Seharian Riki terus menempel bersama Jayden sejak dirumah sakit hingga pulang kerumah, sikecil sama sekali tidak mau lepas.
Bahkan saat makan pun Riki minta untuk langsung disuapi oleh Jayden, kemanapun Jayden pergi Riki benar-benar mengikuti bahkan ketoilet pun Riki menunggu didepan pintu.
Setelah makan malam Riki mengajak Jayden untuk pergi ke kamarnya, Hilmi yang ingin bergabung dengan mereka pun harus merayu sibungsu agar mengizinkan Hilmi untuk bisa bersama mereka.
"Papa sana kelual, ih. Adekna mau ama kak Jay. Papa sana" Riki berdiri sembari memegang pintu yang terbuka tangannya memberi isyarat agar Hilmi keluar dari kamarnya.
Hilmi tidak bergeming ia tetap duduk diranjang tidak mau mengikuti perintah sibungsu, Hilmi kan mau bergabung dengan putra sulung juga bungsunya.
Jayden yang sedari tadi berada dikamar Riki berdiri agak jauh dari Hilmi sedikit memojok dekat tembok.
"Gak mau, papa kan mau ikut gabung sama adek, sama kaka. Sini kak duduk samping papa, mojok aja daritadi" Hilmi menepuk sisi kosong disamping, mengkode Jayden untuk duduk.
Jayden menggeleng pelan,"baru makan, pa"
"Apa hubungannya makan sama duduk samping papa? Lagian udah satu jam lalu kita selesai makan. Sini kaka duduk" Hilmi lantas bangkit menarik Jayden pelan untuk ikut duduk disampingnya.
Jayden duduk disamping papa memberi jarak, ia sendiri duduk hampir diujung kasur. Entahlah hatinya masih belum bisa kembali seperti semula setelah percakapan papa dengan Jake tadi pagi.
Jayden ingin sekali bertanya pada papa seberapa penting hadirnya saat ini?
Tapi melihat papa yang masih bersikap manis seperti biasa bahkan tadi siang papa membuat makanan kesukaannya sebagai permintaan maaf sebab kemarin papa meninggalkan Jayden sendiri dirumah tanpa kejelasan.
Hanya karena sikap papa yang seperti biasa, Jayden menganggap perkataan papa tadi pagi hanya bentuk pelampiasan sebab Riki yang sakit.
"Papa sana, kok malah duduk baleng kak Jay. Papa sana ih" Riki menarik Hilmi untuk segera keluar tapi tetap saja Hilmi kekeh duduk diranjang tidak berpindah sedikitpun.
"Adek kok gitu si sama papa? Papa kan mau nemenin kalian berdua. Papa kangen tidur bertiga sama kalian"
"Ndak mau, adek ndak mau tidur ama papa, mau na ama kak Jay" kekeh Riki sembari menggeleng ribut.
"Tapi kak Jaynya izinin tuh papa disini, iya kan, kak?" Hilmi menoleh kearah Jayden yang sedari hanya diam melihat perdebatan antara papa dan sibungsu.
Jayden yang tiba-tiba dilempar pertanyaan seperti itu oleh papa langsung saja mengangguk, sebenernya sejak tadi otaknya sedang tidak berada disana.
"Tuh, kak Jay aja izinin masa adek engga. Sini biar papa gendong" Hilmi menggendong Riki didepannya membawa sibungsu keatas kasur untuk merebahkan diri bersama.
"Udah jangan ribut papa mau nemenin kalian disini sampai tidur, kalo bisa sampai besok pagi" kata papa menghentikan Riki yang siap mengoceh kembali menyuruhnya untuk keluar.
Riki mencebikkan bibirnya kesal, gara-gara papa Riki harus menggagalkan acara deep talknya bersama kak Jay.
"Bibirnya biasa aja dong, emang adek mau apa sampe papa gak boleh disini?" Tanya Hilmi
"Mau dip tok ama kak Jay" jawab Riki dengan nada kesal.
"Kalo mau deeptalk emang papa gak boleh gabung? Papa juga mau deep talk sama adek plus sama kaka juga" Hilmi kembali mengarahkan pandangannya pada Jayden yang masih duduk ditepi kasur sembari menunduk.

KAMU SEDANG MEMBACA
Precious Family || Enhypen
NouvellesSeandainya waktu dapat kembali diputar, Hilmi tidak ingin kehilangan siapapun. Seandainya Hilmi bisa membagi kasih sayang sama rata pada putra-putranya, ia tidak akan pernah hidup dalam penyesalan. Hilmi mungkin bisa merelakan wanita yang sangat ia...