Bab V

19 5 0
                                    

"Keparat itu!" Umpat cesar melempar dokumen gugatan cerai yang di kirim oleh amera beberapa menit yang lalu, di kantor cesar.

"Wanita itu, sombong sekali dia. Ku pastikan dia tak kan mendapatkan apa yang ia inginkan."

___________

"Tolong kau periksa bahan kain nya, apa itu sudah cukup ataukah masih ada yang kurang," ujar amera kepada alessa.

"Baik aku-"

Seorang staf wanita masuk tanpa mengetuk, membuat kedua wanita tersebut menoleh ke arah nya.


"Maaf nyonya, tapi di bawah... dibawah ada tuan cesar harland. Dia bilang ingin bertemu dengan anda."

Amera meletakkan macbook nya di atas meja kemungkinan berdiri, "Katakan pada nya aku akan segera menemui nya lima menit lagi."

"Baik nyonya." Wanita itu pun kemudian pergi menuruti perkataan sang bos. Amera menghela napas, menduga bahwa hal ini pasti akan terjadi.

"Sebenarnya ada apa dengan mu dan cesar?" Kini alessa yang bertanya dengan mimik wajah yang bingung.

"Kau tahu alessa, aku dan cesar.....

Amera menceritakan semua nya tentang hubungan nya dengan cesar, dan juga perselingkuhan suaminya selama ini. Apa yang selama ini di tunjukkan oleh nya dan cesar kepada para mata lain hanyalah kepalsuan semata, sebuah sandiwara. Semua orang memuji pernikahan mereka yang di anggap begitu indah, tapi tidak menurut kedua nya.

"Pria keparat! Biar ku hajar dia." Alessa menggebu-gebu marah, ingin sekali rasanya ia memukul wajah pria bernama cesar itu. Berani sekali ia memperlakukan amera, sahabatnya sendiri seperti itu.

"Tidak perlu alessa, aku tak ap-apa. Aku akan menemui nya sekarang, dia pasti sudah lama menunggu ku."

Amera menatap jam tangan nya, masih ada waktu sebelum meeting nya nanti berlangsung. Jadi tak apa jika menemui cesar sebentar.

"Biarlah dia menunggu disana amera, aku tak sudi jika kau harus pergi menemui keparat itu."

Walau amera yang menjadi korban cesar tapi yang marah malah alessa. Dia sama sekali tak terima jika amera di perlakukan seperti itu, lihatlah amera itu gadis cantik, berkarir dan juga berpendidikan. Jadi mengapa pria itu melakukan nya pada amera, dia sama sekali tak bersyukur memiliki amera yang bahkan tak punya kekurangan sama sekali. Batin alessa.

"Jangan begitu, aku tahu kau marah. Tapi aku juga harus menyelesaikan masalah ku dengan cesar," terang amera tersenyum tipis.

"Oh ya ampun amera, dia pria yang tak bersyukur. Kau tahu, kau itu sangat cantik, cerdas bahkan tak ada satu pun kekurangan dalam dirimu. Dasar keparat itu, lihat saja jika aku melihat nya aku pasti akan-"

Perkataan alessa terjeda sesaat. "Akan apa?" Tanya amera penasaran, rasanya ia ingin tertawa tapi ia berusaha menahan nya. Lucu melihat ekspresi sahabat nya yang sedang kesal.

"Aku pasti akan menerjang bokong nya," ucap alessa ekspresif, kemudian disusul gelak tawa dari amera.

Astaga bisa-bisa nya alessa mengatakan itu, bagaimana nanti jika cesar tahu. Dia sudah pasti akan marah kepada alessa. Sebelum alessa menerjang bokong nya.

"Sudah cukup alessa, aku tak kuat lagi. perut ku sakit."

Amera mengusap sudut matanya dengan jari, kemudian bernapas normal.

"Sudah sudah, aku akan pergi menemui nya. Dia akan marah jika aku terlambat," pamit amera kepada sahabatnya.

"Baiklah tapi telepon aku jika kau butuh bantuan."

Amera terkekeh, "Baiklah, aku akan menelepon mu jika aku butuh kau untuk menerjang bokong nya." Alessa tertawa mendengar nya kemudian amera melenggang keluar menghampiri cesar.

___________

"Kau terlambat tiga menit nyonya," Kata cesar melirik jam tangan rolex nya.

"Maaf aku sibuk, ada apa kau datang kemari?" Tanya amera ketus kemudian duduk di hadapan cesar. Hanya ada meja persegi yang membatasi jarak keduanya.

Cesar melempar dokumen gugatan cerai yang di kirim oleh wanita di hadapan nya pagi ini, beberapa jam yang lalu.

"Apa maksud mu ini?"

Amera melirik dokumen itu sesaat, kemudian kembali menatap ke arah cesar.

"Tentu saja itu surat cerai, apalagi."
Masih ketus amera menjawab cesar. Sedangkan pria itu hanya menatap heran.

Cesar menghela napas kasar, raut keningnya mengerut. "Aku tak menginginkan ini."

Kening wanita itu mengerut, mata nya terbelalak lebar menatap pria di depannya. "Oh ayolah cesar, aku tak ingin melanjutkan hubungan ini. Sudah ku bilang, aku merasa muak."

"Kita bisa perbaiki semua ini, jangan keras kepala amera."

Amera terkekeh. Apa yang dikatakan cesar tadi? Keras kepala? Apa kah dirinya tak mengaca sebelum mengatakan itu.

"Kau lah yang keras kepala caser. Sudah ku bilang hubungan kita tak bisa lagi di lanjutkan jadi buat apa di pertahankan. "

Untung lah mereka berdua berada di ruang tunggu yang kedap suara, jadi orang-orang tak bisa mendengar apa yang keduanya bicarakan. Mau berteriak ataupun apa mereka tak akan khawatir.

Sorot mata cesar masih tajam menatap amera, ada kekesalan dalam sorot matanya namun tak membuat amera merasa gentar. Masih tenang amera duduk di depan nya, tak menunjukkan kejengkelan pada pria di depan nya.

"Kau sangat sombong amera."

"Kau bilang apa? Sombong?" Amera berdecak. "Aku melakukan yang seharusnya aku lakukan sejak dulu, apa aku salah jika ingin merasa bahagia juga?"

Terdiam cesar mendengar penuturan amera, bukan dirinya tak ingin amera bahagia. Tapi dia juga tak ingin perceraian ini terjadi. Atau lebih tepat nya kakek nya yang tak ingin hal itu terjadi.

Amera melirik jam tangan nya sekilas, "Aku ada meeting sebentar lagi, baiknya kau juga pergi dari sini mr harland."

Amera bangkit dari tempatnya berniat pergi dari sana tentunya. Tak ingin lagi mendengar omongkosong dari cesar. Melangkah ia meninggalkan cesar.

"Tunggu," sahut cesar mengambil dokumen itu dan menghampiri amera. Wanita itu berdiri kemudian berbalik.

"Kau menginginkan nya bukan, baiklah akan ku berikan." Cesar merobek dokumen itu berkeping-keping kemudian melempar nya di udara. Sedangkan amera terbelalak kaget dengan sikap cesar, pria itu sungguh kurang ajar. Batin amera.

"Dengar kan aku wanita sombong, kau dan aku tak akan berpisah. Biarlah seperti ini, tapi aku tetap tidak akan menandatangani surat itu. Kau mengerti." Nada nya menekan bahkan sorot matanya menggebu-gebu kemarahan. Setelah itu melangkah pergi meninggalkan tempat itu dengan gontai.

"Astaga pria itu. Kau keparat cesar, kau keparat," umpat amera melemparkan tasnya di atas sofa. Kini sama hal nya dengan cesar, amera terlihat kesal.

his farewell attemptTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang