CupaCup Yang Pertama

261 35 16
                                    

Singto menelan ludahnya kasar ketika melihat Krist bergelantungan di atas sebuah tebing setelah melakukan beberapa manuver yang dirasa sangat berbahaya untuk orang awam, matanya tak bisa lepas dari pemandangan itu sampai Krist mampu memijak tanah lagi dengan selamat.

Singto menelan ludahnya kasar ketika melihat Krist bergelantungan di atas sebuah tebing setelah melakukan beberapa manuver yang dirasa sangat berbahaya untuk orang awam, matanya tak bisa lepas dari pemandangan itu sampai Krist mampu memijak tanah ...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Oh Tuan Muda sudah datang?" Tanya Krist begitu berhasil mendarat dengan sempurna dan ternyata ia sudah menemukan Singto berada di belakangnya

Singto hanya bisa mengangguk tanpa bersuara, kepalanya tiba-tiba agak pusing saat melihat Krist berayun-ayun di atas meski dengan perlengkapan safety terbaik.

Setelah menanggalkan seluruh perlengkapan panjat tebingnya, Krist berjalan mendekati Singto yang sekarang sedang menatapnya tetapi seperti bercosplay menjadi batu gunung.

Hanya diam, tanpa suara dan menatapnya penuh keseriusan.

"Hei" Krist menjentikan jarinya di depan wajah Singto, karena setelah beberapa detik tanpa suara dan pergerakan, Krist merasa sepertinya ada yang aneh dengan pria itu.

Biasanya? Kalian pasti tahu bagaimana rusuhnya Tuan Muda ini saat di dekatnya, tak ada satupun kalimat dan panggilan gombal yang tidak menyasar padanya.

Krist menerbitkan senyum ramah dan akhirnya Singto bereaksi juga tanpa terduga, yang dimana pria itu langsung bergerak memeriksa kondisinya setelah selesai dengan kegiatan ekstrimnya.

"Kau aman sayang?" Singto memutar tubuh Krist tak sabaran untuk memastikan Sang Pujaan Hati dalam kondisi baik-baik saja.

Krist pasrah saja, dan membiarkan pria di depannya ini melakukan sesuka hatinya asal masih dalam batas wajar, bukan sesuatu yang bisa menjurus pada PerMesuman atau lebih pahitnya adalah PerNganuan.

"Stop... Stop..."

Krist menahan dirinya untuk tidak lagi berputar.

"Jika seperti ini, bukan karena panjat tebing aku terluka tetapi justru karena perbuatanmu sekarang, pusing kepalaku"

"Oh God... Pusing sayang? Maaf maaf..."

Sejujurnya Krist sendiri bingung, mengapa dia tidak langsung saja memberi bogem mentah pada Singto sekarang, mengapa tubuhnya terasa tak berdaya untuk melakukan kekerasan pada pria di depannya, padahal tubuhnya sudah sedikit mendapat rabaan, meski konsepnya tidak sampai ke arah Pelecehan juga.

Maksudnya tuh begini, Singto hanya memeriksa tubuhnya, dengan bergerilya di beberapa titik tetapi bukan ke arah yang begitu begitu, paham kan kalian?

"Aku tentu saja aman, memang masalahnya apa?"

"Kau baru saja memanjat batu, lalu melayang di udara, ada yang luka tidak? Terbentur tidak saat turun sayang?"

INTERNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang