SEMAKIN MENJAUH

259 15 0
                                    

✍️📚🍓HAPPY READING 🍓📚✍️
_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _

*•*•*•*

   Rex perlahan mulai sadar di kamarnya.Kelopak matanya terasa berat, dan tubuhnya masih lemas, tetapi dia bisa merasakan kehangatan selimut yang membalut tubuhnya dan aroma kamar yang sudah akrab baginya.

Cahaya lampu kamar yang temaram memberi suasana tenang, namun ketika membuka mata, Rex dapat melihat sosok Derick duduk di sisi tempat tidurnya dengan wajah yang terlihat lelah, namun penuh perhatian.

Derick tersenyum lega ketika melihat Rex membuka mata. "Baby, kamu sudah sadar," ucapnya lembut, suaranya serak.

Rex menatap Daddy-nya dengan tatapan kosong sesaat, masih mencoba mengumpulkan kesadarannya. Rasa sakit di dadanya sudah jauh mereda, tetapi hatinya masih terasa berat, seolah ada banyak hal yang ingin ia sampaikan tetapi tertahan.

"Daddy…," bisik Rex lirih, suaranya bergetar.

Derick mendekat, meraih tangan Rex dengan penuh kasih sayang. "Daddy ada di sini, Baby. Daddy tidak akan ke mana-mana," katanya sambil menggenggam erat tangan Rex, mencoba meyakinkan putranya bahwa dia tidak sendiri.

Rex menarik napas panjang, mencoba mengumpulkan keberaniannya. "Daddy… apa Daddy benar-benar sayang sama Rex?" tanyanya pelan, tetapi ada kegetiran yang terdengar jelas dalam suaranya.

Derick mengerutkan kening, terkejut mendengar pertanyaan itu. "Kenapa kamu bertanya seperti itu, Nak? Tentu saja Daddy sangat menyayangimu. Kamu adalah anak Daddy," jawabnya, menatap langsung ke mata Rex dengan ekspresi serius namun lembut.

Rex mengalihkan pandangannya, menatap langit-langit kamar, lalu menghela napas dalam-dalam sebelum melanjutkan. "Tidak, Rex hanya penasaran saja." Suara Rex bergetar, dan air mata mulai menggenang di sudut matanya.

Derick menatap anaknya dengan rasa sedih. Ia tidak tahu hal apa yang bisa berdampak sebesar ini pada Rex. "Baby ketahuilah, Daddy menyayangi mu dan akan selalu menyayangimu," ucapnya lembut sambil mengusap kepala Rex.

Di dalam kamar yang redup, Rex memandangi sekelilingnya. Ia mengusap matanya, melihat sekeliling kamar dengan mata lelah, masih bisa merasakan dinginnya malam tadi. Di samping tempat tidurnya, Daddy duduk dengan ekspresi khawatir yang tak pernah dilihat Rex sebelumnya.

"Baby... bagaimana perasaanmu?" suara Derick terdengar pelan namun penuh perhatian.

Rex menatap ayahnya dengan tatapan lemah, lalu mengangguk sedikit. "Aku... merasa sedikit lebih baik, Dad," ucapnya dengan suara serak.

Derick tersenyum, lalu mengusap kepala Rex lembut. "Itu yang Daddy ingin dengar. Jangan pernah buat Daddy khawatir seperti tadi lagi, ya."

Rex hanya menunduk, tidak tahu harus merespons bagaimana. Namun, kehangatan yang terpancar dari ayahnya membuat hatinya terasa lebih tenang.

Tak lama kemudian, pintu kamar terbuka pelan, menampakkan wajah Dex, Der dan Dax yang tampak cemas. Keduanya melangkah pelan ke dalam kamar dan mendekat ke tempat tidur Rex. Dax, yang biasanya penuh semangat, kali ini hanya duduk di sisi ranjang dengan hati-hati.

"Baby, kau membuat kami khawatir," kata Dex lembut sambil menggenggam tangan Rex.

Rex tersenyum tipis kepada kedua kakaknya, merasa sedikit nyaman dengan kehadiran mereka. "Maaf sudah membuat kalian khawatir, Ace."

Namun, sebelum Rex bisa mengucapkan lebih banyak, langkah-langkah lain terdengar dari arah pintu kamar. Mel, Len, Mex, muncul, menatap Rex dengan wajah penuh kekhawatiran. Mereka berjalan perlahan mendekat, ingin memastikan kondisi adik mereka.

Daddy's Rays Of loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang