Bab XIII

14 4 0
                                    

"Nyonya kalian mana, udah pergi?" Tanya cesar kepada beberapa pelayan wanita yang tengah sibuk menyiapkan sarapan untuk nya.

"Iya tuan, kata nyonya tuan jangan lupa minum obat. Obat nya ada di kotak p3k di laci meja kamar tuan,"jawab salah satu pelayan tersebut.

"Iya nanti tolong bawakan kesini ya."

"Baik tuan."

Pelayan itu pun pergi meninggalkan cesar di meja makan. Menyantap beberapa makanan yang sudah di sajikan untuk nya. Ia berpikir tadinya ia masih sempat sarapan bersama amera tapi sayang nya wanita itu sudah pergi terlebih dulu, bahkan tanpa memberi tahunya.

_______

Siang nya cesar bingung harus melakukan apa, diam dirumah membuat nya bosan. Tak tahu harus melakukan apa, jadi ia memutuskan untuk memeriksa pekerjaan melalui macbook miliknya yang ia pangku.

"Kapan wanita itu pulang?" Monolog nya dengan dengusan kasar. Sudah waktunya makan siang tapi wanita itu tak kunjung pulang, padahal kemarin Malam dia bilang akan pulang lebih awal. Tiba-tiba cesar berpikir untuk mengirim pesan pada amera, ya sekedar bertanya saja daripada bosan pikir nya.

Ia pun meletakkan macbook nya di samping kemudian mengambil alih ponsel miliknya.

Cesar:
Kapan kau pulang?

Saat amera sedang sibuk dengan rekan kerja nya tiba-tiba mendapat sebuah notif masuk dari ponselnya. Segera ia lihat dan ternyata itu dari cesar.

"Dari siapa?" Tanya alessa yang tengah menatap amera yang tak henti-hentinya menatap layar ponsel nya hingga begitu lama.

"Dari cesar."

"Oh dari cesar, ngomong ngomong tentang cesar, bukan kah beberapa hari yang lalu dia mengalami kecelakaan?" Tanya alessa penasaran. Saat itu ia sempat membaca berita nya tapi tak tahu apakah berita itu benar apa tidak. Ia ingin bertanya pada amera saja yang menurut nya tahu betul tentang cesar.

"Sayangnya benar, dan lagi mengejutkan nya dia mengalami amnesia."

"What?!" Seru alessa sangking terkejut nya. Dan apa kah itu artinya cesar tak ingat apapun. Bukan kah begitu.

"Jadi dia gak ingat apapun?"

"Ya begitulah tapi dia gak ingat kenangan 3 tahun yang lalu aja yang artinya dia gak ingat sama aku."

"Astaga terus gimana dengan surat perceraian lo?"

"Ya ku tunda dulu sampai dia benar-benar pulih. Lagian kalau aku ngajuin perceraian dia pasti bakal bingung, ya jadi mau gak mau aku harus nunggu dia pulih dulu."

Alessa hanya menghela napas, apa memang sulit untuk amera bisa mendapatkan kebahagiaan? Tapi sebagai sahabat ia terus berdoa, agar tuhan bisa memberikan sahabatnya kebahagiaan dalam kehidupannya.

________


"Cesar dimana?" Tanya amera kepada salah satu pelayan nya yang sedang mengepel lantai.

"Tuan di kamar nyonya."

"Oh ya sudah, nanti tolong buatkan teh untuk saya ya," pinta amera kepada pelayan tersebut. Kemudian melenggang pergi ke kamarnya.

Karena siang itu sangat panas dan juga gerah, amera berpikir untuk mandi terlebih dulu. Mencoba menyegarkan kembali dari banyak nya pekerjaan yang menumpuk dan juga menghilangkan rasa stres. Dan memang butuh waktu lama sampai amera selesai menyegarkan diri. Saat ia keluar dari kamar mandi ia terkejut mendapati cesar yang tengah duduk di atas ranjang menghadap dirinya.

Tatapan tajam dari cesar membuat nya gugup, tapi ia berusaha tetap tenang kemudian mendeham mendekati meja rias nya.

"Apa kau membaca pesan dari ku?" Tanya cesar menatap amera yang tengah mengoleskan pelembab ke wajahnya.

"Ya aku membaca nya."

"Lalu mengapa kau tak membalasnya?"

"Memang apa penting nya sekarang, lagipula aku kan sudah pulang. Kenapa harus di permasalahkan."

Amera kesal sekali dengan pertanyaan cesar, apalagi jika mengingat bahwa dulu cesar lah yang menyuruh nya untuk tak perlu mengirim pesan jika itu tak penting, tapi sekarang lihat lah dirinya sendiri.

"Setidaknya kau harus membalasnya, jangan buat orang menjadi khawatir," tutur cesar dengan tidak langsung menasihati wanita nya.

"Baiklah."

"Apa kau sudah makan siang?"

Cesar bertanya lagi tapi bukan tentang topik yang sama tadi, melainkan topik yang lain. Tapi tumben cesar bertanya seperti itu, selalu nya ia tak pernah bertanya pada amera apa dia sudah makan atau belum seakan-akan tidak peduli. Tapi kini lihatlah sikap cesar yang telah berubah membuat amera menjadi tak nyaman.

"Sudah."

"Dengan siapa?"

Lagi dan lagi cesar bersikap menjengkelkan, sungguh itu membuat amera kesal bahkan ia tak jadi mengambil lotion miliknya akibat dari pertanyaan cesar. Ia berbalik menatap cesar dengan raut wajah kesal.

"Apa aku juga perlu melaporkan nya pada mu jika aku harus pergi dengan siapa dan dimana?" Sindir amera berkacak pinggang.

"Aku hanya sekedar bertanya saja, memang nya salah jika aku ingin tahu semua tentang istri sendiri."

Amera merasa geli, apa katanya istri? Dia bahkan tak pernah menganggap amera sebagai istri nya. Tapi sekarang seakan-akan dia adalah pria yang menyanjung dan menghormati istrinya. Sungguh membuat orang merasa muak saja.

"Tapi aku tak ingin kau tahu segalanya tentang diriku. Biarlah aku sendiri yang tahu karena hanya aku sendiri lah yang mengerti bagaimana diriku." Amera mengatakan nya dengan nada yang tegas juga menatap tajam pada cesar kemudian meninggalkan cesar di sana.

________

Malam itu saat cesar menatap layar ponsel nya, sebuah notif pesan dari cassie masuk. Segera cesar lihat dan ternyata ada 20 panggilan tak terjawab oleh nya dari kontak bernamakan cassie.

Cassie:
Apa kau baik-baik saja?

Cesar mengeryit setelah membaca segala pesan nya bersama cassie. Dia tahu siapa itu cassie tapi ia tak menduga bahwa dia melakukan itu kepada amera. Sungguh hal yang mengejutkan dan juga membingungkan bagi cesar lantaran dia sama sekali tak ingat apapun. Ia hanya ingat cassie adalah salah satu adik teman baik nya, hanya itu saja.

"Apa amera tahu tentang semua ini?" Monolog nya masih menatap layar ponsel dengan bingung. Ia sampai pusing sendiri karena terus berusaha mengingat nya tapi bahkan itu tak berhasil.

Tiba-tiba suara ketukan terdengar, dengan cepat cesar menaruh ponsel nya di samping. Karena ia tahu itu adalah amera.

"Masuklah."

Amera pun membuka pintu kamar cesar dan melenggang masuk kemudian kembali menutup pintu kamar. Ia mendekati cesar yang tengah duduk bersandar di ranjang empuk miliknya.

"Apa kau tak bisa mengoleskan nya sendiri?" Tanya amera dengan jengkel lantaran cesar memanggil nya datang hanya untuk menyuruh nya mengoleskan salep. Bukan kah yang sakit cuma kaki? Dia bisa melakukan nya sendiri. Batin amera dengan kesal, tapi ia tetap mengoleskan salep nya.

"Emangnya salah kalau minta bantuan sama istri sendiri?" Cesar tersenyum menatap amera.

"Bilang aja kalau mau modus."

"Emang iya terus salah?"

Amera menatap sinis ke arah cesar kemudian kembali melanjutkan mengoles obatnya. Sedangkan cesar tak tahan untuk tidak tertawa.

his farewell attemptTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang