Pangeran Untuk Pasien

186 34 12
                                    

Francis sudah duduk kembali di sebelah tempat tidur Sang Anak setelah Geraldo berhasil memaksanya untuk membersihkan diri, karena setelah Krist mengalami kejadian memilukan sejak hari pertama, ia bahkan lupa jika di Dunia ini ada sebuah kegiatan yang bisa kita sebut dengan istilah "Mandi".

Dengan penuh kesabaran, Geraldo membantu suaminya untuk kembali ke kecantikan paripurna khas Seorang Francis Jullien Leong yang tak pernah luntur meski usia mereka sudah memasuki puber kesekian.

Dengan kondisi yang sudah lebih segar dan semerbak harum mewangi, Francis duduk dengan tenang sembari membawa sebuah buku yang biasa ia pakai untuk bercerita ketika Krist hendak tertidur di malam hari. Francis mulai membuka buku dimana halamannya adalah cerita favorit Sang Anak yang kemudian akan ia bacakan ulang sekarang.

"Suatu hari ketika Pangeran sedang merasakan kebosanan yang teramat sangat, tanpa sengaja berjalan menyusuri taman belakang Istananya dan melihat seorang pria..."

"Aku jadi semakin paham akan sesuatu, selama ini ternyata kamu sendiri yang mengajarkan anakmu untuk lebih tertarik pada pria ketibang wanita"

"Ya itu pilihan dia sendiri lah, aku kan hanya mendongeng saja, dan cerita Pangeran bertemu Calon Raja kemudian saling jatuh cinta, ternyata lebih disukai dan selalu membuatnya cepat tertidur"

Tanpa sadar, Francis menyemburkan tawa cukup keras saat mendapat sebuah protes. Jika dipikir lagi, benar juga ternyata, Francis lebih sering membacakan cerita yang sebenarnya itu adalah karangannya sendiri, semua dongeng yang selalu ia perdengarkan pada Sang Anak adalah hasil dari pemikirannya yang sengaja ia buat menjadi buku bergambar persis seperti buku-buku dongeng Disney lainnya.

"Dasar ayah tidak normal"

"Ya kalau aku normal, kamu pasti hanya dibesarkan oleh Geraldo saja, dan hidupmu pasti akan dilingkupi oleh Jalang Mainan Babamu yang saling bergulat agar bisa kau panggil ibu"

"Aduh..."

Francis langsung bangkit dari duduknya "Lehermu sakit lagi nak?"

Melihat Sang anak memegangi lehernya, perasaan was was Francis muncul kembali, karena bisa saja bekas operasi Sang Anak ternyata mendapati masalah serius.

"Aku baik-baik saja Pere, hanya sakit saat aku tadi tertawa"

"Durhaka sih"

"Honey..."

"Apa lagi sih Gerald, protes terus kamu tuh"

Geraldo lagi-lagi hanya bisa menghela nafasnya berat, Francisnya ya memang seperti itu penyumbang huru hara terbesar dalam hidup rumah tangga mereka.

"Anak kita baru saja sadar, jangan membuatnya harus meladeni keUnikan kamu ya Honey, tahan diri dulu sampai Krist benar-benar pulih"

Francis berdecak kesal "Aku hanya membaca cerita, dia bilang bosan, aku hibur dia, dia yang protes, aku yang salah, malang sekali nasib Francis Jullien ini... Huhu Huhu..."

Geraldo sudah tidak bisa lagi menahan dirinya, ia segera bangkit dari sofa dan menangkup wajah Francis dengan kedua tangannya, kemudian ciuman bertubi-tubi langsung ia layangkan tepat di bibir suaminya.

"Jangan iri..." Francis segera melirik Sang Anak dengan wajah jumawa begitu selesai dikecupi oleh Geraldo "Pangeranmu belum datang ya"

"Iyuhhhhh..."

Terlalu banyak berkhayal memang si Francis pikir Krist, hidupnya selalu diisi dengan angan-angan kosong soal cerita Raja dan Pangeran, ya meski yang dijeratnya sekarang juga pria dengan penuh kharisma layaknya Penguasa Istana, definisi all the dreams come true.

"Jangan seperti ini lagi ya sayang" Tangan Geraldo mengusap kepala anaknya penuh kelembutan "Remuk sekali hati Baba setiap kali melihat anak Baba tak sadarkan diri"

"Hehehe... Tidak janji ya Ba"

"Tuh kan... Kutuk jadi zigot aja yuk sekarang Ba"

***

Singto hanya bisa memandangi wajah tertidur Krist yang begitu damai meski kadang kening pria itu beberapa kali berkerut, entah karena menahan sakit atau memang otaknya masih berpikir meski sedang beristirahat.

Sudah 1 jam berlalu dan ia tak berani melakukan pergerakan apapun selain menatap Krist dalam ke remangan malam.

Singto langsung menuju Rumah Sakit begitu pesawatnya mendarat dan setelah mendapat kabar dari Tuan Leong jika Krist sudah sadar sejak pagi, ia cukup lega meski masih banyak rasa khawatir melingkupi selama ia belum melihat sendiri kondisi Krist dengan kedua matanya.

"Pangeran telat ya, Snow White sudah bangun bahkan ia sudah bisa membuat huru hara lagi"

Francis muncul dari arah pintu tanpa Singto sadari dan lagi-lagi menangkap basah dirinya yang saat ini sedang memandangi anaknya tanpa bergerak sedikitpun.

"Eropa sedang dilanda Badai Salju, penerbangan sempat dibatalkan beberapa kali"

"Tidak apa Tuan Andrews..."

"Singto saja"

Francis memberi sebuah senyuman "Krist sudah dalam masa pemulihan, mungkin tidak akan lama lagi bisa kembali ke rumah"

"Bagaimana rasanya berada disituasi sekarang?" Tanya Singto penasaran, mengingat bagaimana Francis dan Geraldo Leong begitu menyayangi Anak satu-satunya ini.

"Marah pun percuma Sing, anak ku sangat mencintai pekerjaannya, yang bisa aku lakukan hanya menambah stok sabar dan waras, karena setiap kali melihat Krist terluka, rasanya bumi saja ingin ku luluh lantahkan"

Singto begitu terenyuh mendengar cerita tentang bagaimana kasih sayang orang tua pada anaknya, level yang sudah keterlaluan manis menurut Singto dan apakah keluarga kaku seperti yang ia punya juga akan seperti keluarga Krist yang Cemara jika ia mengalami insiden seperti itu.

Entahlah

"Pulang dan istirahatlah, besok kamu bisa datang lagi, kamu pasti lelah karena harus terbang antar Benua dan langsung menuju ke sini"

"Tuan Francis, bisakah saya menjaga Krist malam ini"

"Tidak boleh"

Itu bukan suara Francis karena belum sempat menjawab, tetapi Krist yang saat ini membuka matanya langsung menatap Singto dengan tajam dan memberi jawaban atas pertanyaan pria itu pada Pere-nya.

"Sayang, Hai" Sapa Singto dengan suara sangat sangat lembut begitu mata mereka saling bertemu.

Francis tak ingin lagi menganggu pertemuan antara Pangeran dan Pasien, ia lebih memilih untuk keluar dari ruang rawat Sang Anak dan menggangu Geraldo yang sedang memeriksa pekerjaannya di salah satu ruang tunggu vip.

"Pulang sana" Usir Krist langsung tanpa basa basi setelah memastikan Pere-nya sudah tidak terlihat lagi.

"Kenapa sayang? Aku salah apa, hm?" Masih dengan suara lembut, Singto mengajukan pertanyaan lagi atas sikap Krist yang tiba-tiba menjadi tidak ramah.

Krist dilema, ia ingin memberondong Singto dengan banyak pertanyaan, tetapi posisinya sekarang adalah seorang Pasien Rumah Sakit bukan seorang Petugas Penyidik, ia tidak mungkin melanggar kode etik hanya demi rasa penasaran pribadi.

"Ehmmm... Tuan Andrews pasti sangat lelah, pulang saja, tidak akan nyaman jika harus menunggu di Rumah Sakit" Krist mencoba untuk menekan dirinya agar tidak meledak, nanti saja, dan belum saatnya.

Singto sebenarnya menaruh curiga pada sikap Krist, apalagi setelah mendengar panggilan formal untuknya sementara mereka sudah saling memanggil nama, pasti ada sesuatu yang terjadi dan hal itulah yang mengubah perilaku Krist padanya.



Bikin Kemusuhan apa ya kira-kira🤔

Au dah

Bye Maksimal

INTERNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang