Rebel Interns Vol 2

336 48 8
                                    

Krist menatap lurus ke arah pemandangan bawah gedung Kantornya sembari menikmati segelas susu cokelat dingin yang belum lama ini ia buat di Pantry. Waktu sedang menunjukan istirahat makan siang dan yang selalu Krist lakukan hanya berdiri di Rooftop lantai paling atas yang memang dibuat dengan penuh keseriusan agar siapapun pekerja yang merasa penat, mereka dipersilahkan datang untuk menyegarkan kembali isi kepalanya.

Bekerja di sebuah Perusahaan besar dengan gaji yang tidak sembarangan, tentu saja memiliki pressure yang juga tidak main-main. Dan sepertinya Sang Pemiliki begitu murah hati karena fasilitas yang diberikan seolah mendukung kenyamanan bukan hanya fisik saja tetapi juga mental.

Krist jarang bergabung dengan teman kerjanya untuk makan siang dan lebih memilih menikmati asupan gizinya di lantai paling tinggi selama jam istirahat. Melakukan hal yang ia sukai seperti mereview pekerjaan atau hanya sekedar melamun sembari memperhatikan pergerakan kendaraan di bawah gedung.

"Yup... Aku yakin, tetapi masih belum sampai seratus persen" Ucap Krist sangat lirih.

Krist tiba-tiba saja membuat sebuah gerakan seperti streaching karena merasa dirinya sedang diawasi. Ia memutuskan untuk langsung berhenti berbicara karena siapapun yang kini memperhatikannya, seolah seperti sedang menelanjanginya.

"To the point saja karena aku tidak suka basa-basi"

See... Belum juga mencari tahu, sudah terdengar suara sumbang dari belakang tubuhnya. Pikir Krist.

"Sepertinya Bos sangat terobsesi sekali padaku, oh ayolah Tuan Andrews, aku hanya tidak sengaja menggodamu saat mabuk malam itu, hanya menyentuh sedikit saja bagian tubuhmu, apa aku harus bertanggung jawab sampai menikah denganmu? Kita belum sempat tidur by the way"

Wajah Singto mendadak merah padam sampai ke telinga. Gila memang Anak Magang satu ini, segamblang itu mulutnya berbicara sesuatu yang intim.. Bajingan kau. Monolog Singto dalam hati.

"Jangan mengada-ada, bukan masalah itu yang akan kita bicarakan hari ini" Balas Singto.

Krist yang sejak tadi belum memutar tubuhnya, kini memutuskan untuk langsung berhadapan dengan Sang Tuan Agung yang sedang cranky.

"Auh... Ku pikir urusan kita hanya perkara aku mabuk dan tak sengaja bersikap clingy pada anda Bos, memang masalah apalagi yang membuat seorang Pemilik Perusahaan sampai harus menemui pegawai rendahan seperti diriku?"

Kesabaran Singto sepertinya memang sedang diuji, jika semua karyawan biasanya begitu penuh hormat dan segan saat berhadapan dengannya, yang kali ini, seolah santai dan sangat sulit diintimidasi.

"Dengar Krist, jangan hanya karena ayahku memuluskan jalanmu untuk berada di tempat ini, kau bisa seenaknya sendiri, karena aku yang sekarang sedang berkuasa dan ku pikir perilakumu sangat melebihi batas toleransi kepatuhan di Perusahaan ini"

"Ya Tuhan..." Krist langsung memijat keningnya "Memangnya aku melakukan apa Bos, aku bekerja dengan baik, melakukan perintah juga sesuai dengan instruksi yang diberikan padaku, datang tidak pernah terlambat, pulang pun terkadang yang paling malam, bagian mana yang tidak sesuai kepatuhan Perusahaan ini?"

Krist benar, karena catatan yang ia periksa dari penanggung jawab semua Anak Magang menyatakan jika pria itu sangat disiplin, tetapi entahlah, Singto merasa kesal karena kejadian malam itu, padahal jika diingat lagi, Krist hanya sempat sedikit berbuat nakal tetapi Singto segera mendorongnya dan pergi menjauh.

Singto mengibaskan tangannya di depan wajah Krist "Whatever about last night, saat ini aku hanya ingin tahu, apa yang kau lakukan dengan ayahku sampai Pak Tua itu memberi sedikit kuasanya untuk memuluskan jalanmu magang di Perusahaan ini? Memangnya siapa kau?"

INTERNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang