"ETHAN! HITUNGAN KETIGA KAMU BELUM ADA DI HADAPAN MAMA, MAMA PUKUL PANTATMU PAKAI SAPU!" teriakan menggelegar di rumah yang berada di tengah perkebunan benar benar seperti rutinitas ketika menjelang malam hari.
seperti yang sudah sudah, ini akibat ulah si bungsu yang belum kembali juga padahal ini sudah petang.
"ETHAN! SATU! DUA! TIG--SINI KAMU MANDI DI PANCURAN DEPAN"
wanita itu, yeji, yang semakin tua bukannya semakin sabar malah semakin kehilangan kesabarannya karena memiliki anak yang berbuat ulah. Bayangkan saja, dia sudah memandikan bocah tiga tahun itu dengan rapi dan wangi bahkan memberikan topping bedak. pokoknya sudah wangi!
anaknya, ethan, tadi berpamitan untuk bermain dengan anak tetangganya yang seumuran dengan dia. Biasanya mereka akan bermain sepeda mencoba jalanan aspal baru sementara yeji mandi. Namun tadi ketika yeji selesai mandi dan menyiapkan makan malam, ethan tidak kunjung kembali.
yeji yang sedari tadi khawatir langsung berubah emosi ketika balita itu datang mendorong sepeda tanpa pedal nya dengan wajah yang berlumuran lumpur, bahkan seluruh tubuhnya tidak ada lagi bekas bedak yang terakhir kali yeji oles di wajahnya.
menyadari mamanya yang seolah hendak mengeluarkan asap dan tanduk dari kepalanya, si kecil buru buru menunjukkan beberapa ekor belut yang dia dapatkan. "mama aku bawa belut!" tunjuknya dengan bangga sambil mengangkat belut yang ia bawa dengan sedikit kesusahan karena hewan tersebut terus terusan menggeliat.
"mama ngga peduli kamu mau bawa belut atau apapun itu. sekarang ikut mama! mandi lagi-HEH MAU KEMANA! NGGA ADA MASUK KE DALAM PAKE BEGITU KOTOR SEMUA NANTI LANTAINYA" yeji langsung menggendong anak laki lakinya yang begitu kotor dengan kedua tangannya, ia memegang ketiak sang anak yang terus memberontak karena tau nasibnya tidak akan berakhir baik sekarang.
"AAAAA MAMA KAN AKU MAU MANDI" teriaknya protes sambil menendang nendang kakinya ke udara. "iya ini mandi di pancuran depan. mama ngga mau rumah yang mama pel kotor"
"AAAA MAMAAA"
mengabaikan teriakan anaknya, yeji langsung meletakkan tubuh anaknya di bawah pancuran yang suaminya sengaja buat untuk cuci tangan dan kaki sebelum masuk ke rumah. Namanya juga anak kecil, bertemu dengan air ethan akur juga. Ia membiarkan mamanya menggosok kotoran di kepala hingga kakinya yang membuat tubuhnya berubah menjadi hitam dan bau. bahkan ia sudah asik menggerak gerakan belut yang ia biarkan menggeliat di gayung mainan.
tidak tanggung tanggung yeji menghabiskan satu bungkus sabun untuk membersihkan kotoran yang menempel di tubuh si bungsu karena dugaannya anaknya ini terjun bebas ke sawah karena ini bukan kali pertama ethan bertindak seperti ini.
"nih handuknya" yeji menoleh ke arah suaminya yang keluar sambil membawakan handuk kepada yeji. pria yang sekarang memotong pendek rambutnya hanya bisa menggelengkan kepala melihat kelakuan anak bungsunya yang sangat di luar nalar. Ia sudah terbiasa dengan pemandangan yang selalu ia lihat sepulang bekerja.
"ethan, udah itu taruh belutnya. ayo masuk. handukan dulu" ethan malah duduk di batu padahal dia tidak memakai celana sambil bermain belut. asik sekali mengobok ngobok dan memutar air yang ada di dalam gayung.
"papa! adek bawa belut! mau digoreng krispi!" ia menunjukkan belut yang ada ditangannya kepada sang papa yang hanya bisa menggelengkan kepala. bagaimana bisa ethan masih tetap santai padahal mama nya sudah siap berteriak.
saking kesalnya dengan si bungsu, yeji melepas paksa belut yang ada di tangan ethan dan melilitkan handuk di tubuh sang bungsu dan menggendongnya. Oh tentu saja, bukan ethan kalau tidak menangis, berteriak dan melawan.
"BELUT ADEKKKK"
"BUANG AJA PA BELUTNYA! ADEK NGGA NURUT SAMA MAMA" yeji ikut berteriak. jeno menggelengkan kepala melihat yeji bertengkar dengan yeji versi mini. "ada aja ulahnya" jeno menggelengkan kepala, mengambil belut belut yang ethan tangkap dan membersihkan sepeda si bungsu agar besok ethan tidak ribut dan merebut sepeda kakaknya ketika mereka hendak bermain.
"HUWAAA MAMA" ethan kembali berteriak ketika ia hendak dipakaikan piyama dan minyak telon. yeji menatap si bungsu malas, drama nya setiap hari membuatnya benar benar harus meminum penurun darah tinggi.
"diem, nanti kamu didatengin wewe gombel gimana? apa udah sana bawa aja nih tante wewe biar di umpetin di tetenya"
mendengar mamanya yang menakut nakuti dirinya dengan hal yang paling dia takuti, ethan menutup mulutnya rapat rapat walau air matanya mengalir. "ngga mau" gumamnya mendekat, memeluk tubuh mamanya dengan pelukan karena takut dengan cerita yang diceritakan turun temurun di desa ini.
yeji tersenyum puas akhirnya si bungsu menurut untuk memakai pakaian yang lebih hangat karena tadi ia memandikan dengan air dingin dan memberikan minyak telon sebagai penghangat tambahan. bahkan sekarang ethan sudah kembali wangi setelah tadi berkamuflase menjadi kura kura ninja.
"nah gini kan ganteng. sini mama peluk. maaf ya mama marah marah. mama ngga suka ethan pulang sampai sore gini. tadi mama sama mamas cariin ethan tapi ngga ketemu, mama takut ethan kenapa napa" yeji memberi pengertian kepada anaknya sambil mengusap kepala si bungsu yang mengangguk mengerti. "ethan is sorry, mama"
yeji tersenyum mendengar ucapan maaf dari ethan. Anak laki laki yang kata orang mewarisi wajah sang papa dan seratus persen sifat milik yeji. Yeji sendiri menyadari dengan betul kalau dia memperlakukan kedua putranya dengan berbeda. Si sulung sangat penurut, dia tidak banyak berbuat ulah. paling parah dia bermain srharian ketika panen buah strawberry dan harus tumbang ketika sakit. Nah si bungsu, yeji benar benar merasa kalau dia menghadapi dirinya namun versi laki laki. Ia harus berterimakasih kepada papanya karena sudah kuat menghadapi dia hingga sebesar ini.
"makan malam udah siap. belutnya papa udah goreng crispy. papa juga udah masak terong balado sama telur dadar. mamas udah nunggu di depan tv"
mendengar kakaknya sudah menunggu untuk makan malam, ethan kembali berlari keluar dari kamar membiarkan papanya yang hanya bisa menggelengkan kepala melihat si bungsu yang baterainya unlimited.
"makin besar makin mirip gue aja si ethan" jeno tertawa melihat yeji mengeluh. ia mengeluarkan tangan kirinya dari saku kemudian melingkarkan di bahu sang istri. "ya gimana? kan lo cuma berdoa mirip gue tapi ngga sekalian sama sifatnya di doain"
yeji kembali menghela napas melihat si bungsu tengah mengganggu kakaknya yang sedang asik menggambar. "dek, mamas nya jangan diganggu. Bilang ke mamas gambarnya bisa dilanjutkan nanti soalnya kita makan malam dulu"
karena malas menyampaikan apa yang diucapkan mamanya, ia menepuk bahu sang kakak dan menunjuk mamanya.
pria kecil yang tengah sibuk menggambar kemudian berbalik melihat mama dan papanya yang berdiri menatap dirinya. Ia meletakkan krayonnya sebelum menggerakan tangannya membentuk sebuah isyarat "kenapa?"
mamanya tersenyum kemudian membalas ucapan sang sulung menggunakan bahasa isyarat yang dipahami sang anak. "sudah waktunya makan malam, ayo makan dulu"
—————
selamat datang di book kedua. siapkan diri melihat keributan keluarga kecil yang ngga ada habisnya ini!
jangan lupa untuk tinggalkan jejak disini ya bestie! thank you for reading💗
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Family
Fanfiction"mama ku besok yang bakal masakin nasi kuning buat ulang tahun" "wah enak dong besok aku mau datang" "mama ku kalau masak ikan kakap sama kerang enak banget. kalian harus coba" "udah jelas mama mu kan buka usaha warung makan" "mama mu gimana?" "ma...