Singto berjalan begitu angkuh seperti sedang menggenggam sebuah kemenangan. Dia baru saja keluar dari dalam ruang penyidikan tanpa harus memberi keterangan apapun karena semua sudah diatur oleh pengacaranya.
Singto tersenyum remeh ketika berpapasan dengan Krist yang jika dilihat-lihat ternyata seksi juga dengan balutan seragam.
Sudah banyak kecurigaannya terhadap pria satu itu, tetapi ternyata fakta menunjukan jika Krist lebih dari yang ada dalam bayangannya.
"Khun Singto harus datang untuk melakukan wajib lapor dan kami harap tidak melakukan perjalanan keluar Negara ini terlebih dahulu" Ujar seorang kepala Polisi yang tentu saja berteman akrab oleh keluarga Andrews.
"Tidak perlu khawatir, klien saya.."
"Saya akan menjadi warga negara yang patuh dan tunduk pada hukum, anda tidak perlu khawatir tentang itu" Ucap Singto, tetapi matanya terus saja memperhatikan seseorang yang tadi sempat juga menatapnya tetapi langsung membuang muka.
Semakin tertantang, semakin ku terjang😊 Itu motonya saat ini.
"Oh maaf Khun, saya hanya ingin memastikan agar urusan Khun Sing cepat terselesaikan dengan baik" Lanjut Kepala Polisinya.
Singto sejujurnya sudah tak peduli dengan perbincangan entah dengan polisi siapa, atensinya tentu saja sekarang hanya tertuju pada mahluk di dalam satu ruangan yang jika diperhatikan lagi..
"Kok ada orang yang merokok saja, tampannya naik jutaan kali lipat, padahal hanya bergerak menghisap nikotin, apalagi kalau yang lain kan"🤸
"Ah bisakah saya pergi terlebih dahulu? Ada beberapa hal lagi yang harus saya urus"
"Oh tentu saja, Khun Singto sudah bisa meninggalkan kantor ini, sekali lagi terima kasih atas kerja samanya"
Singto tak lagi menggubris dan hanya berpamitan singkat. Setelah ia melihat Krist bergerak meninggalkan ruangan, tentu saja signal pemburunya segera memancar untuk mengikuti kemana mangsa buruannya pergi.
"Hmmm... Haahhh... Akhirnya dapat menghirup udara bebas juga" Singto berbicara sembari merentangkan tangan dan menarik nafas dalam setelah sampai diluar kantor polisi.
Krist tahu itu adalah kalimat sindiran untuknya, tetapi semua sudah bisa ia prediksi, jadi bukan sesuatu hal yang membuatnya terkejut.
"Komandan Krist"
"Hm?"
"Jika tidak bisa memenjarakanku di kantor polisi ini, bagaimana kalau dihatimu saja?"
Krist membuang rokok yang sedang ia hisap dan langsung menginjaknya kemudian ia menatap tajam kedua Netra lawan bicaranya.
"Kenapa? Auraku sebagai Komandan lebih membuatmu bergairah?"
Singto terkekeh kecil, ia tahu jika jalannya akan semakin sulit lagi. Status Anak Magang pembangkang saja membuatnya memutar otak sampai kusut, apalagi sekarang.
"Jangan membicarakan soal gairah ya sayang, kita belum bisa sampai ke tahap itu, nanti ada waktunya kita saling memuaskan"
"Cih! Sejak kapan berurusan dengan Singto Andrews bukan perihal soal selangkangan, kita bukan partner kerja dan aku juga bukan kolega Perusahaan anda"
"Benar juga, aku tidak pernah tertarik dengan apapun selain pekerjaan dan urusan selangkangan, si Yang Paling Tahu Singto, gemasnya..!"
Krist rasanya ingin muntah saja, berbicara sok lemah lembut bukan gaya Bajingan itu, dan saat mendengarnya ia justru lebih suka mengarahkan langsung pistolnya daripada harus tersipu malu.
"Cari saja jalang di tempat biasa kau datangi, cosplayku sudah selesai, jadi jangan harap akan ada kelanjutan diantara kita"
Singto langsung menahan lengan Krist ketika pria itu hendak masuk ke dalam mobilnya.
"Antara kita hanya belum ada apa-apa, bukan tidak akan pernah ada apa-apa, tunggu saja saat waktunya tiba ya sayang ya..." Bisik Singto tepat ditelinga Krist.
Dan Krist langsung mendadak kaku, bisikan Singto terasa meremangkan seluruh tubuhnya. Ini sudah yang kedua kali karena yang pertama adalah ketika tubuhnya ditarik paksa masuk ke dalam ruang meeting kala itu.
Sembari meremat pintu mobil, Krist memejamkan mata untuk menetralkan semua pengaruh Singto pada tubuhnya. Ia terus saja memikirkan hal buruk tentang pria itu termasuk kejadian yang belum lama ini mereka alami.
Tetapi nasi sudah menjadi lontong isi, seberapa banyak pun kelakuan menjengkelkan Bungsu dari keluarga Andrews itu, tetap saja meletupkan sesuatu yang saat ini sedang mati-matian ia kendalikan.
"Pait... Pait.... Pait.... Pait! Tidak boleh tergoda dengan Buaya Darat, fokus saja bekerja sampai nanti bertemu dengan Pangeran Baik, Sopan, Tidak Playboy, Tampan, Jaya, Kaya, Raya"
Ya! Krist merapal mantra dalam hatinya, semoga ia segera dijauhkan dari malapetaka Buaya Darat. Krist hanya ingin kisah percintaannya kelak berjalan normal-normal saja, karena karirnya sudah membawa dia dalam jurang bahaya.
Setidaknya dari semua pilihan hidup yang sudah ia jalani, ada satu yang sekiranya bisa membuat Krist menjadi sesungguhnya manusia, berkencan tanpa rasa khawatir dengan kekasih yang tak masalah jika bukan selevel Singto Andrews, asal kisah asmaranya tanpa drama Kumbara.
***
"Komandan Krist dan Tuan Muda Andrews, terdengar sangat menyenangkan bukan jika keduanya disandingkan"
Singto sedang mengendarai mobilnya dengan siulan yang tak juga berhenti karena hatinya mendadak ditumbuhi banyak bunga, sudah lama sekali atau bahkan belum pernah terjadi?
Entahlah....
Yang sekarang ia rasakan meski hanya debaran dan sengatan tipis-tipis, tetapi cukup mengganggu ketenangan batinnya.
"Tampan sekali dia saat bertugas, manis sudah pasti infinity, galak dan juga tegas tetapi ada gemas gemasnya"
Ah memikirkannya saja Singto sampai senyum tanpa henti seperti benar-benar hilang kewarasan.
"Bagus juga selama ini aktingnya, menjadi Anak Magang sangat bisa mengelabui, menjadi Escort di Bar ku dengar sampai banyak yang bertaruh banyak untuk semalam kencan bersamanya"
Benar!
Karena desas desus para pengunjung Bar itulah yang membuat Singto menjadi penasaran sampai terjadilah tragedi Ruang Rapat.
Dengan ukuran gengsi setinggi Burj Khalifah, Singto merasa dirinya tak boleh kalah telak oleh para cecunguk lain di Bar untuk mendapatkan atensi dari Krist.
Tetapi siapa yang menyangka jika keberuntungan agaknya memang sedang menyertai hidupnya, mungkin karena dia belakangan sudah menjadi pria yang bertanggung jawab, karena itu Semesta begitu mendukung penuh keinginannya.
"Well... Kita lihat saja seberapa keras anak manis itu menolak ajakan kencannya, dan sepertinya melawan sedikit pada Aparat bisa ia coba, siapa juga yang bisa menghukumku jika aku masih saja keturunan Andrews"
Singto sekarang justru sedang bersenandung, menikmati perjalanannya yang sebentar lagi akan sampai ke tempat tinggalnya. Otaknya masih terus berpikir cara apa yang ampuh dan tepat sasaran untuk mendapatkan Komandan Galak.
Bahkan Singto sampai melupakan jika tangannya masih dibalut perban karena terserempet peluru, ketika ia berusaha menyelamatkan diri.
Ya begitulah
Namanya juga sudah TerBucinBucin sama Komandan Galak, luka karena tembakan pun rasanya hanya seperti di gigit pujaan hati.
Eh🫣
Cepet banget updatenya ah, kesenengan pasti para Bucin ini.
Udah terlanjur
Klo votenya banyak, mungkin aja update lagi🤪
Bye Maksimal
KAMU SEDANG MEMBACA
INTERN
Fanfiction"Anaknya Tuan Leong tampan dan manis, serakah juga ya kamu" -Singto Andrews-🧑💼 "Merdu banget suara Buaya Darat" -Krist Leong-👮