Bab XIX

117 16 0
                                    

Sebuah kebetulan bahwa pagi ini amera dan cesar sarapan bersama. Biasanya amera sudah pergi terlebih dulu ke kantor, walaupun biasanya cesar bangun lebih pagi tapi masih kalah pagi dari amera. Namun pagi ini memang sebuah kebetulan bisa sarapan bersama.

"Nanti biar aku antar ke kantor," ujar cesar sambil menyantap sarapan nya. Amera yang mendengar itu sontak saja terdiam menatap cesar dengan mata yang melebar.

"Aku bisa bawa mobil sendiri."

Apa yang sebenarnya cesar rencanakan? Pikir amera. Dia masih bisa bawa mobil sendiri, jadi untuk apa di antar. Lagipula jarak antara rumah dan ke kantornya juga tidak begitu jauh, jadi kenapa perlu di antar.

"Deno bilang mobil mu rusak, jadi sudah ku suruh deno membawa nya ke bengkel."

"Apa, rusak? Tapi kemarin masih baik-baik saja kok. Apa nya yang rusak?" Tanya amera dengan curiga. Sebenarnya apa yang sedang cesar rencanakan sampai harus berbohong bahwa mobil amera sedang rusak, padahal kemarin masih baik-baik saja.

Cesar menggaruk pangkal hidung mancung nya yang tak terasa gatal sama sekali. "Ban nya, kurasa malam itu deno tak sengaja membuat ban mobil mu bocor. Dan aku sudah menyuruhnya untuk di bawa ke bengkel, jadi pagi ini biar aku saja yang mengantarmu ke kantor."

Amera menatap cesar dengan penuh curiga, dia tahu bahwa cesar sedang berbohong itu tampak dari gerak-gerik nya.

"Aku bisa naik taksi saja," ucap amera melanjutkan sarapan nya. Sudah sangat lelah berdebat dengan cesar.

Cesar yang mendengar penolakan itu langsung terkejut hingga matanya melebar. Padahal sudah ia tawarkan tapi amera, kenapa wanita itu malah menolak niat baik nya.

"Hei, dengarkan aku. Kau tak perlu naik taksi, aku bisa mengantar mu dengan gratis. Kenapa kau malah menolak nya?"

Amera sudah selesai sarapan dan kini meletakkan garpu dan sendok nya di atas piring. "Aku lebih baik naik taksi saja." Amera meraih tas nya kemudian menyampirkan nya di bahu lalu bangkit dari duduknya.

"Kenapa kau bicara seperti itu, apa aku ini terlihat seperti penjahat yang membuat mu lebih memilih taksi itu daripada aku," gerutu cesar dengan kesal bahkan juga ikut berdiri.

"Tidak juga, hanya saja aku tak begitu yakin apa niat mu itu benar-benar baik ataukah yang lainnya."

Wanita itu melangkah pergi dari tempatnya semula sedangkan cesar mengekor dari belakang.

"Tentu saja aku berniat baik, kenapa kau tak percaya dengan ku?"

"Karena pria sangat ahli soal berbohong, jadi aku tak akan mudah tertipu."

Amera masih melangkah dengan cepat agar cesar tak lagi mengikuti nya namun cesar masih tak menyerah. Langkah gontai nya yang lebar berhasil menyamai langkah amera hingga lengan amera tercekal oleh cesar.

"Hei dengar. Biarkan aku yang mengantarmu, aku benar-benar hanya ingin berniat baik tidak ada niat lainnya."

Amera menghela napas, cesar memang bersikeras untuk mengantarnya. Lagipula tampaknya cesar benar-benar tidak ada niat lain, hanya sekedar mengantarnya. Jika ia bersikeras menolak tawaran cesar sudah pasti cesar juga lebih bersikeras, jadi mau tak mau ia terima saja tawaran cesar.

"Baiklah jika kau berkata seperti itu."

Cesar tersenyum puas kemudian membukakan pintu mobil nya untuk mempersilahkan amera masuk ke dalam mobil.

"Silakan masuk nyonya."

_________

Tibalah amera turun dari mobil cesar di halaman depan kantornya, semua rekan kerja nya menatap nya dengan terkejut. Tidak biasanya amera di antar oleh cesar.

"Telepon aku jika kau sudah selesai kerja, nanti biar aku jemput," ujar cesar dari jendela mobilnya.

"Tak perlu, aku bisa pulang dengan teman ku saja."

Cesar jadi sedikit kesal setelah mendengar perkataan amera, dia jadi teringat pria yang di temui amera beberapa hari yang lalu. Amera juga bilang bahwa pria itu teman nya, jadi ia berpikir teman yang dimaksud amera adalah pria itu.

"Jadi kau ingin pulang dengan pria itu?" Tanya cesar mengerutkan dahi nya.

"Astaga tak bisa kah kau tak menyebut nya sehari saja?"

"Kau bilang tadi akan pulang dengan teman mu, itu berarti kau akan pulang dengan nya bukan?"

Bagaimana cara kerja berpikir nya pria ini, batin amera dengan jengkel. Tentu saja yang ia maksudkan adalah alessa bukan albert. Untuk apa juga ia pulang dengan albert.

"Teman ku tidak hanya dia seorang."

"Sudah cukup, telepon aku saja jika kau sudah selesai. Biar aku yang jemput, tidak ada penolakan."

Mobil cesar kemudian melaju meninggalkan amera,sedangkan amera hanya menghela napas. Berharap bahwa cesar tidak akan lagi mengungkit albert. Pria itu tidak punya salah apapun tapi seolah membuat cesar membenci nya.

_______

Kala amera masuk ke dalam kantor, ternyata alessa sudah ada di depan pintu dengan kedua lengan yang ia lipat di depan dada. Ia sudah melihat amera dan cesar dari jendela kantor sejak tadi.

"Ada apa?" Tanya amera melangkah melewati nya begitu saja. Sedangkan alessa masih mengekori nya dari belakang.

"Tumben sekali kau di antar oleh cesar."

"Mobil ku rusak jadi mau gak mau aku harus di antar oleh nya."

Wanita itu sudah memasuki ruangan nya kemudian meletakkan tas nya di atas meja.

"Oh benarkah, ku pikir kau sudah berbaikan dengan nya," ucap alessa memutar bola mata dengan malas. Dia benar-benar masih kesal dengan cesar atas semua perlakuan yang telah pria itu lakukan pada amera, sahabatnya.

"Kenapa kau bicara seperti itu, kami bahkan tidak sedang marahan."

"Tapi bukan kah kau masih berniat untuk berpisah dengan nya?" Tanya alessa penasaran karena amera begitu terlihat santai dan dia terlihat dekat bahkan lebih dekat dengan cesar.

Amera menghela napas. "Tentu saja, tapi kondisi cesar sekarang ini tidak memungkinkan ku untuk menggugat cerai. Dokter bilang bahwa dia hanya mengalami amnesia sementara jadi kemungkinan dia akan bisa pulih dari ingatannya. Dan setelah itu baru lah aku akan menggugat cerai cesar. Namun ku beri tahu pada mu bahwa aku tak perna marah pada nya, hubungan ini sebelumnya juga bukan keinginan nya. Jadi untuk apa aku marah padanya."

Alessa hanya mangut-mangut paham dengan perkataan amera. Sekarang ia tahu alasan mengapa amera masih belum menggugat cerai cesar lagi setelah pria itu berhasil merobek surat cerai yang amera berikan padanya beberapa minggu yang lalu.

"Aku akan selalu mendukung mu," ujar alessa tersenyum kepada amera.

Mendengar perkataan alessa, amera merekah senyum nya dengan perasaan senang juga merasa lega. "Terimakasih."

"Sama-sama."

Amera mendeham. "Ngomong-ngomong apa kau sudah selesai dengan pekerjaan mu?"

Alessa yang mendengar itu seketika saja raut wajah nya berubah. "Oh astaga jangan mulai lagi," katanya dengan malas, kemudian disusul gelak tawa dari amera.

his farewell attemptTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang