Bab XI

15 4 0
                                    

"Maafkan kami amera, kau jadi harus menjaga cesar untuk kami. Aku sungguh ingin, tapi kau tahu sendiri pekerjaan ku ini tidak bisa di batalkan, aku harus segera ke bandara jam 4 pagi jadi aku harus bersiap-siap sekarang," ucap bryan pada amera.

"Tidak apa-apa kak, aku pasti bisa menjaga nya."

Wanita itu tersenyum tipis, sebetulnya bisa saja bryan menyuruh pelayan nya atau suster untuk menjaga cesar. Tapi ia ingin membuat cesar dan amera semakin dekat jadi dia sengaja melakukan semua ini.

"Baiklah kalau begitu aku pergi dulu ya, kalau ada masalah jangan sungkan untuk telepon aku."

Bryan pun melangkah pergi meninggalkan amera. Sedangkan kini ia harus berpikir, bagaimana menghadapi cesar. Pria itu jadi terlihat lebih dingin sekarang.

Ketika amera masuk ke dalam ruang rawat cesar, tatapan tajam dari pria itu terus tertuju pada nya membuat amera merasa gugup.

Namun ia tetap berusaha tenang, ia melangkah mendekati sofa dan duduk disana berhadapan dengan cesar tapi jarak nya cukup jauh.

"Mendekatlah," ujar cesar kepada amera. Namun amera menggeleng.

"Disini saja."

"Kau istri ku, mengapa kau duduk jauh disana. Kemari lah aku ingin bertanya dengan mu."

Namun lagi-lagi amera menggeleng, dia tak mau duduk di sebelah cesar. Dan itu membuat cesar geram, jika kakinya tak terbalut mungkin dia sudah mengangkat tubuh wanita itu ke tempatnya tapi beruntung kaki nya terbalut karena luka.

"Siapa nama mu?" Tanya cesar.

"Nama ku amera," balas amera singkat.

"Maafkan aku karena tak ingat padamu, apakah kau marah pada ku sehingga harus duduk jauh disana?"

"Astaga tentu saja tidak, aku tak marah. Kau amnesia sebab kecelakaan itu jadi buat apa aku marah pada mu."

"Suara mu bagus," puji cesar dengan senyum seringai nya. Astaga sebenarnya bukan itu yang penting. Amera sampai kesal karena perkataan nya tak di dengarkan tapi dalam lubuk hatinya yang jauh ia sedikit senang di puji.

"Aku lagi serius."

"Aku pun sama, aku bilang kalau suara mu bagus. Dan aku suka itu."

"Kau akan menyesal mengatakan ini," ucap amera memalingkan wajahnya.

"Kenapa aku harus menyesal, memang salah kalau memuji istri sendiri."

"Sudah cukup, aku lelah. Kita akhiri saja percakapan ini, dokter bilang kau butuh banyak istirahat. Dan aku pun juga ingin istirahat."

"Kau akan tidur dimana? Kemari lah tidur disini. Kasur nya masih lebar."
Cesar menepuk nepuk ranjang nya memberi kode pada amera untuk tidur disebelah nya saja.

"Aku tidur di sofa saja, aku tak ingin mengganggu mu."

"Kau yang kesini atau aku yang kesana," ujar cesar dengan geram. Wanita itu keras kepala batin cesar.

"Cesar dengarkan aku-"

Cesar menurunkan kaki nya yang tak terluka kemudian berusaha untuk menurunkan kaki sebelah nya lagi sementara amera terkejut. Segera ia mendekati cesar dan menahan pria itu.

"Apa kau gila?! Luka mu itu masih parah. Dokter bilang kalau-"

"Diamlah dan turut saja tidur disini, buat apa kau tidur disana. Disini kan masih ada ruang, apa kau takut aku menyentuh mu?" Tanya cesar menarik lengan amera, mata wanita itu membulat seakan-akan perkataan cesar semua nya benar.

"Aku tak akan menyentuh mu jika kau tak memberi izin, jadi tidur lah disini tak apa. Kau akan masuk angin jika tidur di sofa."

Mau tak mau amera pun menyerah, ia pun tidur memunggungi cesar. Bahkan bisa di akui bahwa dirinya sulit tidur karena merasakan detak jantung nya yang begitu cepat, dan juga merasakan napas hangat dari cesar di lehernya. Menyesal memang datang pada akhir cerita, namun cesar berjanji tak akan menyentuh nya jadi mungkin tak akan masalah baginya.

"Kau harus tidur, kata kakak kau seorang desainer perusahaan VGC. Jadi kau tentunya butuh istirahat yang cukup. Kau pasti tak ingin terlambat bukan?"

"Astaga bisakah kau diam, kalau kau terus berisik seperti ini aku jadi tak bisa tidur," bentak amera dengan muak. Namun masih memunggungi cesar.

Cesar hampir terkekeh, sebetulnya ia tahu bahwa amera hanya merasa gugup bahkan sampai tak bisa tidur. Jadi ia sengaja menggoda wanita di sebelah nya.

"Kalau kau tak bisa tidur bagaimana jika kita melakukan olaraga?"

"Olaraga?" Tanya amera bingung. Masa olaraga di rumah sakit, mana cesar kan lagi gak bisa jalan.

"Buat anak," bisik cesar di telinga amera hingga membuat amera kaget dan berbalik menatap cesar.

"Kamu gila ya? Bisa-bisa nya kamu bilang gitu dalam keadaan seperti ini."

"Emang apa salahnya, toh yang sakit kan cuma kaki sama kepala bukan yang itu."

Sengaja cesar menggoda wanita nya, dan ia tetap menahan tawanya ketika melihat raut wajah amera yang sudah memerah.

"A-aku mau pindah aja," Kata amera beringsut duduk.

"Aku cuma bercanda kok, aku gak akan nyentuh kamu." Cesar menahan lengan wanita nya agar tak pergi dari tempatnya.

"Tapi aku gak suka sama candaan kamu," gerutu amera dengan kesal. Namun tak berniat pergi dari tempat nya.

"Oke maafin aku, aku gak akan ngelakuin itu lagi okey?"

Amera yang sudah kesal segera membaringkan tubuhnya kembali memunggungi cesar, tak ingin ia memandang cesar barang kalipun sangking kesalnya. Namun hal tersebut berhasil membuat cesar senang, senang karena berhasil menggoda wanita di sampingnya.

_______


"Aku akan pergi, kau juga jangan lupa untuk minum obatnya," ujar amera merapikan rambutnya.

"Okey, jadi kapan kau akan kembali?"

Pria itu menatap amera yang sedang sibuk sendiri merapikan penampilan nya. Jika dilihat lihat oleh cesar,ia akui wanita itu cantik. Tak salah jika wanita itu menjadi istrinya.

"Mungkin setelah makan siang aku akan kembali, aku juga sudah di beri izin oleh dokter untuk membawa mu pulang. Jadi mungkin siang nanti kita bisa pulang."

"Itu bagus, aku tak suka berlama disini. Ngomong ngomong parfum apa yang kau pakai?" Tanya cesar. Sejak malam tadi ia mencium bau harum pada wanita itu, ia pikir itu mungkin parfum yang di gunakan wanita itu.

"Parfum? Aku tak memakai parfum, karena bau nya tak pernah cocok dengan indra pencium ku."

"Oh begitu kah."

"Memang nya kenapa?" Tanya amera yang kini menatap cesar dengan heran.

"Em itu karena.....ah lupakan saja."

Entah kenapa cesar tak melanjutkan perkataan nya dan malah menyuruh amera melupakan itu padahal tadinya ia sangat penasaran.

"Kau jadi bersikap aneh."

"Aneh bagaimana hm? Aku hanya bersikap seperti biasa saja kok, tidak ada yang aneh."

"Kau tak ingat apapun, makanya kau bicara seperti itu," ucap amera menyampirkan tasnya dibahu.

"Jadi menurut mu aku aneh karena tak mengingat apapun, apa kau masih marah karena aku tak mengingat mu."

Amera tak habis pikir bisa-bisa nya cesar bertanya hal yang tidak penting seperti itu padanya. Itu membuat nya jengkel.

"Sudah cukup, hentikan omongkosong mu. Aku akan pergi sekarang, jika aku tetap disini nanti aku bakal terlambat."

"Baiklah,baik. Kalau begitu sampai jumpa nanti siang nyonya."

Cesar merekah seutas senyum tipis nya pada amera, kemudian membuat dirinya tak sadar membalas senyuman tersebut kemudian melenggang keluar.

his farewell attemptTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang