28

935 106 162
                                        

Pagi-pagi sekali Satya akhirnya memilih pulang kerumah setelah semalam menginap dirumah sakit, perasaannya terus teringat dengan Jayden dirumah sendirian.

Apalagi terakhir Satya meninggalkan Jayden yang tertidur disofa ruang tamu tanpa membangunkannya.

Perasaan kesalnya kini hilang digantikan dengan rasa khawatir sebab semalam Satya sengaja tidak membalas pesan atau telepon dari Jayden.

Dengan kecepatan penuh Satya mengemudi menuju rumah karena kebetulan jalanan juga masih sepi, hatinya terus berkeluh tak tenang sejak semalam.

Sesampai dirumah Satya langsung memarkirkan mobil sembarang dihalaman, masuk kedalam rumah dengan tergesa, tujuan utamanya sekarang adalah kamar Jayden.

Saat membuka pintu Satya harap-harap cemas ia lebih memilih melihat Jayden yang masih tertidur nyenyak dengan nafas teratur.

Setelah pintu terbuka hal pertama yang Satya lihat adalah Jayden sedang berjongkok dilantai membelakangi pintu, tanpa banyak bicara Satya langsung berlari menghampiri Jayden yang ternyata sedang memunguti obat dilantai memasukkannya kembali kedalam botol obat.

"Kak Jay!!"

Jayden yang tak menyadari kehadiran Satya dikamar langsung menoleh cepat kesamping melihat Satya yang kini berjongkok sembari menatap dirinya cemas.

Beruntung jantungnya tidak kembali berulah sebab kehadiran Satya yang tiba-tiba berada disamping.

Satya mengcekram bahu Jayden memaksa kaka berhadapan dengannya guna memeriksa dari atas sampai bawah kalo kakanya memang baik-baik saja.

"Satya lagi ngapain?" Tanya Jayden berusaha melepaskan cengkraman tangan Satya dibahunya.

"Kaka kambuh lagi? Kenapa obatnya berceceran? Kaka ayo jawab Satya?!!"

"Satya lepas dulu ya" kata Jayden masih berusaha melepaskan cengkraman tangan Satya yang kini semakin menguat dibahunya,"Kaka sakit kalo Satya terus pegang sekuat ini"

Seolah tersadar dengan perbuatannya Satya langsung melepaskan tangannya dari bahu sang kaka,"Kaka ayo jawab Satya"

Jayden terdiam kembali menunduk menatap kearah obat yang masih berceceran setengahnya dilantai,"Satya.."

Satya mengikuti arah pandang Jayden dan Satya bisa menebak kalo perasaan gelisah hebatnya semalam terbukti akurat kalo kaka pasti kembali kambuh.

Tanpa banyak kata Satya memeluk Jayden menyalurkan semua rasa bersalahnya,"Kak Jay, maaf. Satya salah sama kaka, Satya harusnya bisa lebih dewasa, Satya bodoh ya? Maafin Satya, kak. Kaka pasti sakit sendirian maaf, maaf, maaf"

Jayden memilih melepas botol obat ditangannya, membalas pelukan Satya yang kini terisak dibahunya.

"Jangan nangis, kenapa nangis? Udah ya kaka kan sekarang udah gak papa." Ujar Jayden sembari mengelus punggung belakang Satya dengan lembut.

"Kak Jay maaf. Gara-gara Satya egois kaka harus nanggung sakitnya sendirian, seandainya semalam Satya pulang terus gak abai sama telepon kaka atau kemarin sore Satya bangunin kaka pasti kaka gak akan kambuh, kan? Kaka maaf." Lirih Satya.

Jayden yang mendengarnya sedikit terpaku ternyata kemarin Satya sempat kembali kerumah tanpa memberi tahu dirinya, didalam hati Jayden sedikit merasa terluka tapi ia kembali menekan perasaannya.

Bukan waktunya untuk memikirkan luka dihati.

"Udah ya, kaka bakal maafin Satya tapi dengan satu syarat?" Ucap Jayden.

Satya segera melepas pelukannya, menatap sang kaka,"syarat apa?"

"Kasih tau apa yang sebenarnya terjadi sama adek? Satya gak mau kan bikin kaka mati muda karena penasaran? Ditinggal sendirian dirumah tanpa kepastian yang jelas rasanya gak enak, Satya"

Precious Family || EnhypenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang