang saja, apapun hasilnya, kamu udah ngelakuin yang terbaik kan?!" kata Evan dengan suara lembut, berusaha meyakinkannya.
Dengan napas berat, Ellena akhirnya memencet tombol untuk melihat hasilnya, namun seketika itu juga, ia menutup matanya rapat-rapat, takut melihat apa yang tertulis di layar.
Daniel, Juan, dan Evan langsung melihat ke layar laptop, dan reaksi mereka seketika berubah. Mata mereka melebar karena terkejut, namun tak ada yang langsung berbicara. Evan menoleh ke arah Ellena yang masih menutup matanya, dan tersenyum lebar.
"Warna apa Kak?" tanya Ellena, yang masih takut membuka matanya.
"Lihat sendiri"
Ellena membuka matanya perlahan, melihat layar laptop di depannya. Di sana, tertulis jelas bahwa ia diterima di universitas impiannya. Seketika, air mata bahagia mengalir di wajahnya. Dia langsung memeluk Evan, diikuti oleh tawa bahagia dari Daniel, sedangkan Juan berlagak biasa saja.
Evan terdiam sejenak saat Ellena memeluknya tiba-tiba. Dia bisa merasakan kebahagiaan gadis itu dalam pelukan singkatnya. Namun, sebelum dia sempat bereaksi, Ellena dengan cepat melepaskan pelukannya. Wajahnya memerah karena merasa canggung.
"Maaf Kak" Ellena berkata pelan, tak berani menatap Evan. Ia merasa tidak enak, takut membuat Evan tidak nyaman dengan tindakan spontannya itu.
Evan tersenyum lembut, melihat kecanggungan Ellena. "Gak papa" katanya tenang. "Kamu bahagia kan."
Momen itu mencairkan suasana, Daniel dan Juan yang melihatnya hanya tersenyum geli melihat keduanya. "Peluk Kak Daniel juga boleh kok El" ujar Daniel, langsung mendapatkan lirikan tajam dari Evan.
"Gak mau" sahut Ellena, membuat Evan merasa bangga.
Ellena meraih hpnya diatas meja, ia menekan nomor Mamahnya, namun panggilannya tidak dijawab. Meskipun berusaha terlihat tenang, Evan yang duduk di sebelahnya menyadari perubahan kecil di wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MEET FIRST LOVE
Teen Fiction"Kak" "Saya suka sama Kakak" "Nama saya Ellena, jangan lupain saya ya! ELLENA" Apa jika kalian bertemu cinta pertama kalian, setelah menunggu bertahun-tahun, juga akan melakukan hal yang sama seperti Ellena? Yuk langsung aja baca ceritanya👆🏻👇🏻 ...