"Ini kopi untuk mu," sahut nolan membawa dua gelas cup kopi hangat seraya menghampiri amera yang tengah duduk di ruangan nya.
"Kau tidak perlu repot-repot."
Sekilas amera melihat nolan kemudian kembali menyibukkan diri dengan pekerjaan nya.
Amera mendeham. "Alessa aku perlu bicara dengan mu berdua saja."
Nolan yang mendengar itu langsung mengerti bahwa ia tak seharusnya ada di sana.
"Baiklah kalau begitu kopi nya ku taruh disini, jangan lupa diminum." Setelah nolan menaruh satu cup kopi panas di atas meja, ia pun melenggang pergi dari ruangan itu meninggalkan amera dan juga alessa.
Kini suasana menjadi senyap, amera masih sibuk padahal alessa sudah siap mendengarkan nya walaupun ia merasa gugup.
"Apa kau sudah berbaikan dengan nolan?" Tanya alessa mendekati tempat amera kemudian menyandarkan tubuhnya disisi sudut meja kerja amera.
"Bagaimana kau bisa menemukan nya?" Tanya amera dengan penasaran. Mata nya menyalang tajam menatap alessa. Bagaimana bisa alessa menemukan pria itu setelah lama pergi dari kota ini.
"Kau tahu, itu semua hanya lah kebetulan saja. Arnold ternyata bekerja sama dengan bisnis yang di kelola oleh ayah nolan, mereka bahkan mengadakan pesta yang besar. Nolan mengatakan bahwa ia tak mahir dalam dunia bisnis, jadi ia serahkan bisnis ayah nya kepada adik nya. Kemudian ia bilang ingin pulang dan menjalani kehidupan nya sebagai aktor sekaligus model. Jadi aku menawarkan kerja sama dengan nya, karena ku pikir kau akan senang melihat nya lagi."
"Aku bukan nya tidak senang alessa, tapi kau tahu kan. Seberapa hancur nya aku ketika dia pergi tanpa memberitahu kan nya pada ku. Bukan nya aku tidak ingin memaafkan nya, setelah apa yang terjadi aku sudah memaafkan nya. Namun luka itu tak pernah bisa aku lupakan."
Kini alessa merasa salah, ia benar-benar salah mengerti. Ia pikir amera akan senang jika nolan kembali lagi kepadanya namun sepertinya pria itu adalah luka yang tak ingin lagi amera lihat bahkan begitu membekas.
"Aku minta maaf amera, aku sungguh bodoh karena tidak tahu tentang perasaan mu. Aku pikir kau akan kembali lagi kepada nolan setelah kau berpisah dengan cesar nanti."
Amera sontak terdiam, seketika saja ia jadi teringat perkataan varlon tentang perpisahan.
"Ku rasa aku akan memikirkan lagi mengenai perpisahan," ucap amera membuka lembaran dokumen yang berada di atas mejanya.
"Tapi amera bukan kah kau-"
"Kembali lah bekerja, aku tak ingin lagi membahas mengenai ini," tukas amera kepada alessa.
"Baiklah."
_______
Pukul 22.16
"Oh ya ampun, bagaimana bisa ban mobil ku bocor. Padahal tadi baik-baik saja," gerutu amera berjongkok melihat ban mobil belakang nya yang seperti nya bocor. Entah bagaimana hal tersebut bisa terjadi, padahal pagi tadi masih baik-baik saja.
Ia pun berdiri seraya merogoh ponsel nya, buru-buru ia menghubungi service car. Namun sayang nya panggilan tersebut tidak di jawab, tidak menyerah begitu saja ia pun berulang kali menghubungi nomor tersebut. Namun lagi dan lagi panggilan tersebut tidak di jawab.
"Kau belum pulang?" Tanya nolan dari balik jendela mobil nya, dari jauh tadi ia melihat amera seperti sedang kebingungan jadi ia memutuskan untuk menghampiri wanita tersebut.
"A-aku tidak bisa pulang," jawab amera dengan terbata-bata. Wajah nya begitu panik, karena hari semakin malam dan mobil nya malah mengalami hal yang tidak baik.
"Kenapa begitu, apa kau berniat untuk menginap disini?" Goda nolan dengan senyum tipisnya. Setelah itu barulah ia sadar bahwa mobil amera ternyata mengalami kerusakan walaupun hanya ban bocor saja. Tapi akan sangat berbahaya jika masih memaksa untuk pergi dengan mobil tersebut.
"Kau bisa pulang dengan ku," tawar nolan dengan sopan kepada amera.
"Tidak perlu, aku bisa pulang dengan taksi saja," tolak amera, ia tak ingin membuat nolan kerepotan karna nya.
"Kau yakin, ini sudah larut malam. Akan sangat berbahaya jika kau pulang sendiri, apalagi kau itu wanita, tindak kriminal bisa saja terjadi dimana-mana."
"Hm aku..."
"Tidak perlu, dia pulang dengan ku," potong cesar dari arah belakang amera. Sontak saja keduanya terkejut termasuk amera. Wanita itu bahkan menoleh menatap cesar yang kini berdiri di belakang nya.
"Cesar, bagaimana bisa kau ada disini?" Tanya amera menengadah menatap cesar dengan mata yang melebar. Namun sepertinya cesar tak ingin menjawab pertanyaan dari amera, ia masih menatap tajam ke arah nolan.
"Kau tidak dengar, aku bilang aku yang akan mengantar nya pulang. Sudah tugas ku sebagai suami untuk menjemput istrinya." Tangan cesar memegang lengan amera, guna memperjelas hubungan mereka kepada pria tersebut. Namun nolan tak menunjukkan kekesalan pada cesar, padahal dalam hatinya ia sama sekali tak suka dengan sikap cesar.
Nolan tersenyum. "Baiklah kalau begitu, selamat malam mera, dan selamat malam juga untuk mu." Mobil nolan kemudian melaju meninggalkan kedua pasutri tersebut.
_______
Di perjalanan pulang, amera hanya diam menatap cesar yang fokus mengemudi. Entah mengapa cesar menunjukkan raut wajah kesal sejak tadi."Kenapa kau pulang begitu cepat, bukan kah kau akan pergi selama dua hari?" Tanya amera penasaran.
"Jadi maksud mu, aku tidak boleh pulang begitu?"
Cesar salah paham dengan maksud ucapan amera, ia hanya sekedar bertanya saja. Karena aneh saja cesar tiba-tiba pulang padahal sebelum itu amera sudah yakin bahwa pria itu akan pergi selama dua hari.
"Bukan begitu maksud ku, aku hanya bertanya saja." Mata amera melebar menatap cesar berusaha untuk memperjelas kesalah pahaman cesar.
"Kalau aku tak pulang dengan cepat, kau pasti akan pulang dengan keparat itu."
Kesal cesar mengingat kejadian tadi, ia membayangkan amera yang pulang dengan nolan di waktu yang sudah larut malam. Sial, mengingatnya saja sudah membuat darah cesar mendidih.
"Dia hanya berniat menolong ku saja, memang nya tidak boleh?" Gumam amera memalingkan wajahnya.
Cesar menghela napas, benar juga yang di katakan oleh amera. Nolan mungkin memang hanya berniat menolong saja, atau mungkin juga tidak, kita tidak tahu. Tapi yang namanya cemburu itu tidak bisa di pungkiri, sayang sekali cesar belum menyadari hal tersebut.
"Lain kali jika aku tak ada kau bisa menghubungi deno, itu lebih baik daripada kau menghubungi pria lain untuk meminta tolong."
Amera menoleh ke arah cesar, apa katanya menghubungi pria lain? Amera sama sekali tak setuju dengan perkataan cesar, ia sama sekali tak pernah menghubungi pria lain untuk meminta bantuan seperti yang cesar katakan. Bahkan ia juga tidak pernah meminta tolong pada cesar.
"Tidak perlu, aku bisa mengatasi nya sendiri. Aku tidak ingin merepotkan mu."
"Aku tidak setuju, kau punya aku. Aku juga tidak masalah jika harus di repotkan oleh mu," terang cesar masih fokus mengemudi di jalan raya sedangkan amera sudah tak mau lagi mengubris perkataan cesar.
"Ngomong-ngomong besok kau dan aku akan menemui kakek," tambah cesar sesekali melirik amera di sebelah nya.
"Kakek? Ada apa dengan kakek?"
"Kakek bilang dia ingin bertemu dengan mu, beliau baru saja pulang dari australia."
Amera tampak bersemangat mendengar nya, hubungan nya dengan kakek sangatlah baik bahkan mereka sangat dekat.
"Aku jadi tidak sabaran menemui nya," ucap amera tersenyum. Sudah lama sekali ia tak menemui kakek semenjak ia begitu sibuk dengan pekerjaan, ia jadi tak punya waktu. Namun sekarang ia rasa mungkin ia bisa bertemu dengan beliau. Dia sangat merindukan kakek.
KAMU SEDANG MEMBACA
his farewell attempt
عاطفيةDeskripsion: Dua tahun menikah amera tak pernah merasakan kehangatan dalam pernikahan tersebut. Kedua pasangan tersebut tidak pernah saling mencintai, mereka menikah karena di jodohkan oleh pihak keluarga bukan keinginan mereka sendiri. Dan pada akh...