Yang Paling Dilangitkan Yang Paling Mengecewakan

175 39 21
                                    

Perlahan Singto mulai membuka matanya, meski seluruh tubuh dan kepalanya masih terasa sakit tetapi ia tetap berusaha sekuat tenaga untuk meraih kesadaran penuh. Otaknya bahkan langsung berpikir keras saat dirinya merasa tidak familiar dengan tempat ia berada sekarang.

Singto mengarahkan pandangannya ke satu sudut ruangan dan menemukan kekasihnya sedang menatap ke arah luar jendela, hatinya tiba-tiba saja lega karena setelah berhasil mengingat apa yang mereka alami, hanya rasa bersalah yang kembali menyadarkan betapa bodoh tindakannya kala itu.

"Sa..yang.. Maaf"

Krist langsung memutar tubuhnya saat mendengar suara parau menyapa indera pendengarnya, meski sangat samar tetapi Krist adalah pribadi yang terlatih sigap dengan segala hal, karena itu ia bisa mendengar dengan cukup baik.

"Berbaring saja, dokter bilang kamu terlalu dehidrasi dan tekanan darahmu sangat rendah, jangan memaksa untuk melakukan banyak aktivitas dulu"

Krist buru-buru mencegah Singto yang sedang berusaha untuk bangun dari berbaringnya karena ia sudah mendapat mandat dari dokter agar jika Singto membuka mata, pria itu harus tetap merebahkan diri karena tubuhnya pasti masih lemah, walaupun sudah beberapa kali tersadar hanya saja tenaganya mungkin butuh waktu untuk pulih.

"Maaf sayang"

Sejujurnya Singto begitu was-was saat dua kali permohonan maafnya sama sekali tidak direspon oleh Krist, kekasihnya itu hanya diam dengan tatapan datar dan hal tersebut nyatanya terasa sangat menikam jantungnya habis-habisan.

"Sing...."

Setelah beberapa menit mereka berdua berada dalam kesunyian, Krist pada akhirnya bersuara juga.

"Ya sayang?"

"Ayo selesai sampai di sini saja"

"Gimana?"

Krist menghirup udara sebanyak yang ia bisa untuk menenangkan debaran jantungnya yang tak karuan sebelum melanjutkan lagi kalimatnya.

"Kita selesai dan ku rasa ini keputusan terbaik"

"Jangan bercanda sayang, aku baru saja meraih kesadaran dan kamu sudah membuat prank"

"Maaf, tetapi aku tidak ingin lagi melanjutkan hubungan apapun denganmu selain masalah pekerjaan"

Singto seketika membeku, mimpinya terlalu jelek sampai ia ingin secepatnya bangun tetapi mengapa semua terasa begitu nyata.

"Krist..."

"Aku hanya ingin menyampaikan hal itu, semoga Tuan Andrews cepat pulih untuk bisa memenuhi panggilan selanjutnya"

No... No... No...

Ini ternyata bukan hanya sekedar mimpi.

Ini nyata.

Krist menyerah pada hubungan mereka.

Singto berusaha untuk bergerak meraih tangan kekasihnya ketika Krist perlahan ingin meninggalkan ruang rawatnya meski ia belum bisa merasakan penuh fungsi tubuhnya.

"Ampun sayang.... Mohon ampuni kebodohanku, jangan seperti ini, jangan putus ya..."

Krist tak bergeming, bahkan menoleh pun tidak. Tekadnya sudah ia teguhkan agar mereka selesai saja, Krist memikirkan banyak hal yang pada akhirnya mengerucut pada satu kesimpulan terbaik untuk dirinya dan Singto, hubungan mereka berakhir sampai dititik ini karena Krist harus fokus untuk menyelesaikan kekacauan yang alasannya bermula dari dirinya sendiri.

"Jangan seperti ini sayang, aku salah karena menemui Vier tanpa seizinmu, tetapi aku bersumpah tidak akan membantu pria itu dalam bentuk apapun, aku salah, ampun Krist, aku minta ampun padamu"

INTERNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang