Satu Tindakan Mengubah Pandangan

189 35 16
                                    

"Sebenarnya siapa Drew Theodore? Kenapa aku harus berhati-hati dengan orang itu, apa kami pernah saling mengenal?"

Tubuh Krist menegang ketika Singto menyebutkan nama seseorang yang tentu saja terdengar tidak asing di telinganya. Saat ia terbangun, Singto sudah tidak ada di sampingnya, setelah pertempuran ranjang mereka semalam mereka langsung tertidur dan melupakan banyak hal termasuk makan malam.

Krist membuka mata karena merasa sangat kelaparan dan netranya langsung melihat Singto sedang berada di Balkon Kamar Hotel hanya dengan menggunakan Bathrobe saja, kekasihnya sedang memandangi hiruk pikuk Ibu Kota yang sudah mulai banyak aktivitas padahal ini hari Minggu pagi tetapi jalanan sudah sangat ramai.

Saat ia ingin melangkah untuk menghampiri kekasihnya karena ingin mengajak pria itu pergi sarapan, Krist mendengar Singto menyebut nama seseorang yang seketika membuat seluruh tubuhnya mendadak kaku.

"Kamu... Menyebut nama siapa?" Tanya Krist langsung setelah ia sudah kembali meraih kesadaran.

"Oh... Good morning sayang, sudah bangun?"

Singto langsung bergegas masuk ke dalam kamar lagi dan menghampiri Krist yang sedang berdiam diri di antara pintu penghubung kamar dan Balkon.

Krist tiba-tiba saja menghindar ketika Singto ingin melabuhkan sebuah kecupan di kening.

"Tunggu... Tunggu... Tadi aku mendengar kamu menyebut nama seseorang, nama siapa?" Krist mengulang lagi pertanyaannya dengan harap-harap cemas.

"Oh... Drew Theodore maksudmu?" Ucap Singto masih santai.

"Apa kamu mengenalnya?"

Singto langsung menggeleng cepat.

"Aku tidak kenal, hanya saja Vier sempat memberi peringatan agar aku berhati-hati dengan pria itu, aku sendiri tidak tahu apa maksudnya"

"Vier?"

Singto langsung tersentak saat mendengar Krist menyebut nama mantan tunangannya itu dengan nada lirih, dan seketika rasa bersalah menjalar ke seluruh hatinya.

"Maaf... Sayang... Aku..."

"Kamu menemuinya secara pribadi?"

Ya Krist langsung mencerca dengan sebuah pertanyaan telak, karena seingat Krist percakapan Singto dan Tersangkanya juga berakhir sesaat setelah Krist keluar dari ruang penyidik waktu itu, tak salah bukan ia berspekulasi jika Singto memang bertemu dengan tersangka lagi secara diam-diam.

"Apa kamu menemuinya tanpa sepengetahuanku?"

Nada Krist yang kali ini cukup naik, dan membuat Singto semakin kelu. Tetapi pada akhirnya ia harus berkata jujur bukan, dan juga harus siap menghadapi konsekuensi apapun.

"Maaf Sayang"

Krist langsung menutup mata dan mengepalkan kedua tangannya, ia tidak menyangka jika Singto akan bertindak seolah mengkonfirmasi pernyataan Vier di percakapan secara pribadi yang mereka lakukan kemaren, jika pria sinting itu tetap akan menjadi pertimbangan di dalam hidup kekasihnya.

Brengsek!!!

Tidak ingin mendebat apapun lagi, Krist langsung mengarah pada bajunya dan dengan cepat langsung memakainya secara terburu-buru. Otaknya sedang terbakar, dan ia tidak ingin melakukan tindakan apapun lagi sekarang karena takut akan bergerak membabi buta.

Dan Singto yang melihat itu segera mencekal pergelangan tangan kekasihnya karena ia tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.

Krist pasti akan pergi begitu saja, tanpa memberi kesempatan padanya untuk menjelaskan tindakan impulsif yang ia lakukan beberapa hari lalu.

INTERNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang