"Baba... Boleh aku masuk?"
Krist yang hari ini baru kembali dari tugasnya di Kantor, langsung menuju ke rumah orang tuanya karena ada sesuatu yang harus ia diskusikan dengan Sang Baba.
Setelah sampai, ia tak melihat mobil Pere terparkir di garasi, mungkin pria itu sedang melakukan pekerjaan di luar, sesuatu yang jarang sekali terjadi ketika Babanya bahkan ada di rumah.
"Masuklah Darl"
Krist buru-buru menghampiri pria yang sedang sibuk di dalam ruang kerja pribadinya, ia dengan terpaksa harus menginterupsi pekerjaan Sang Ayah karena sesuatu yang sifatnya urgent dan harus ia diskusikan dengan salah satu orang tuanya.
"Tumben, ini masih siang tetapi anak Baba sudah mendarat di rumah"
Geraldo bangkit dari kursi kerjanya lalu menggiring Sang Anak untuk duduk di sofa agar lebih nyaman, karena feeling-nya mengatakan jika ada hal mendesak yang ingin anaknya sampaikan.
"Ada apa nak?" Tanya Geraldo ketika Krist belum juga bicara saat mereka sudah duduk bersebelahan.
Krist berbalik menghadap Babanya untuk memulai cerita.
"Ba, beberapa waktu lalu saat aku pulang dari rumah sakit karena terluka, ada hal yang sebenarnya belum sempat ku ceritakan pada Baba dan Pere mengenai kejadian penembakan waktu itu"
Geraldo langsung mengerutkan keningnya, menandakan jika sekarang ia sedang bingung karena tiba-tiba saja Krist membahas soal pekerjaannya.
Bukan tanpa alasan mengapa ia sedikit aneh dengan Sang Anak, karena selama ini Geraldo selalu menghormati pekerjaan anaknya yang mungkin penuh rahasia karena terkadang itu menyangkut urusan Kesatuan Negara.
Sekalipun, sejak pertama kali Krist memutuskan untuk memilih profesinya sekarang, Geraldo dan Francis benar-benar menahan diri untuk tidak bertanya soal pekerjaan Sang Anak kecuali Krist sendiri yang bercerita.
"Jika Baba harus tahu, silahkan kamu bercerita" Ujar Geraldo.
Krist sudah mempertimbangkan keputusannya untuk sharing tentang masalah yang baru saja ia dapatkan kebenarannya tadi pagi, ia tidak bisa lagi menyembunyikan fakta tentang sepak terjang orang itu pada kedua orang tuanya.
"Aku dan Tim belum lama ini melakukan penyergapan pada seseorang yang sempat melukai banyak Karyawan di Perusahaan Tuan Andrews, dan setelah melakukan banyak penyelidikan mendalam ternyata pria gila itu adalah Mantan Tunangan Singto Andrews"
"Apa motifnya karena sakit hati sebab Tuan Andrews sedang gencar mendekatimu saat itu?" Tebak Geraldo.
"Ku pikir awalnya begitu, kami sempat head to head saat penyergapan bahkan aku memukulinya hingga ia pingsan setelah pria itu memanggilku dengan sebutan pelacur, aku merasa pria itu tahu jika Singto sedang menaruh minat padaku, dan karena alasan itu pula dia marah sebab menurut Singto, ia memang sudah sering menolak kembali padanya"
"Dan penembakanmu waktu itu ada kaitannya dengan dia?"
Krist mengangguk lemah.
"Apa setelah ia tertangkap ia masih memiliki akses untuk memerintah orang lain dan berakhir melukaimu?"
"Bukan seperti itu faktanya" Krist menjeda pembicaraannya dan sedang berusaha meraup oksigen terbanyak, agar sesak yang ia rasakan sedikit membaik.
"Penyergapan berikutnya karena pria bernama Vier mantan tunangan Tuan Andrews itu diindikasi memiliki partner dalam menjalankan aksinya, tetapi saat kami sedang melakukan penangkapan terhadap target kedua ternyata kami salah orang Ba" Lanjut Krist.
"Aku langsung menyuruh pasukan ku untuk mundur saja karena takut jika itu adalah sebuah jebakan dan aku tidak ingin mengambil resiko pada semua orang yang ikut dalam penyergapan tersebut, tetapi saat aku ingin menjauhi TKP sebuah peluru tiba-tiba saja melesat dari arah belakang dan langsung mengenai leherku tanpa bisa aku hindari"
KAMU SEDANG MEMBACA
INTERN
Fanfiction"Anaknya Tuan Leong tampan dan manis, serakah juga ya kamu" -Singto Andrews-🧑💼 "Merdu banget suara Buaya Darat" -Krist Leong-👮